Cek Fakta: Benarkah Klaim Hadi Pranoto soal Obat Corona Covid-19?

Tim Cek Fakta Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran atas klaim Hadi Pranoto soal obat herbal covid-19 temuannya. Tim pun menghubungi Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute, Profesor Amin Soebandrio.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 03 Agu 2020, 13:36 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2020, 16:27 WIB
Hadi Pranoto
Hadi Pranoto saat berbincang dengan Anji dalam sebuah video yang diunggah di You Tube. (Tangkapan layar dari Youtube Anji)

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Anji mempublikasikan sebuah wawancara di channel YouTube miliknya, dengan orang yang memperkenalkan dirinya sebagai pakar mikrobiologi, Hadi Pranoto. Hadi mengklaim sudah menemukan herbal virus corona covid-19.

Anji memberi judul video yang tayang pada 31 Juli 2020 itu: 'BISA KEMBALI NORMAL❓OBAT COVID 19 SUDAH DITEMUKAN !! (Part 1)'. Dalam video berdurasi 35 menit 51 detik itu, Hadi Pranoto mengklaim dirinya sudah menemukan obat herbal yang dinamai Antibodi Covid-19.

Begini narasi pembuka yang ada di video tersebut:

"Sekarang saya bersama orang-orang yang mungkin paling dicari di seluruh dunia saat ini, Professor Hadi Pranoto. Professor adalah yang menciptakan serum antibodi covid-19 itu obat untuk covid-19?" kata Anji.

"Ya, obat untuk covid-19. Bisa menyembuhkan dan bisa mencegahkan. Kalau vaksin itu disuntikkan, tapi kalau ini diminum," ujar Hadi Pranoto membalas salam pembuka Anji.

Untuk melihat video lengkapnya, klik tautan ini.

Lalu, benarkah klaim yang dibicarakan oleh Hadi Pranoto, orang yang diwawancarai Anji soal herbal virus corona covid-19 yang sudah ditemukan?

 

Penelusuran Fakta

Hadi Pranoto
Hadi Pranoto saat berbincang dengan Anji dalam sebuah video yang diunggah di You Tube. (Tangkapan layar dari Youtube Anji)

Tim Cek Fakta Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran atas klaim Hadi Pranoto. Tim pun menghubungi Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute, Profesor Amin Soebandrio melalui sambungan telepon pada Minggu (2/8/2020).

"Oh itu (klaim Hadi Pranoto), banyak statement yang tidak tepat. Saya tidak mau komentar tentang produknya, karena belum lihat. Namun lihat dari tayangannya saja banyak statement yang tidak sesuai," ucapnya.

Profesor Amin Soebandrio memaparkan salah satu logika Hadi Pranoto yang salah. Dalam video bersama Anji, Hadi Pranoto menyebut virus corona baru bisa mati jika terkena panas hingga 350 derajat celcius.

"Itu merupakan salah satu statement yang tidak benar. Virus corona sudah mati di suhu 56 derajat, kena air mendidih juga mati," kata Profesor Amin Soebandrio.

Secara menyeluruh, Profesor Amin Soebandrio menyebut obat virus corona covid-19 belum ditemukan. "Obat yang spesifik buat virus corona belum ada," ujarnya.

Tim Cek Fakta Liputan6.com juga menghubungi pejabat humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Abdul Halik Malik. Dia meminta Hadi Pranoto buka-bukaan soal produk yang ditemukannya untuk menyembuhkan orang yang positif virus corona.

"Klaim itu harus dibuktikan dengan serangkaian penjelasan dan riwayat berupa langkah-langkah yang sudah ditempuh. Dalam rekayasa produk ada tahapan yang harus diikuti, ada 8 tahap untuk sampai pada kandidat obat dan produk kesehatan lainnya.

"Bagusnya, karena sudah ramai, dikonfirmasi terkait produknya. Nanti dari produk itu kita ketahui apa zat aktif dan khasiatnya. Dari situ kita bisa ketahui keamanannya. Kalau yang sekarang ini masih disampaikan secara lisan oleh yang bersangkutan," ujar Abdul Halik Malik.

Abdul Halik Malik juga terkejut dengan kemunculan sosok Hadi Pranoto yang mengklaim dirinya sebagai profesor dan pakar mikrobiologi. "Hadi Pranoto yang mana, saya mau tanya itu sebenarnya."

"Ada banyak versi, menurut teman-teman sejawat di bidang kesehatan, orang yang diajak tukar pikiran dengan Anji itu, Hadi Pranoto ada dokter, tapi bukan yang itu. Kemudian, profesornya di mana, lembaga riset apa pendidikan atau lainnya? Kalau lainnya kita tidak bisa verifikasi. Profesor itu tidak ada yang independen, ada rumahnya," katanya.

Profesor di Indonesia, kata Abdul Halik Malik, tidak banyak. "Kalau sudah profesor, para ahli di bidang tersebut pasti mengenal beliau. Kita bisa mencarinya di database riset lembaga penelitian atau riset, ini tidak ditemukan. Setidaknya ada tulisan koran atau dikutip," ujarnya.

Untuk memperkuat artikel ini, Tim Cek Fakta Liputan6.com mengutip dari Kompas dengan judul: 'IDI: Hadi Pranoto Bukan Anggota IDI' menyebutkan kalau sosok Hadi Pranoto tidak memiliki sumber yang jelas.

Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Slamet Budiarto menyebutkan, Hadi Pranoto bukanlah anggota IDI. "Bukan, bukan dokter. Sudah dicek (ke database IDI), enggak ada. Penelusuran sebagai anggota IDI, enggak ada dia," ujar Slamet.

Soal informasi yang disampaikan Hadi Pranoto di dalam video Anji itu, Slamet mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi yang disampaikan di luar pemerintah. Publik diimbau menelusuri rekam jejak dan latar belakang narasumber terlebih dahulu sebelum memercayai sebuah informasi.

Terlebih lagi, ada seseorang yang mengklaim telah menemukan antibodi bagi penyakit Covid-19 di tengah upaya pemerintah mewujudkan vaksin. "Dia itu (gelar) profesornya dari mana? Pakar mikrobiologinya dari mana? Setelah dicek, dia sebagai apa, kita enggak tahu," ujar Slamet.

Sementara Kumparan mempertanyakan sosok Hadi Prantoto. Mereka menulisnya dalam artikel berjudul: 'Siapa Hadi Pranoto yang Mengklaim Temukan Obat COVID-19?'.

Dalam artikel itu, Kumparan tidak banyak menemukan informasi tentang Hadi Pranoto. Bahkan Anji sendiri dalam caption video tersebut mengakui bukan perkara mudah mencari data tentang Hadi Pranoto.

Begini narasi yang ada dalam artikel Kumparan:

"Nama Prof. Hadi Pranoto sulit sekali dicari di internet. Ada tapi sedikit sekali. Padahal sejak bulan Mei beliau sudah menemukan Antibodi Covid-19 ini," begitu yang tertulis.

Dari hasil penelusuran, pertama yang didapat adalah ternyata ia merupakan keluarga Surya Atmaja atau yang dikenal Abah Surya di Bogor. Abah Surya merupakan salah satu tokoh masyarakat di Bogor yang pernah mengundang raja dangdut Rhoma Irama untuk hadir dalam acara syukuran sunatan salah satu anaknya.

"Beliau (Abah Surya) orang tua asuh saya," kata Hadi.

Meski begitu, Hadi mengaku saat ini sudah tidak tinggal satu rumah dengan Abah Surya di Bogor. Kini, ia menetap di Jakarta. Mendapat gelar profesor dari mana, penelitiannya apa saja, masih misterius. kumparan juga tak menemukan jurnal ilmiah karya Hadi Pranoto.

Sementara itu, YouTube sudah menghapus video Anji yang mewawancarai Hadi Pranoto. Setelah video tersebut hilang, Anji pun memberikan komentar melalui Instagram Story miliknya. Berikut perkataan Anji mengenai amblasnya video Hadi Pranoto di YouTube:

"5.30 AM.

Saya dikatakan memberi panggung pada orang yang tidak kredible. Videonya di-share ke mana-mana oleh banyak orang. Ditonton banyak orang. Menjadi trending. Lalu di-banned oleh pihak YouTube.

Selang sehari kemudian, saya mengunggah video lain, berdiskusi dengan seorang profesional. CEO sebuah perusahaan keren yang bergerak di bidang pertunjukan. Materinya sangat bagus, tentang masa depan bisnis pertunjukan di Indonesia. Yang nonton hanya 20 ribuan saja dalam waktu 24 jam. Berbeda jauh dengan video sebelumnya

Secara tidak sadar, orang-orang juga memberi panggung pada hal yang mereka tidak suka."

Kesimpulan

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Dari penelusuran Tim Cek Liputan6.com dengan berbincang bersama Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute, Profesor Amin Soebandrio, pernyataan Hadi Pranoto dalam wawancara bersama Anji banyak yang tidak benar.

Sementara pejabat humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Abdul Halik Malik, meminta Hadi Pranoto mengungkap formula herbal yang diklaimnya bisa menyebuhkan pasien yang terjangkit virus corona.

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya