"Dewa menyamar sebagai Michael Jordan," celetuk rival Jordan, Larry Bird, pada tahun 1985. Bird sampai-sampai mengucapkan kata-kata tersebut setelah terkesima menyaksikan aksi Jordan yang mencetak 63 poin bertemu klubnya saat itu Boston Celtics. Ajang basket antaruniversitas benar-benar menjadi pembuka jalan Michael Jordan menuju puncak kesuksesan. Berbagai kehebatan Jordan pun ditunjukkan Jordan yang seolah seperti dewa basket yang datang dari langit.
----------
Julukan sebagai dewa bola basket memang wajar diterima Jordan. Prestasi Jordan ikut mengangkat pamor bola basket dan kompetisi NBA. Nomor pungung 23 yang identik dengan Jordan tak hanya dipensiunkan oleh Chicago Bulls tapi juga beberapa klub NBA seperti Miami Heat untuk menghormati jasa besar Jordan untuk olahraga bola basket.
Popularitas Jordan terangkat berkat kemampuannya melakukan slam dunk luar biasa dari garis free throw saat kontes slam dunk. Jordan dua kali menjuarai kontes slam dunk pada tahun 1987 dan 1988. Kemampuan Jordan melakukan dunk dengan melompat dari garis free throw membuatnya mendapat julukan Air Jordan. Aksi 'terbang' Jordan kemudian dijadikan simbol pada brand Air Jordan keluaran Nike, yang masih laku hingga saat ini. Jordan juga merupakan atlet pertama yang namanya digunakan sebagai nama sandwich restoran cepat saji McDonald's.
Ditolak Tapi Justru Jadi Bintang
Tahun 1984 menjadi tonggak bersejarah dalam karier Michael Jordan. Saat itu Jordan dengan berat hati memutuskan ikut draft NBA. Walau cemerlang di level universitas. Jordan ternyata dipilih di urutan ketiga oleh Chicago Bulls. Houston Rockets dan Portland Trail Blazers melewatkan Jordan begitu saja.
Rockets memilih mengambil Hakeem Olajuwon. Sedangkan Blazer merekrut Sam Bowie. Kedua klub itu melewatkan Jordan karena memiliki kebutuhan utama pemain dengan posisi center. Keputusan ini tentunya akan disesali selamanya oleh Rockets dan Blazer. Olajuwon memang mampu berkembang jadi salah satu pemain top, namun kebintangannya masih di bawah seorang Jordan. Yang paling sial adalah Blazers. Bowie ternyata tak mampu bersinar. Dia lebih banyak cedera.
Tanda-tanda Jordan bakal jadi bintang besar sudah terlihat sejak musim pertamanya di NBA. Jordan mampu menunjukkan kemampuan luar biasanya pada musim debutnya. Jordan mencatatkan rata-rata 28,2 poin per pertandingan dengan tingkat akurasi tembakan 51,5 persen. Jordan dengan cepat menjadi pemain kesayangan fans. Bahkan di kandang lawan, Jordan juga kerap mendapat pujian dan pendukung lawan.
Hanya sebulan setelah menekuni karier sebagai pebasket profesional, Jordan sudah mampu mejeng sebagai cover majalah Sports Illustrated dengan tajuk "Seorang Bintang Telah Lahir". Aksi-aksi cemerlang Jordan mengusik para pemain senior di NBA. Jordan yang mampu langsung lolos ke ajang All-Star di tahun perdananya di NBA 'dicuekin' oleh pemain senior yang dipimpin Isiah Thomas.
Para pemain senior menolak untuk memberikan bola kepada Jordan pada ajang All-Star. Jordan pun cuma mampu mencetak tujuh poin dari 22 menit. Meski diperlakukan tidak adil oleh pemain senior, Jordan tetap tegar. Dia memberi bukti dengan penampilan apik di musim reguler tidak terpengaruh sama sekali. Jordan akhirnya terpilih sebagai rookie of the year. Dia membantu Bulls finis 38-44. Sayangnya Bulls tersingkir di putaran pertama play-off setelah kalah dari Milwaukee Bucks.
Permainan Jordan Makin Matang
Cobaan kembali menerpa Jordan di musim keduanya di NBA. Jordan mengalami patah kaki di pertandingan ketiga sehingga harus absen dalam 64 pertandingan Bulls. Untungnya meski tanpa Jordan, Bulls tetap dapat mengamankan tiket play-off. Jordan berhasil pulih tepat waktu untuk play-off. Walau harus absen lama, Jordan mampu tampil baik saat kembali bermain lagi.
Jordan bahkan mampu mengukir rekor yang sampai saat ini belum terpecahkan yakni poin terbanyak dalam satu pertandingan play-off. Jordan membukukan 63 angka di game kedua melawan Boston Celtics. Raihan angka ini membuat bintang Celtics, Larry Bird, mengeluarkan pujian setinggi langit kepada Jordan.
Memasuki musim ketiganya di NBA, Jordan semakin matang. Pria plontos itu menjadi satu-satunya pemain setelah Wilt Chamberlain yang bisa membukukan 3.000 poin dalam semusim dengan rata-rata tertinggi di NBA (37,1 poin per pertandingan). Tak hanya piawai saat menyerang, Jordan juga semakin hebat dalam bertahan. Dia menjadi pemain pertama dalam sejarah NBA yang mampu melakukan 200 steal dan 100 blok dalam semusim.
Meski tampil cemerlang, pada akhir periode 1980-an Jordan masih kesulitan membawa Bulls berjaya. Jordan tak kuasa mengatasi dominasi Detroit Pistons yang dimotori Isiah Thomas.
Kehadiran pelatih Phil Jackson dan pemain-pemain baru seperti Scottie Pippen dan Horace Grant membuat Bulls semakin kuat. Jordan akhirnya bisa meraih cincin juara NBA untuk pertama kalinya pada musim 1990-1991 bersama Bulls.
Cincin NBA musim 1990/1991 ini merupakan awal dari rentetan gelar juara yang dipersembahkan Jordan kepada Bulls. Jordan kemudian membawa Bulls tiga kali beruntun menjuarai NBA atau three-peat. Pemain-pemain top NBA seperti Thomas, Clyde Drexler, dan Charles Barkley dibuat tak berkutik oleh Jordan. Dalam perjalanan tiga kali menjuarai NBA, Bulls juga mencatatkan sejumlah rekor antara lain untuk pertama kalinya dalam 16 tahun finis di tempat pertama musim reguler dengan meraih rekor kemenangan 61 kali pada musim 1990/1991.
Setelah meraih three-peat dan tujuh kali beruntun menjadi pemain paling subur, kegemilangan Jordan perlahan mulai pudar. Jordan mulai sibuk dengan kehidupan di luar bola basket. Jordan terpukul dengan kepergian ayahnya, James yang meninggal akibat dibunuh dua remaja dalam sebuah perampokan.
Di saat puncak prestasinya berada di atas, secara mengejutkan Jordan memutuskan pensiun dari bola basket 6 Oktober 1993. Ada apa dengan Michael Jordan? Apa yang dilakukan Jordan setelah pensiun? Simak Kisah Michael Jordan selanjutnya. (Vin)
Baca juga:
* 11 Pemain Terbaik Liga Champions Matchday Kedua
* Dinasti Maldini di AC Milan Bakal Berlanjut!
* Kedapatan Merokok, Wenger Langsung Damprat Wilshere
* AS Roma akan Datang ke Indonesia Bulan November
----------
Julukan sebagai dewa bola basket memang wajar diterima Jordan. Prestasi Jordan ikut mengangkat pamor bola basket dan kompetisi NBA. Nomor pungung 23 yang identik dengan Jordan tak hanya dipensiunkan oleh Chicago Bulls tapi juga beberapa klub NBA seperti Miami Heat untuk menghormati jasa besar Jordan untuk olahraga bola basket.
Popularitas Jordan terangkat berkat kemampuannya melakukan slam dunk luar biasa dari garis free throw saat kontes slam dunk. Jordan dua kali menjuarai kontes slam dunk pada tahun 1987 dan 1988. Kemampuan Jordan melakukan dunk dengan melompat dari garis free throw membuatnya mendapat julukan Air Jordan. Aksi 'terbang' Jordan kemudian dijadikan simbol pada brand Air Jordan keluaran Nike, yang masih laku hingga saat ini. Jordan juga merupakan atlet pertama yang namanya digunakan sebagai nama sandwich restoran cepat saji McDonald's.
Ditolak Tapi Justru Jadi Bintang
Tahun 1984 menjadi tonggak bersejarah dalam karier Michael Jordan. Saat itu Jordan dengan berat hati memutuskan ikut draft NBA. Walau cemerlang di level universitas. Jordan ternyata dipilih di urutan ketiga oleh Chicago Bulls. Houston Rockets dan Portland Trail Blazers melewatkan Jordan begitu saja.
Rockets memilih mengambil Hakeem Olajuwon. Sedangkan Blazer merekrut Sam Bowie. Kedua klub itu melewatkan Jordan karena memiliki kebutuhan utama pemain dengan posisi center. Keputusan ini tentunya akan disesali selamanya oleh Rockets dan Blazer. Olajuwon memang mampu berkembang jadi salah satu pemain top, namun kebintangannya masih di bawah seorang Jordan. Yang paling sial adalah Blazers. Bowie ternyata tak mampu bersinar. Dia lebih banyak cedera.
Tanda-tanda Jordan bakal jadi bintang besar sudah terlihat sejak musim pertamanya di NBA. Jordan mampu menunjukkan kemampuan luar biasanya pada musim debutnya. Jordan mencatatkan rata-rata 28,2 poin per pertandingan dengan tingkat akurasi tembakan 51,5 persen. Jordan dengan cepat menjadi pemain kesayangan fans. Bahkan di kandang lawan, Jordan juga kerap mendapat pujian dan pendukung lawan.
Hanya sebulan setelah menekuni karier sebagai pebasket profesional, Jordan sudah mampu mejeng sebagai cover majalah Sports Illustrated dengan tajuk "Seorang Bintang Telah Lahir". Aksi-aksi cemerlang Jordan mengusik para pemain senior di NBA. Jordan yang mampu langsung lolos ke ajang All-Star di tahun perdananya di NBA 'dicuekin' oleh pemain senior yang dipimpin Isiah Thomas.
Para pemain senior menolak untuk memberikan bola kepada Jordan pada ajang All-Star. Jordan pun cuma mampu mencetak tujuh poin dari 22 menit. Meski diperlakukan tidak adil oleh pemain senior, Jordan tetap tegar. Dia memberi bukti dengan penampilan apik di musim reguler tidak terpengaruh sama sekali. Jordan akhirnya terpilih sebagai rookie of the year. Dia membantu Bulls finis 38-44. Sayangnya Bulls tersingkir di putaran pertama play-off setelah kalah dari Milwaukee Bucks.
Permainan Jordan Makin Matang
Cobaan kembali menerpa Jordan di musim keduanya di NBA. Jordan mengalami patah kaki di pertandingan ketiga sehingga harus absen dalam 64 pertandingan Bulls. Untungnya meski tanpa Jordan, Bulls tetap dapat mengamankan tiket play-off. Jordan berhasil pulih tepat waktu untuk play-off. Walau harus absen lama, Jordan mampu tampil baik saat kembali bermain lagi.
Jordan bahkan mampu mengukir rekor yang sampai saat ini belum terpecahkan yakni poin terbanyak dalam satu pertandingan play-off. Jordan membukukan 63 angka di game kedua melawan Boston Celtics. Raihan angka ini membuat bintang Celtics, Larry Bird, mengeluarkan pujian setinggi langit kepada Jordan.
Memasuki musim ketiganya di NBA, Jordan semakin matang. Pria plontos itu menjadi satu-satunya pemain setelah Wilt Chamberlain yang bisa membukukan 3.000 poin dalam semusim dengan rata-rata tertinggi di NBA (37,1 poin per pertandingan). Tak hanya piawai saat menyerang, Jordan juga semakin hebat dalam bertahan. Dia menjadi pemain pertama dalam sejarah NBA yang mampu melakukan 200 steal dan 100 blok dalam semusim.
Meski tampil cemerlang, pada akhir periode 1980-an Jordan masih kesulitan membawa Bulls berjaya. Jordan tak kuasa mengatasi dominasi Detroit Pistons yang dimotori Isiah Thomas.
Kehadiran pelatih Phil Jackson dan pemain-pemain baru seperti Scottie Pippen dan Horace Grant membuat Bulls semakin kuat. Jordan akhirnya bisa meraih cincin juara NBA untuk pertama kalinya pada musim 1990-1991 bersama Bulls.
Cincin NBA musim 1990/1991 ini merupakan awal dari rentetan gelar juara yang dipersembahkan Jordan kepada Bulls. Jordan kemudian membawa Bulls tiga kali beruntun menjuarai NBA atau three-peat. Pemain-pemain top NBA seperti Thomas, Clyde Drexler, dan Charles Barkley dibuat tak berkutik oleh Jordan. Dalam perjalanan tiga kali menjuarai NBA, Bulls juga mencatatkan sejumlah rekor antara lain untuk pertama kalinya dalam 16 tahun finis di tempat pertama musim reguler dengan meraih rekor kemenangan 61 kali pada musim 1990/1991.
Setelah meraih three-peat dan tujuh kali beruntun menjadi pemain paling subur, kegemilangan Jordan perlahan mulai pudar. Jordan mulai sibuk dengan kehidupan di luar bola basket. Jordan terpukul dengan kepergian ayahnya, James yang meninggal akibat dibunuh dua remaja dalam sebuah perampokan.
Di saat puncak prestasinya berada di atas, secara mengejutkan Jordan memutuskan pensiun dari bola basket 6 Oktober 1993. Ada apa dengan Michael Jordan? Apa yang dilakukan Jordan setelah pensiun? Simak Kisah Michael Jordan selanjutnya. (Vin)
Baca juga:
* 11 Pemain Terbaik Liga Champions Matchday Kedua
* Dinasti Maldini di AC Milan Bakal Berlanjut!
* Kedapatan Merokok, Wenger Langsung Damprat Wilshere
* AS Roma akan Datang ke Indonesia Bulan November