Liputan6.com, Jakarta - Beredar di aplikasi percakapan dan Youtube postingan video testimoni terkait klaim obat klorin dioksida yang bisa menyembuhkan covid-19. Postingan tersebut ramai dibagikan sejak pekan ini.
Salah satunya yang diunggah oleh akun bernama Jatim Times. Akun tersebut mengunggah video berjudul "Viral, Banyak Warga Malang Raya Sembuh Dari Covid-19 Pasca Minum Obat Temuan Prof Richard Claproth" pada 2 Februari 2021.
Video tersebut berdurasi 27 menit, 11 detik dan berisi testimoni terkait obat klorin dioksida buatan Prof Dr Richard Claproth bisa menyembuhkan covid-19.
Advertisement
Selain itu ada juga artikel dari Malangtimes.com berjudul yang sama dan juga tayang 2 Februari 2021. Dalam artikel tersebut terdapat beberapa testimoni dan klaim bahwa obat sudah melalui uji klinis namun belum diakui BPOM.
Selain itu obat tersebut diklaim bisa menyembuhkan pasien covid-19 dalam segala level dan telah diuji klinis dan efektif.
Lalu benarkah obat klorin dioksida bisa menyembuhkan covid-19?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menghubungi dr. RA Adaninggar, SP.PD. Dia menyebut obat klorin dioksida sebagai penyembuh covid-19 adalah tidak benar.
"Klorin dioksida adalah sejenis produk pembersih atau disinfektan dan sangat berbahaya bila diminum. WHO dan FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) juga telah menyatakan hal tersebut," ujar dr. Adaninggar saat dihubungi Selasa (2/2/2021).
"Sebagian besar penderita covid-19 terutama yang gejala ringan bisa sembuh tanpa obat-obatan karena sistem imun yang relatif baik. Hati-hati dalam menanggapi overklaim obat seperti ini karena akibatnya bisa sangat berbahaya karena hanya berdasar testimoni saja."
Dr. Ning sapaan akrabnya juga mengingatkan agar masyarakat memahami kriteria sembuh pada pasien covid-19.
"Sembuh adalah bila pasien sudah melewati masa penularan, hilang gejalanya, dan kondisi inflamasi akut sudah tidak terjadi. Swab PCR atau antigen memiliki risiko false negative yang cukup besar jadi interpretasi kesembuhan harus mempertimbangkan kondisi klinis secara holistik," ujarnya.
"Tidak bisa seorang pasien menganggap sembuh dan lepas dari isolasi mandiri pada hari kelima atau keenam misalnya hanya karena tes PCRnya sudah negatif. Masa isolasi adalah 10 hingga 14 hari untuk menghindari risiko penularan."
Cek Fakta Liputan6.com mencari bukti bahwa obat tersebut telah diuji klinis namun tidak ditemukan bukti jurnal apapun mengenai obat tersebut.
Dalam situs WHO.int dijelaskan bahaya mengonsumsi bahan yang mengandung klorin (pemutih) atau disinfektan.
"Pemutih dan disinfektan harus digunakan dengan hati-hati dan hanya untuk mendisinfeksi permukaan. Menyemprot atau menggunakan pemutih atau disinfektan pada tubuh tidak dapat melindungi Anda dari covid-19 dan hal ini dapat membahayakan," bunyi pernyataan WHO pada 17 Mei 2020.
Hal sama disampaikan oleh FDA pada pernyataannya 8 April 2020.
"FDA prihatin bahwa kami masih melihat produk klorin dioksida dijual dengan klaim yang menyesatkan bahwa produk tersebut aman dan efektif untuk pengobatan penyakit, termasuk untuk covid-19. Produk klorin dioksida belum terbukti aman atau efektif untuk penggunaan apa pun, termasuk covid-19," ujar Komisioner FDA Stephen Hahn, M.D.
"Selama ini klorin dioksida diklaim bisa menyembuhkan autisme, kanker, HIV/AIDS, hepatitis dan ini sangat berbahaya. Kami terus mengambil tindakan dan memonitor pengobatan berbahaya ini selama masa darurat. Masyarakat diharapkan mencari bantuan medis hanya melalui layanan kesehatan resmi."
Pernyataan FDA soal klorin dioksida bisa dilihat di link ini....
Selain itu ada penelitian yang menyebutkan bahwa konsumsi klorin dioksida pada pasien covid-19 berat bisa menimbulkan radang paru kimia. Penelitian itu bisa dilihat di link ini...
Selain itu ada juga pernyataan dari The Pan American Health Organization (PAHO) pada 5 Agustus 2020 terkait bahaya klorin dioksida pada pasien covid-19.
"PAHO tidak merekomendasikan penggunaan klorin dioksida atau natrium klorit secara oral atau parenteral untuk pasien yang dicurigai atau didiagnosis covid-19 atau untuk orang lain. Tidak ada bukti keefektifannya dan menelan atau menghirup produk semacam itu bahkan penggunaannya dapat menyebabkan efek merugikan yang serius,"bunyi pernyataan PAHO. Untuk selengkapnya bisa dilihat di link ini....
Hingga saat ini obat covid-19 juga belum ada. Hal ini dijelaskan dalam laman covid- 19.go.id yakni sebagai berikut:
"Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati penyakit yang disebabkan virus corona baru (COVID-19). Mereka yang terinfeksi virus harus menerima perawatan yang tepat untuk meredakan dan mengobati gejala, dan mereka yang sakit serius harus dibawa ke rumah sakit.
Sebagian besar pasien sembuh karena perawatan untuk gejala yang dialami. Beberapa perawatan spesifik saat ini tengah diteliti, dan akan melalui uji klinis. WHO membantu mempercepat upaya penelitian dan pengembangan dengan sejumlah mitra."
Advertisement
Kesimpulan
Klaim yang menyebut obat klorin dioksida bisa menyembuhkan covid-19 adalah tidak benar.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement