Mengenal 2 Tokoh Revolusi Kuba yang Temani Diego Maradona Hingga ke Liang Lahat

Diego Maradona meninggal dunia di usia 60 tahun pada Rabu (25/11/2020).

Liputan6.com, Jakarta Diego Maradona merupakan maestro sepak bola yang pernah ada. Tak terbantahkan. Kemampuannya mengolah si kulit bundar nyaris belum ada yang mampu menyamai. Jenius, bertenaga, dan berani. Ketiganya menjadikan Maradona seperti peluru yang dengan mudah menembus pertahanan lawan. 

Namun kebintangan Maradona tidak hanya lahir dari statistik gol dan trofi yang diraihnya. Nama besarnya tumbuh seiring kehidupan di luar lapangan yang pernuh warna, termasuk sikap politik. 

Semasa hidupnya, Maradona dikenal sangat dekat dengan kelompok sayap kiri yang berkuasa di Amerika Latin. Negara komunis Kuba, bahkan ibarat rumah kedua bagi mantan pemain Napoli itu. 

Di awal 2000, Maradona pernah menetap empat tahun di sana saat menjalani terapi ketergantungan terhadap narkoba. Dalam sebuah wawancara, Maradona mengaku sangat nyaman tinggal di Kuba. Bahkan rumor menyebutkan Diego Maradona sampai punya keturunan di negeri cerutu itu. 

"Saya merasa seperti orang Kuba. Mereka telah memberi saya banyak cinta selama saya sakit dan fakta hari ii saya masih bisa bangun pagi dan berolahraga, berbicara dengan Anda, dengan saudara-saudara saya atau melakukan wawancara, saya berhutang banyak kepada Fidel (Castro)," katanya saat diwawancara mengenai kematian Fidel Castro pada 2016 seperti dilansir dari France24.

Ya, sosok Fidel Castro lah yang mengawali cinta Maradona kepada Kuba. Mereka pertama kali bertemu pada tahun 1987 atau setahun setelah Argentina merebut Piala Dunia 1986. Hubungan keduanya semakin dekat dan mereka beberapa kali bertemu setelah itu. Selama menjalani rehabilitasi di Havana, pandangan politik Fidel semakin dalam tertancam di benak pesepak bola kidal itu. 

 

Siapa Fidel Castro? 

Fidel Castro merupakan presiden terlama yang memimpin Kuba. Tercatat, sejak terpilih pada tahun 1976, Castro yang menyandang gelar sarjana hukum itu memerintah hingga tahun 2008. Castro kemudian lengser dan posisinya kemudian digantikan oleh adiknya, Raul Castro hingga asat ini.

Castro merupakan tokoh revolusioner Kuba saat menumbangkan rezim diktator Fulgencio Batista. Sempat dipenjara akibat kegagalan penyerangan Moncada Barracks, Castro sempat melarikan diri di Meksiko dan membentuk gerakan 26 Juli bersama adiknya, Raul Gonzales dan Ernesto 'Che' Guevara.