Simak Hoaks Terbaru Seputar Covid-19, dari GeNose sampai Jaringan 5G

Berikut hoaks seputar Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Feb 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2021, 20:00 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta- Informasi hoaks seputar Covid-19 masi beredar di dunia nyata dan maya, kondisi ini tentu harus terus diwaspadai agar kita tidak dirugikan karena telah mempercayai hoaks.

Agar tidak menjadi korban hoaks Covid-19, kita harus selektif sebelum mempercayai informasi yang didapat.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah menelusuri hoaks seputar Covid-19 yang beredar dalam sepekan.

Berikut hoaks seputar Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com:

1. Alat Tes Covid-19 GeNose Dijual Online Seharga Rp 90 Juta

 Cek Fakta Liputan6.com menemukan sebuah klaim yng menyebut alat tes covid-19 buatan UGM, GeNose dijual secara online. GeNose dijual secara daring seharga Rp 90 juta.

Klaim penjualan alat tes covid-19 GeNose secara online berada di akun Randy, yang membagikan ulang unggahan dari Naystore. Begini narasinya:

"GeNose C19

Harga Ready Rp 90 Juta/Unit

Ready 100 Unit

Harga PO Rp 75 Juta/Unit

PO 40 Hari

Wa 085817688502

1. Sensitivity 92%. Hal ini mengandung arti, GeNose C19 mampu membaca adanya tanda positif Covid-19 dengan peluang 92%.

2. Specificity 94%. Hal ini mengandung arti, GeNose C19 mampu membaca tanda negatif Covid-19 dengan peluang 94%.

3. Positive Predictive Value (PPV) 87%. Hal ini mengandung arti, bahwa yang benar-benar (true) positif dari hasil deteksi dengan GeNose C19, adalah 87 pasien dari 100, misalkan. Adapun 13 diantaranya false negative. Dengan kata lain, “Jika tes seseorang positif, berapa probabilitas dia betul-betul menderita penyakit?”.

4. Negative Predictive Value (NPV) 97%. Hal ini berarti bahwa yang benar-benar (true) negatif dari hasil deteksi dengan GeNose C19 adalah 97 pasien dari 100, misalkan. Adapun 3 diantaranya false negative. Bisa juga dikatakan, “Jika tes seseorang negatif, berapa probabilitas dia betul-betul tidak menderita penyakit?”.

5. Positive Likelihood Ratio 16.4x. Hal ini mengandung arti lebih sering mendapati 16,4 kali pasien positif dibanding negatif.

6. Negative Likelihood Ratio 0,09x. Hal ini berarti akan mendapati 0,09 kali pasien lebih sering negatif dibanding positif.

Kemenkes Ri Nomor Izin Edar: AKD 20401022883"

Lalu, benarkah alat tes covid-19 dijual secara online seharga Rp 90 juta? Simak penelusurannya di sini

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, Klaim alat tes covid-19 dijual secara online seharga Rp 90 juta merupakan informasi hoaks. Hingga saat ini, pihak UGM belum menjual penemuannya secara online. Harga yang ditetapkan UGM untuk penjualan GeNose adalah Rp 62 juta per unit, belum termasuk pajak.

 

2. Kasus Positif Covid-19 Melonjak Gara-Gara Tes PCR

Pengguna Facebook atas nama Bii mengklaim kalau tes Polymerase Chain Reaction ( PCR ), rapid, hingga swab menjadi penyebab banyaknya kasus virus covid-19 di Indonesia.

Bii mengunggah klaim tes PCR menjadi penyebab utama banyaknya angka positif covid-19 pada 23 Januari 2021. Begini narasi yang dia buat:

"Yang bikin banyak positif bukan acara pernikahannya, tapi testnya.

Coba seandainya kagak usah test2an, rapid, swab, dll.

Mereka akan hidup damai sentosa tanpa ada apa-apa. 😁"

Dia juga mengunggah sebuah tangkapan layar berupa artikel dengan judul: "Duh, Usai Gelar Acara Pernikahan, 21 Warga Klungkung Positif Covid-19".

Lalu, benarkah klaim tes PCR, swab, dan rapid menjadi penyebab utama banyaknya kasus positif covid-19 di Indonesia? Simak penelusurannya di sini

Hasil penelusuran  Cek Fakta Liputan6.com, klaim tes PCR, swab, dan rapid menjadi penyebab utama banyaknya kasus positif covid-19 di Indonesia merupakan informasi hoaks.

Faktanya, tes PCR, swab dan rapid digunakan untuk mendeteksi seseorang terjangkit covid-19 atau tidak. Alat itu juga tidak diisi oleh virus covid-19.

 

3. Vietnam Tanpa Kasus Kematian Covid-19 karena Minum Teh Panas Dicampur Lemon

Pada Senin (8/2/2021), pengguna Facebook atas nama MhellyAlkhy mengunggah klaim yang menyebut Vietnam tanpa kasus kematian menghadapi pandemi covid-19 sejak 2020.

Dalam klaim, disebutkan juga kalau Vietnam sukses menghadapi covid-19 tanpa kasus kematian karena minum teh panas yang dicampur dengan lemon. Berikut narasinya:

"Kabar gembira dan istimewa.. Vietnam korban covid 19 tidak ada yng mati...Berita super.. obat virus covid 19 sudah tercapai informasi dari negara Vietnam.. virus covid 19 tidak menyebabkan kematian.. ternyata resepnya sangat sederhana tapi sangat ampuh.. hanya 1 teh..2 lemon..minumlah teh panas setelah di campur perasan lemon..dapat segera membunuh virus covid 19..dan dapat sepenuhnya menghilangkan virus covid 19 dari tubuh...2 bahan ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi bersifat basa.. karena ketika malam tiba sistem tubuh menjadi asam.. kemampuan detensif juga akan berkurang..

itulah sebabnya orang Vietnam santai saja dengan menyebarnya virus covid 19... Di Vietnam rata2 semua orang minum segelas air panas dengan sedikit lemon di malam hari... Karena telah terbukti membunuh virus covid 19 secara total... Bagikan resep sakti ini kepada siapapun untuk memburu pahala... Resep sederhana ini sangat efektif karena tidak akan terinfeksi virus covid 19.. Atas izin Allah SWT. YME...Selamat mencoba...*👍👍👍"

Lalu, benarkah Vietnam tanpa kasus kematian akibat covid-19 berkat teh panas dicampur lemon? Simak penelusurannya di sini.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim Vietnam tanpa kasus kematian akibat covid-19 berkat teh panas dicampur lemon merupakan informasi yang salah. Faktanya, ada 35 kasus meninggal dunia akibat covid-19 di Vietnam.

Kemudian, berdasarkan penelusuran, tidak ada bukti yang menyebut kalau minum teh panas dicampur lemon bisa menyembuhkan covid-19.

 

4. Pendaftaran Vaksin Covid-19 Gratis dari WHO

Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai yang mencatut nama Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Pesan berantai ini ramai dibagikan sejak beberapa waktu lalu.

Dalam pesan berantai tersebut menyebutkan WHO sedang menggelar pendaftaran program vaksin covid-19 gratis.

Berikut isi lengkap pesan berantai tersebut:

"Organisasi Kesehatan Dunia memberikan vaksin COVID-19 gratis.

Saya mendapat vaksin COVID-19 gratis, senang sekali. Keluarga dan teman-teman saya juga sudah divaksinasi.

Anda harus mengajukan vaksinasi sesegera mungkin.

Klik tautan untuk mengajukan vaksinasi. https://www.svwa.cn/tiaoban.php?app=yimiao"

Lalu benarkah WHO sedang mengadakan program pendaftaran vaksin covid-19 gratis? Simak penelusurannya di sini.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, pesan berantai berisi link pendaftaran untuk vaksin covid-19 gratis dari WHO adalah hoaks.

WHO meminta masyarakat waspada pada penjahat siber yang memanfaatkan situasi pandemi Covid-19.

 

5. Dokter Italia Temukan Penyebab Covid-19 dari Bakteri Terpapar 5G Bisa Sembuh dengan Antibiotik

Cek Fakta Liputan6.com mendapatiklaim dokter Italia menemukan penyebab Covid-19 dari bakteri terpapar 5G bisa sembuh dengan antibiotik.

Klaim pernyataan dokter Italia menemukan penyebab Covid-19 dari bakteri terpapar 5G bisa sembuh dengan antibiotik, beredar diaplikasi percakapan WhatsApp. Berikut informasi tersebut:

"BREAKING NEWS

Berita gempar Dunia : ITALY telah melakukan proses bedah siasat terhadapa Pesakit Corona yang telah meninggal Dunia yang mana di kata kan seperti Wahyu Besar yang berlaku kepada seluruh manusia di Dunia ini.

Italy telah menjadi Negara Pertama di Dunia yang melakukan Bedah Siasat ke atas mayat COVID -19 dan setelah penyelidikan menyeluruh di buat, mendapati bahawa Covid-19 TIDAK Wujud sebagai Virus tetapi sesuatu Rahsia yang sangat besar di bongkarkan yang mana yang di katakan virus itu adalah Satu Penipuan Global sangat besar. Apa yang berlaku sebenarnya Penderita Covid-19 yang mati adalah di sebabkan oleh "Amplified Global 5G Electro magnetic Radiation (Poison)".

Doktor di Italy nekad telah Melanggar Undang-undang Pertubuhan Kesihatan Se-Dunia (WHO), yang mana WHO tidak membenar kan Autopsi (Postmortem) ke atas mayat orang yang telah mati akibat Virus Corona. Namun begitu, Pakar Perobatan di Italy telah nekad melakukan Autopsi mayat penderita Covid-19 untuk mengetahui apa punca sebenarnya kematian setelah beberapa jenis penemuan Saintifik di peroleh. Tidak dapat di andaikan sepenuhnya bahwa itu bukan Virus tetapi Bakteria yang menyebabkan kematian adalah Bakteria yang menyebabkan pembekuan darah terbentuk di dalam pembuluh darah yaitu gumpalan darah di urat: dan saraf yang di sebabkan oleh Bakteria ini dan inilah yang menyebabkan kematian kepada pesakit.

Pakar perobatan Italy telah mengalahkan Virus Covid-19 yang tersebar meluas di seluruh Dunia dengan menyatakan bahwa "tidak lain dan tidak bukan punca kematian kepada pesakit Covid-19 adalah Berpunca dari pada pembekuan phelia-intra vaskular (trombosis) dan cara menangani nya adalah dengan menyembuhkan nya yaitu dengan mengambil Obat-obatan seperti tablet anti biotik, anti-radang dan mengambil anti koagulan (aspirin) dan ini boleh menyembuh kan pesakit yang di terkena Virus COVID-19".

Dengan penemuan ini, maka menunjuk kan kepada seluruh Penduduk Dunia bahwa penawar bagi penyakit Covid-19 telah di temui dan berita sensasi ini di bagi untuk seluruh Dunia. Penemuan ini telah di siapkan oleh Pakar dan doktor dari Italy dengan cara Autopsi (Postmortem) mayat Pesakit Covid-19. Menurut beberapa Saintis Italy yang lain, Ventilator dan Unit Rawatan Rapi (ICU) tidak pernah di perlukan. Protokol untuk ini kini telah di keluar kan di Italy.

Terdapat pendapat umum mengatakan bahwa Negara China sebenarnya sudah mengetahui tentang penemuan ini tetapi tidak pernah membuat pengumuman menjadi terbuka kepada negara lain di Dunia.

Dengan penemuan ini, informasi ini di mohon untuk di bagikan maklumat ini dengan semua keluarga, tetangga, kenalan, kawan sekantor agar mereka dapat keluar dari ketakutan Covid-19 dan memahami bahwa ini bukan Virus sama sekali tetapi hanya Bakteria yang terkena radiasi 5G. Dan ini adalah berbahaya kepada orang yang mempunyai Immune yang sangat rendah. Sinaran ini juga menyebabkan radang dan hipoksia. Mereka yang menjadi korban ini harus mengambil Asprin-100mg dan Apronix atau Paracetamol 650mg., Kenapa … ??? Kerena telah terbukti bahwa Covid-19 menyebabkan darah membeku yang menyebab kan Trombosis orang tersebut dan di sebabkan oleh darah beku di vena dan di sebab kan oleh otak, jantung dan paru-paru tidak dapat mendapat Oksigen kerena orang tersebut menjadi sukar dan seseorang mati dengan cepat kerena Sesak Nafas.

Doktor di Italy tidak mematuhi Protokol: WHO dan melakukan bedah siasat ke atas mayat yang mati kerena Covid-19. Doktor membuka lengan, kaki dan bahagian tubuh yang lain dan setelah memeriksa dan memeriksanya dengan betul, mereka melihat bahwa saluran darah melebar dan vena penuh dengan Trombi yang biasanya menghentikan darah mengalir. Dan juga mengurangkan aliran Oksigen ke dalam badan yang menyebabkan pesakit mati. Setelah mengetahui penyelidikan ini, Kementerian Kesehatan Italy segera mengubah Protokol Rawatan Covid-19 dan memberikan Aspirin kepada Pesakit Positifnya mengikut Sukatan 100mg dan memberi Empromax. Hasilnya para pesakit mulai pulih dan kesehatan mereka mulai menunjuk kan peningkatan kesihatan yang baik. Kementerian Kesehatan Italy mengeluarkan lebih dari pada 14,000 pesakit dalam 1 (satu) hari dan menghantar mereka pulang ke rumah masing-masing.

Sumber : Kementerian Kesehatan Italy

#kita jaga kita."

Benarkah dokter Italia menemukan penyebab Covid-19 dari bakteri terpapar 5G bisa sembuh dengan antibiotik? Simak penelusurannya di sini.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim dokter Italia menemukan penyebab Covid-19 dari bakteri terpapar 5G bisa sembuh dengan antibiotik tidak benar.

Virus tidak dapat menyebar melalui gelombang radio jaringan seluler. Covid-19 menyebar di banyak negara yang tidak memiliki jaringan seluler 5G.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya