Sejarah Derby Della Madonnina: Rivalitas Saudara Sepupu

Inter Milan akan berhadapan dengan AC Milan dalam derby Milan pada lanjutan Liga Italia 2021/2022.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 05 Feb 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2022, 15:00 WIB
Derby Milan
Bendera klub Inter Milan dan AC Milan tergantung di jalan Paolo Sarpi, sebuah lingkungan China di Milan, Italia (13/10). Inter Milan dan AC Milan akan bertanding pada 15 Oktober 2017. (AFP Photo/Miguel Medina)

Liputan6.com, Jakarta Inter Milan kembali akan berhadapan dengan rival sekota, AC Milan pada lanjutan Liga Italia 2021/2022. Kedua tim bertemu di San Siro Stadium, Minggu (6/2/2022) dini hari, kick off 00.00 WIB. 

Derby Milan bukan hanya sebatas perebutan poin. Duel yang juga dikenal dengan sebutan Derby Della Madonnina ini merupakan kisah pertengkaran dua saudara sepupu yang telah berlangsung bertahun-tahun. Duel sengit yang akan membelah kota Milan menjadi warna biru-hitam dan merah-hitam.

Memisahkan saudara sedarah menjadi dua kubu dan mengubah San Siro sebagai arena pertempuran. Laga yang penuh gemuruh, caci-maki, tawa, dan air mata. Salah satu partai derby terbaik di dunia.

"Saya beruntung bisa tampil di Milan Derby," ujar legenda AC Milan Franco Baresi dalam sebuah wawancara dengan media Italia beberapa waktu lalu. "Itu laga yang penuh emosi," bebernya.    

"Saya beruntung pernah mengalami momen fantastis tersebut," Baresi menambahkan.  

Dikutip dari berbagai sumber, Derby Milan tidak bisa dipisahkan dari sejarah berdirinya kedua klub. Selama ini, AC Milan dan Inter Milan dalam bahasa Italia kerap dipersonifikasikan sebagai “i Cugini” atau saudara sepupu karena memang kedua tim ini pernah jadi bagian dari klub yang sama.

Semua bermula dari dua ekspatriat asal Nottingham, Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin. Pada tahun 1899 mereka membentuk klub kriket dan sepak bola yang kemudian diberi nama AC Milan. 

Klub ini terbilang sangat sukses. AC Milan berhasil merebut trofi liga pada 1901, 1906, dan 1907. 

 

Pembentukan Inter Milan

Logo dan ilustrasi Inter Milan
Logo dan ilustrasi Inter Milan. (AFP/Giuseppe Cacace)

Namun pada tahun 1908, perpecahan terjadi menyusul kebijakan AC Milan yang melarang pemain dari luar negeri. Beberapa anggota klub yang dikabarkan dari kalangan terpelajar kemudian berkumpul di salah satu restoran di kota Milan. Mereka membahas berbagai langkah untuk membentuk klub baru. 

Grup ini tergerak memisahkan diri dari AC Milan karena sikap solidaritas terhadap salah seorang temannya dari Swiss yang dilarang tampil karena bukan berasal dari Italia. Singkat kata, klub baru pun berdiri dan mereka menamainya Internazionale yang merujuk semangat persaudaraan lintas negara. 

Kehadiran klub Inter Milan sekaligus menandai awal dari rivalitas dalam Derby Milan. Masyarakat Milan dari kelas pekerja cenderung mendukung AC Milan, sementara kalangan berduit memilih Inter Milan.

 

Derby Milan Pertama

AC Milan Vs Inter Milan
Duel AC Milan Vs Inter Milan pada lanjutan Liga Italia 2021/2022 di San Siro, Senin (8/1/2021) berakhir dengan skor 1-1. (AFP/Tiziana Fabi)

Hanya tujuh bulan sejak terbentuknya Internazionale Milano atau Inter Milan, Derby Milan pertama pun tercipta di final Chiasso Cup. Dalam laga ini, AC Milan menang 2-1 sekaligus menandai lahirnya salah satu derby terbesar di dunia, yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan Derby Della Madonnina.

Derby Della Madonnina merujuk kepada patung tembaga berlapi emas Madonnina atau Bunda Maria di puncak gereja Katerdral Milan, Piazza Duomo, yang selama ini menjadi lambang kota mode tersebut. 

Berbagi Stadion

Markas AC Milan dan Inter Milan, Stadion San Siro di Milan, Italia.
Markas AC Milan dan Inter Milan, Stadion San Siro di Milan, Italia (Marco Tampubolon/Liputan6.com)

Meski dikenal sebagai musuh bebuyutan, AC Milan dan Inter Milan sampai saat ini masih bermarkas di stadion yang sama, yakni San Siro. Stadion legendaris yang menjadi kebanggaan warga kota Milan ini sudah berdiri sejak 1925. Pembangunannya digagas oleh mantan presiden AC Milan, Piero Pirelli.

Awalnya, stadion ini dibangun untuk menjadi markas AC Milan. Sementara Inter Milan bermain di Arena Civica, lapangan sepak bola yang dulunya merupakan lokasi parede militer pasukan Napoleon Buonaparte. Lokasi stadion ini berada tepat di sebelah bangunan bersejarah Castello Sforzesco.

(Kisahnya bisa anda ikuti pada tautan ini)

Krisis keuangan yang dialami Milan pada tahun 1935 memaksa manajemen menjual San Siro ke pemerintah kota Milan. Pemerintah kemudian melakukan sejumlah renovasi dan menambah kapasitas stadion. Setelah itu, pada tahun 1947 Inter Milan yang tengah menanjak memilih pindah ke sana. 

Pada tahun 1980, pemerintah kota Milan mengubah nama San Siro menjadi Giuseppe Meazza. Perubahan ini dilakukan untuk menghormati salah seorang legenda sepak bola timnas Italia, Giuseppe Meazzza yang semasa hidupnya juga pernah memperkuat Inter dan AC Milan. 

Meski demikian, suporter AC Milan tetap menyebut San Siro karena Giuseppe lebih identik dengan Inter dan pernah bermain di klub tersebut selama 14 tahun. 

 

Solidaritas Ultras

Sementara itu, hingga saat ini setidaknya sudah tercatat 300 pertemuan Inter Milan Vs AC Milan. Sebanyak 229 di antaranya merupakan laga resmi dan 71 lainnya laga tidak resmi.

Di pertandingan resmi, Inter Milan masih dominan atas AC Milan dengan 84 kemenangan. Sementara legenda AC Milan, Andriy Shevchenko menjadi top skor sepanjang masa Milan Derby dengan 14 gol. 

Namun di luar aksi-aksi memukau para pemain di atas lapangan, Deby Milan tidak akan menggema tanpa campur tangan para suporter garis keras kedua tim, yakni Curva Sud di kubu AC Milan dan Curva Nord di kubu Inter. Dukungan yang diberikan kedua kelompok suporter ini sangat luar biasa.

Layaknya derby panas lainnya, awalnya persetruan kedua ultras juga dipenuhi darah dan kekerasan. Namun pada tahun 1983 para pemimpin kedua kelompok berunding dan menghasilkan pakta perdamaian. Ini untuk mencegah jatuhnya korban di kedua belah suporter yang tak jarang masih bersaudara. Lewat perjanjian ini, 'perang' pun hanya boleh di bawah ke tribune pertandingan. Lewat cacian, makian, bendera, flare, bom asap, koreografi dan nyanyian di sepanjang pertandingan. 

Setelah peluit panjang dibunyikan, seluruh suporter akan kembali menjadi warga Milan. 

Meski bermusuhan, solidaritas kedua ultras juga tetap terjaga. Itu dibuktikan pada derby yang berlangsung 22 Desember 2013 lalu. Di pagi hari diumumkan bahwa polisi akan melarang Milanisti membawa spanduk ke Curva Sud. Interisti bereaksi dengan tidak membawa bendera ke Curva Nord. 

Bagi pendukung kedua tim, Milan Derby merupakan laga spesial. Namun bukan berarti segalanya. Memenangkan trofi dan menjadi juara tetap menjadi tujuan dukungan mereka terhadap timnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya