Update Covid-19 Jumat, 1 Juli 2022: Positif Bertambah 2.049 dan Sembuh 1.921

Data harian sebaran Covid-19 per 1 Juli 2022, kasus baru bertambah 2.049 menjadi 6.090.509. Kasus sembuh juga bertambah 1.921 sehingga akumulasinya menjadi 156.740.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 01 Jul 2022, 22:05 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2022, 22:05 WIB
FOTO: Jumlah Kasus Aktif COVID-19 di Indonesia Melonjak
Para pekerja yang mengenakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022). Sebanyak 5.110 pasien COVID-19 di Indonesia sembuh, membuat total pasien sembuh mencapai 4.148.804 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Data harian sebaran Covid-19 per Jumat, 1 Juli 2022, menunjukkan penambahan kasus baru sebanyak 2.049. Jumlah ini turut menambah akumulasi kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 6.090.509.

Penambahan juga terjadi di kasus sembuh sebanyak 1.921, sehingga akumulasinya menjadi 5.916.854. Kasus meninggal juga bertama tiga sehingga akumulasinya menjadi 156.740.

Kasus aktif juga terus naik. Hari ini bertambah 125 sehingga totalnya menjadi 16.915. Data juga menunjukkan jumlah spesimen 78.690 dan suspek 5.714.

Laporan dalam bentuk tabel turut merinci penambahan kasus terbanyak dari lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali. DKI Jakarta melaporkan 1.100 kasus positif baru dan 1.177 orang telah sembuh.

Sementara Jawa Barat 430 kasus konfirmasi baru dan 168 pasien sembuh. Banten dengan 241 kasus baru dan 372 sembuh dari Covid-19.

Sedangkan Jawa Timur ada 107 kasus baru dan 97 sembuh. Untuk Bali, 70 kasus positif baru dan 44 orang dinyatakan sembuh.

Provinsi lain tidak menunjukkan penambahan kasus baru yang terlalu signifikan. Masih ada 14 provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali.

Provinsi-provinsi itu antara lain Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Vaksinasi

FOTO: Antusiasme Warga Ikuti Vaksinasi Booster COVID-19 untuk Mudik Lebaran
Seorang anak menerima vaksin booster COVID-19 di Taman Pemuda Pratama, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/4/2022). Bagi warga yang belum vaksin atau vaksin baru sekali tetap harus tes PCR. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Penambahan kasus Covid-19 membuat vaksinasi menjadi pilihan tepat untuk melindungi diri. Perlu diketahui, vaksin Covid-19 primer memiliki masa penurunan efektivitas dalam enam bulan. Karena itu, penggunaan dosis booster atau penguat amat diperlukan setelah enam bulan suntikkan vaksin primer.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, jika vaksin primer intervalnya sudah lebih dari enam bulan, apakah bisa langsung booster atau perlu mengulang dosis pertama dan kedua terlebih dahulu?

Menurut Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, vaksin booster boleh langsung dilakukan tanpa mengulang vaksin primer. "Untuk booster itu bukan hanya antibodi yang diukur, tapi sebetulnya ada namanya sel memori," katanya.

"Sel ini bertahannya lebih lama dan diperlukan oleh booster. Sel ini harus aktif terus sehingga ketika diberi booster dia akan menghasilkan antibodi."

"Jadi karena adanya sel memori ini, booster tetap bisa diberikan walau sudah lebih dari enam bulan. Misalnya sudah 8 bulan ya jangan menunggu lagi, cepat-cepat suntik booster," imbuhnya.

 

Belum enam bulan

FOTO: Layanan Vaksinasi COVID-19 Puskesmas Kecamatan Matraman
Petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Matraman melakukan skrining saat vaksinasi COVID-19 di SD Negeri 25 Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022). Vaksin yang digunakan adalah vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama, kedua dan ketiga (booster). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Jika sebelum enam bulan, maka pemberian vaksin primer maka pemberian booster tidak akan menunjukkan peningkatan antibodi yang signifikan. "Dua bulan setelah vaksin primer itu antibodinya masih tinggi, kalau kita suntik lagi itu enggak akan naik tinggi," kata Sri Rezeki Hadinegoro.

"Ini harus hati-hati, kita sudah memakai batas enam bulan itu sudah paling bagus ada penelitiannya. "Kalau lebih, silakan booster asal jangan kurang dari enam bulan."

Sri juga menerangkan soal vaksin booster untuk BA.4 dan BA.5. Menurutnya, sejauh ini vaksin tersebut masih diteliti.

"Ya mungkin di luar negeri ada penelitiannya, tetapi memang belum dipublikasi karena ini tidak mudah, yang meneliti perlu waktu, uang, subjek, dan responden," ucapnya.

Di sisi lain, penelitian vaksin dilakukan untuk Omicron secara keseluruhan bukan khusus BA.4 dan BA.5. "Bisa saja di masa depan ada BA.8 dan kita tidak mungkin mengikuti mutasinya sehingga yang diteliti adalah vaksin Omicron secara keseluruhan.”

Terlepas dari berbagai penelitian yang sedang dikembangkan, vaksinasi tetap penting. Apalagi, di tengah merebaknya Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.

Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya