Liputan6.com, Jakarta International Football Association Board (IFAB) mengeluarkan atuaran baru untuk penjaga gawang dalam pertemuan ke-139 di Belfast, Irlandia, pada awal Maret 2025 ini.
Perubahan peraturan sepak bola ini membuat para penjaga gawang kini tidak bisa menahan bola lebih dari delapan detik. Bila dilakukan maka wasit akan memberikan hadiah sepak pojok bagi tim lawan.
Sebelumnya, aturan hanya memperbolehkan kiper memegang bola maksimal enam detik. Jika melewati batas waktu tersebut, wasit akan memberikan tendangan bebas tidak langsung kepada lawan dari lokasi kiper berdiri.
Advertisement
Peraturan baru ini akan berlaku mulai musim 2025/2026. Berdasarkan laman resmi IFAB, keputusan ini diambil setelah asosiasi melakukan uji coba sepanjang musim 2024-2025 di Premier League 2 (kompetisi akademi Inggris) serta liga di Malta dan Italia. Dari lebih dari 400 pertandingan, hanya tiga kali kiper dihukum tendangan sudut karena menahan bola terlalu lama yang semuanya terjadi di Inggris. Sementara di Italia, aturan percobaan berbeda diterapkan dengan memberikan lemparan ke dalam kepada lawan, yang hanya terjadi sekali.
Uji coba ini dinilai berhasil karena mampu mengurangi praktik buang waktu tanpa memberikan keuntungan berlebihan bagi tim lawan. Oleh karena itu, IFAB memutuskan untuk menerapkan aturan baru ini di semua kompetisi mulai Juli 2025.
Hitungan Mundur Visual
Menurut IFAB, wasit akan menggunakan hitungan mundur visual selama lima detik sebelum menghukum kiper yang menahan bola lebih dari delapan detik dengan tendangan sudut bagi tim lawan.
Dalam penjelasannya, IFAB mengungkapkan bahwa wasit kerap enggan menegakkan aturan enam detik karena tendangan bebas tidak langsung dinilai terlalu menguntungkan bagi tim lawan. Hal itu dikarenakan peluang mencetak gol dari tendangan bebas sangat tinggi, sementara saat pelanggaran terjadi tim lawan tidak dalam kondisi menguasai bola.
Selain itu, IFAB menilai bahwa mengatur tendangan bebas dari jarak yang sangat dekat ke gawang juga sulit karena pemain bertahan harus berdiri di garis gawang antara kedua tiang.
IFAB menegaskan bahwa menahan bola terlalu lama merupakan taktik membuang waktu yang tidak adil karena tim lawan tidak memiliki kesempatan merebut bola.
Berdasarkan penelitian, kiper biasanya hanya butuh kurang dari enam detik untuk melepaskan bola dalam serangan balik cepat. Sementara itu, saat mereka sengaja mengulur waktu, durasi bisa mencapai lebih dari 20 detik dengan taktik seperti menjatuhkan diri ke tanah sebelum perlahan bangkit kembali.
Untuk itu, IFAB percaya bahwa penerapan sistematis aturan ini dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi frekuensi pelanggaran dengan hukuman berupa kehilangan penguasaan bola tanpa memberikan keuntungan mencetak gol secara langsung bagi lawan.
Advertisement
Mengenal IFAB
Apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana? IFAB, atau International Football Association Board, badan independen yang bertanggung jawab atas Hukum Permainan (Laws of the Game/LOTG) sepak bola global, baru-baru ini mengadakan pertemuan di Glasgow pada 1 Maret 2025. Pertemuan bersama FIFA ini membahas perubahan signifikan pada aturan permainan, terutama aturan offside yang sering menuai kontroversi. Tujuannya? Meningkatkan kualitas dan keadilan permainan sepak bola di seluruh dunia.
IFAB didirikan pada 1886 untuk menyatukan aturan sepak bola yang beragam di Inggris Raya. Kini, badan ini terdiri dari empat asosiasi sepak bola tertua Inggris dan FIFA, memastikan tradisi dan perkembangan sepak bola dipertimbangkan dalam setiap perubahan aturan. Keputusan IFAB berpengaruh besar pada semua level pertandingan, dari liga amatir hingga profesional.
Perubahan aturan yang dilakukan IFAB melalui proses ketat dan sistematis. Setiap revisi bertujuan meningkatkan kualitas dan keadilan permainan. Perubahan terbaru yang dibahas, termasuk usulan 'Hukum Wenger', berpotensi merevolusi cara kita memahami dan menerapkan aturan offside.
Perubahan Aturan Offside: Usulan 'Hukum Wenger'
Salah satu usulan paling menarik adalah perubahan definisi offside. 'Hukum Wenger', jika disetujui, akan mengubah definisi offside dengan hanya menganggap pemain offside jika seluruh tubuhnya berada di depan garis pertahanan terakhir. Ini berbeda dari aturan saat ini yang seringkali menimbulkan kontroversi karena interpretasi yang rumit.
Tujuan dari perubahan ini jelas: mendorong permainan ofensif yang lebih atraktif dan mengurangi keputusan offside yang dianggap tidak adil. Dengan perubahan ini, diharapkan akan lebih sedikit momen kontroversial yang mengganggu jalannya pertandingan.
Namun, implementasi 'Hukum Wenger' tentu membutuhkan penyesuaian dan pemahaman yang mendalam dari semua pihak, termasuk wasit, pemain, dan pelatih. Perubahan ini berpotensi mengubah dinamika permainan secara signifikan.
Advertisement
