Liputan6.com, Jakarta - Nama William McCrum kemungkinan besar tidak dikenali mayoritas pecinta sepak bola. Namun sosok asal Republik Irlandia ini bertanggung jawab terhadap terciptanya salah satu inovasi terbesar di cabang olahraga terpopuler dunia tersebut: tendangan penalti.
McCrum tumbuh di keluarga makmur. Keluarganya merupakan pengusaha tekstik dan memiliki rumah listrik. Lulus dari Universitas Trinity Dublin, dia bermain sebagai penjaga gawang Milford FC.
Klub itu, yang berdiri tahun 1885 dan jadi salah satu pendiri Liga Republik Irlandia, mengakhiri musim pertama sepanjang sejarah kompetisi (1890/1891) di dasar klasemen. Mereka kemasukan 62 gol hanya dalam 14 pertandingan.
Advertisement
Pada titik inilah McCrum memasukkan proposal untuk tendangan penalti kepada Asosiasi Sepak Bola Irlandia. Federasi kemudian meneruskannya ke Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB), yang berwenang menciptakan peraturan dalam permainan.
Ide McCrum diterima dan tendangan penalti akhirnya diperkenalkan ke sepak bola. Penemuan ini diharapkan bisa mengatasi kebingungan yang dimiliki pengadil pertandingan.
Pada waktu itu wasit tidak tahu cara memberi keuntungan kepada tim jika lawan menghalangi terciptanya gol saat mendekati gawang, baik usai menyentuh bola dengan tangan atau melakukan pelanggaran.
Sempat Ditolak
Seperti kebanyakan inovasi baru lainnya, tendangan penalti mendapat penolakan. Pers Inggris menyebutnya sebagai hukuman mati karena tim memiliki keuntungan besar untuk mencetak gol.
Tendangan penalti juga diprediksi merusak keseruan sepak bola. Sementara kritik lain menganggapnya sebagai penghinaan, karena mempertanyakan sportivitas pemain dalam usaha meraih kemenangan.
"Peraturan tendangan penalti menempatkan pemain dalam posisi terdakwa. Seakan-akan pemain berniat menjegal atau mendorong lawan, dan berperilaku seperti orang tidak terpelajar," kata Charles Burgess Fry, salah satu pesepak bola tenar Inggris pada waktu itu, dilansir Beyond the Last Man.
Semua kecaman tersebut berubah pada Februari 1891 pada perempat final Piala FA antara Notts County dan Stoke City. Bek Notts County Jack Hendry menggagalkan gol penyama kedudukan Stoke City jelang berakhirnya laga sengan menghentikan bola di garis gawang.
Wasit memberi tendangan bebas kepada Stoke, sesuai peraturan lama yang masih berlaku. Namun, kiper Notts County bisa menghentikan si kulit bundar karena berdiri tepat di depan tempat tendangan diambil.
Notts County akhirnya memenangkan pertandingan dan melaju hingga final, sebelum dikalahkan Blackburn Rovers.
Setelah 12 bulan bernegosiasi, peraturan tendangan penalti akhirnya disahkan IFAB. Hukum tentang ini masuk Peraturan 13, yang juga menjelaskan tentang jarak dan jenis pelanggaran.
Advertisement
Lewati Sejumlah Revisi
Pada usia mudanya, tendangan penalti kerap diberikan. Pasalnya, wasit mudah dipengaruhi permintaan pemain yang melakukan protes dan merasa adanya pelanggaran. Akhirnya ada revisi dalam peraturan, dengan wasit tidak boleh dipengaruhi orang lain.
Selain itu, tendangan penalti awalnya bisa diambil di mana saja, asalkan berjarak 11 meter dari gawang. Sementara pemain lain harus menunggu lima meter di belakang bola, dengan kiper bebas bergerak menyamping.
Seiring perjalanannya, beberapa revisi dalam peraturan diambil. Dibentuk kotak di depan gawang untuk menentukan lokasi pelanggaran yang bakal berbuah penalti. Lalu setengah lingkaran dibuat demi memastikan pemain lain berdiri setidaknya lima meter dari titik penalti. Kiper kini juga dilarang bergerak dan harus berdiri.
Pembina Teater
Ide tendangan penalti dari McCrum sebenarnya ironis karena dirinya merupakan penjaga gawang. Sebab, hukuman tersebut jelas merugikan posisinya.
Namun, cucu McCrum, Robert punya pemikiran mengapa kakeknya menciptakan penalti.
"Tendangan penalti adalah hukuman yang idenya hanya mungkin muncul dari kiper. Dalam permainan mereka mayoritas menjadi penonton. Kini dengan penalti mereka mendapat panggung utama," tulils Robert.
"Benar, kiper mendapat kerugian karena ancaman kebobolan. Tapi di sisi lain, mereka bisa jadi pahlawan dan bintang pertunjukan."
Keinginan McCrum untuk momen bersinar bisa ditelisik dari sisi lain hidupnya. Dia menghabiskan banyak waktu di teater lokal.
Maka wajar jika pria yang menyukai drama menciptakan peraturan yang menghadirkan momen kesedihan dan kegembiraan pada saat bersamaan. Momen yang bisa menentukan kesuksesan tim meraih prestasi atau justru menghancurkan karier pemain.
Advertisement