Liputan6.com, Jakarta - Kompetisi sepak bola sangat kompetitif dan penuh persaingan. Klub-klub saling sikut untuk meraih kejayaan dengan memperoleh kemenangan dan trofi sebanyak-banyaknya. Beberapa klub ada yang telah mencatatkan sejarah kesuksesan panjang seperti Manchester United, Liverpool dan Real Madrid.
Namun, ada juga klub-klub yang seperti dikutuk hingga tidak dapat meraih kesuksesan dalam waktu yang sangat lama. Semesta nampak tidak ingin melihat klub-klub ini untuk dapat sukses, tidak peduli seberapa besar usaha yang telah mereka lakukan dan seberapa benar jalur yang sudah mereka tempuh.
Baca Juga
Tottenham Hotspur mungkin adalah yang pertama muncul di kepala jika berbicara mengenai klub terkutuk. Jika puasa gelar liga 30 tahun yang dialami Liverpool sebelum akhirnya mereka memutusnya pada tahun 2020 sudah cukup buruk bagi penggemarnya, Spurs belum pernah memenangkannya sejak tahun 1961.
Advertisement
Tottenham paling dekat dengan gelar Liga Inggris pertama mereka adalah pada musim 2015/2016. Namun, seperti biasa, ketika mereka sudah sangat dekat dengan kesuksesan, ada saja sesuatu yang menggagalkannya. Di musim tersebut, Leicester City secara ajaib keluar sebagai juara liga dan Spurs akhirnya harus puas duduk di urutan ketiga.
Trofi terakhir yang dimenangkan klub asal London Utara itu adalah Piala Liga pada tahun 2008 dan sama sekali belum memenangkan apapun sejak saat itu.
The Lilywhites paling jauh melangkah ketika mereka bersama Mauricio Pochettino berhasil menembus final Liga Champions 2019 meski akhirnya takluk 0-2 di tangan Liverpool.
Benfica
Pada rentang tahun 1959 hingga 1962, manajer Benfica saat itu Bela Guttmann membawa klub yang berbasis di Lisbon tersebut meraih dua gelar liga dan dua Liga Champions. Atas prestasinya tersebut, manajer berkebangsaan Hungaria tersebut merasa jika ia berhak mendapat kenaikan gaji, tetapi klub menolak permintaannya.
Akibat penolakan tersebut, Guttmann mengutuk Benfica tidak akan pernah menjadi juara Eropa hingga seratus tahun ke depan sejak 1962. Dan sesuai dengan kata-katanya, sejak saat itu Benfica telah mencapai delapan final di kompetisi eropa, lima di Liga Champions dan tiga di Liga Europa namun mereka gagal untuk keluar sebagai pemenang di semua partai final tersebut.
Kendati Benfica terus mendominasi di tingkat domestik dengan telah memenangkan 37 gelar Liga Primeira, tentu saja para penggemar akan menginginkan klubnya untuk kembali berjaya di kancah Eropa.
Advertisement
Bayer Leverkusen
Pada musim 2001/2002, Bayer Leverkusen keluar sebagai runner up di Bundesliga, Piala Jerman dan Liga Champions hingga dijuluki dengan nama ‘Neverkusen’.
Tidak ada yang lebih sial ketimbang berada di urutan kedua dalam tiga kompetisi berbeda di musim yang sama, tetapi itulah yang terjadi pada Leverkusen. Lebih buruk lagi, mereka menjadi runner up Bundesliga dalam tiga tahun berturut-turut antara tahun 1999 dan 2002.
Leverkusen tidak pernah memenangkan Bundesliga terlepas dari upaya terbaik yang sudah mereka keluarkan. Tidak berhenti di level klub, kutukan nasib buruk mereka meluas hingga level nasional ketika Tim Nasional Jerman harus menelan kekalahan atas Brazil di final Piala Dunia 2002. Sekadar informasi timnas Jerman saat itu berisikah lima pemain Leverkusen.
Paris Saint-Germain
Sejak diambil alih oleh Qatar Sports Investments pada tahun 2011, Paris Saint-Germain telah mendominasi sepak bola Perancis dengan memenangkan delapan gelar Ligue 1 dalam 10 tahun terakhir. Namun, serupa dengan yang dialami oleh Benfica, PSG sangat kesulitan untuk meraih kejayaan di kancah Eropa.
Padahal, selama satu dekade terakhir klub asal Paris tersebut telah menghabiskan total 1,4 miliar dolar untuk mendatangkan pemain bintang dari seluruh dunia. Tercatat dalam 11 ajang Liga Champions terakhir yang diikuti PSG, hanya sekali mereka menembus semi final dan final.
Pada partai final Liga Champions 2020, PSG harus takluk di tangan Bayern Munchen yang saat itu memang berada di level berbeda dengan semua klub yang ada di kompetisi. Dan di musim ini,
Advertisement