Liputan6.com, Jakarta Dyan Dilato telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Head of Operation Mandalika Grand Prix Association (MGPA). Meski demikian, dia membantah telah mengeluarkan pernyataan menghina warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang bertugas sebagai marshal di Sirkuit Mandalika, pekan lalu.Â
Dalam wawancara eksklusif dengan Liputan6.com, Dyan juga membeberkan masalah yang terjadi saat kejuaraan Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) 2021 berlangsung di sirkuti jalan raya tersebut. Balapan perdana di Sirkuit Mandalika tersebut terpaksa diundur karena kekurangan marshall.
Lewat sambungan telepon, Dyan menjelaskan bahwa pemilihan marshal sebenarnya sudah dilakukan sejak empat bulan lalu. Awalnya MGPA selaku panitia berniat merekrut warga Mataram. Namun kebijakan terakhir dari Bupati Lombok Tengah, meminta agar marshal diambil dari wilayahnya saja.Â
Advertisement
"Jadi akamsi-lah atau anak kampung sini," ujar Dyan Dilato.Â
Pelatihan kemudian dilakukan terhadap warga yang terpilih untuk menjadi marshal. Hanya saja menurut Dyan, sejauh ini belum ada praktek langsung. Pelatihan baru dilakukan lewat tayangan visual melalui video. Sementara trek, bendera, maupun pos yang harus ditempati belum tersedia.
"Intinya saat itu, treknya itu belum selesai," kata Dyan.
Â
Tidak Hadir saat Balapan
Sirkuit Mandalika yang saat ini mengusung nama resmi Pertamina Mandalika International Street Circuit baru diresmikan pada Jumat (12/11/2021) lalu. Sirkuit jalan raya yang memiliki panjang 4,3 km tersebut rencananya akan digunakan untuk menggelar balapan kelas internasional, seperti seri penutup World Super Bike Championship (WSBK) tahun ini dan balap motor MotoGP 2022.Â
Sebelum dua hajatan ini, Sirkuit Mandalika lebih dulu digunakan untuk ajang IATC 2021 yang seharusnya berlangsung 13-14 November lalu. Sesi latihan bebas dan kualifikasi sempat berjalan. Namun karena pertimbangan keamanan maka balapan di hari berikutnya terpaksa dibatalkan.Â
"Jadi Sabtu-nya sendiri, teman-teman marshall baru pegang bendera. Baru pegang radio, dia tidak mengerti cara menggunakan radio sepeti apa,"Â Dyan Dilato menjelaskan.Â
"Jadi singkat cerita, dia itu tidak menjalankan tugas dan itu terbukti ada di radio control. Misalnya ada motor jatuh di tikungan satu, dia kan harusnya langsung kibarin bendera. Tapi dia tidak mengibarkan bendera, tapi nonton. Jadi itu terbukti mas," kata Dyan menambahkan.Â
Menurutnya, masih banyak kejadian yang menunjukkan ketidaksiapan para marshal. Meski demikian, MGPA menurut Dyan sudah berusaha agar sesi latihan bebas dan kualifikasi berjalan. Hanya saja, saat hari H balapan, ternyata banyak marshall yang sebelumnya bertugas memilih tidak hadir.Â
"Nah, mungkin karena panas atau capek berdiri hari Minggu-nya yang datang sedikit," kata Dyan.Â
"Waktu udah di-treck inspection, jadi sejam mau balap jam 12 sempat keluar semua loh. Kalau dari awal diperiksa engga mampu kan beda, tidak jalan balapannya. Jadi udah mau on the street, entah kenapa saat dibilangin ya pos 17 kibarin bendera, engga dikibarin," ujar Dyan.Â
Â
Advertisement
Bantah Menghina Marshal
Permasalahan lain yang dialami marshal menurut Dyan terkait teknis pengoperasian alat kerja, termasuk alat komunikasi. "Jadi intinya, di mana-mana di dunia, itu tidak bisa langsung kejuaraan Asia, apalagi dunia. Harus ada proses, kalau mau manggung harus ada general repetisi dulu."
Meski demikian, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Dyan membantah telah melakukan penghinaan terhadap warga lokal di Mandalika dengan menyebut marshal katrok dan ndeso. Masalah ini sempat ramai di media sosial dan disebut-sebut jadi penyebab Dyan mundur.Â
"Intinya adalah saya tidak pernah membuat pernyataan seperti itu. Itu jelas. Dan saya berani dipertemukan, dan saya yakin dia pasti tidak punya rekamannya. Saya kalai ngadu ke dewan pers itu pasti ngaco. Itu hoax. Sebelum berita itu dimunculkan, saya sudah mengundurkan diri," bebernya.Â
"Itu ada buktinya. Surat pengunduran diri saya ada," Dyan menegaskan.Â
Simak wawancara eksklusif lengkap Dyan Dilato pada tautan ini...Â
Â
Â
  Â
Â
Â
Â