Liputan6.com, Jakarta Pelatih Chelsea Graham Potter tak bisa memberi jaminan terkait masa depannya di The Blues. Juru taktik asal Inggris itu menegaskan pihaknya bakal berupaya membawa Cesar Azpilicueta dan kawan-kawan finis di peringkat setinggi mungkin.
Walau begitu, kepastian mengenai kelanjutan karier Graham Potter bersama kubu London Barat hanya bisa dijawab langsung oleh pemilik klub.
Baca Juga
Seperti diketahui, Potter belum lama ini ditunjuk menukangi Chelsea. Ia menjadi suksesor Thomas Tuchel usai eks pelatih Borussia Dortmund dianggap gagal mengantar The Blues tampil menjanjikan di awal musim ini.
Advertisement
Sayangnya, performa Chelsea bersama Potter juga tak terlalu meroket. Mereka masih terkunci di peringkat 10 klasemen sementara Liga Inggris, setelah hanya mampu mengumpulkan 29 poin dari 20 pertandingan sejak awal musim.
The Blues tertinggal 10 angka dari Manchester United yang menghuni urutan empat. Skuad racikan Graham Potter juga harus mengejar defisit 21 poin jika ingin menyaingi Arsenal yang saat ini nyaman bertengger di puncak.
Terlepas dari hal itu, pelatih Chelsea menjelaskan pihaknya saat ini memang tak terlalu berfokus mengejar pemimpin klasemen. Ia mengaku hanya ingin berupaya meningkatkan penampilan skuad dari satu pertandingan ke pertandingan lain.
Potter juga ogah berbicara banyak saat dikonfirmasi apakah pemilik klub tak masalah jika ia gagal mengantar Chelsea tembus ke Liga Champions musim depan. Eks juru taktik Brighton menilai pertanyaan itu harusnya ditujukan kepada pemilik klub.
“Sekali lagi, tanyakan kepada mereka (pemilik) klub,” ujar Potter mengenai performa Chelsea dan efeknya terhadap masa depannya di Stamford Bridge.
“Ambisi kami adalah mencoba melakukan yang terbaik mulai dari sekarang hingga akhir musim, dan Anda harus melakukan hal itu dengan memenangkan pertandingan berikutnya,” sambung pelatih berusia 47 tahun, seperti dilansir dari Metro.
Belanja Besar-besaran
Di sisi lain, Potter juga menjelaskan bahwa Chelsea saat ini sudah berupaya mati-matian melakukan perbaikan pada tim. Salah satu langkah yang diambil ialah dengan belanja pemain besar-besaran dalam bursa transfer Januari.
“Perekrutan yang kami lakukan di jendela (transfer Januari) adalah hal yang menunjukkan niat kami. Akan tetapi di saat yang sama, kami juga memahami proses yang kami jalani dan posisi kami saat ini. Kami harus terus bekerja,” tutur Potter.
Sekadar informasi, The Blues memang cukup royal berbelanja bulan lalu. Mereka tercatat memiliki akumulasi pengeluaran mencapai 326,5 juta euro di jendela transfer. Jumlah itu lebih banyak dibanding total belanja empat liga top Eropa lainnya.
Advertisement
Tak Semua Bisa Dimainkan
Enzo Fernandez menjadi pemain teranyar dan termahal yang dimasukkan Chelsea ke dalam skuad. Bintang Timnas Argentina diboyong dari Benfica usai The Blues memecahkan rekor transfer Liga Inggris dengan menggelontorkan dana 121 juta euro.
Sebelumnya, Chelsea juga sudah lebih dulu merekrut tujuh nama baru. Mereka adalah Mykhailo Mudryk (70 juta euro), Benoit Badiashile (37 juta euro), Noni Madueke (35 juta euro), Malo Gusto (30 juta euro), Andrey Santos (12,5 juta euro), David Datro Fofana (12 juta euro), serta Joao Felix yang dipinjam dari Atletico Madrid (11 juta euro).
Malang, aksi belanja besar-besaran Chelsea justru mendapat kritik dari berbagai pihak. Pasalnya, tak semua pemain baru bisa dimasukkan dalam jajaran skuad mereka di fase knock-out Liga Champions. Hanya tiga di antaranya yang dapat berpartisipasi.
Ogah Mengeluh
Potter sendiri enggan mengeluhkan sulitnya tugas yang harus ia jalani akibat banyak talenta baru yang masuk ke Chelsea. Malahan, ia merasa situasi itu merupakan tantangan sekaligus kewajiban baginya untuk menyusun komposisi skuad paling tepat.
“Ini adalah hal yang mengasyikkan sekaligus menjadi ujian bagi saya dan staf (pelatih). Kami punya banyak pemain bagus, kami membutuhkan kompetisi yang sehat, tetapi kadang akan ada rasa frustrasi (di dalam skuad), begitulah adanya,” tutur Potter.
“Akan ada sejumlah pertanyaan dan diskusi canggung (dengan para pemain) karena hanya ada 11 penggawa yang bisa tampil, dan Anda cuma bisa memiliki skuad dengan jumlah tertentu dalam satu matchday,” sambungnya.
“Ini hanya soal kejujuran, keterbukaan, transparansi, serta sikap menghormati fakta bahwa mereka (para pemain) ingin bermain,” pungkas dia.
Advertisement