Liputan6.com, Jakarta - Pandemi virus corona covid-19 dibarengi dengan penyebaran hoaks yang masif di masyarakat. Hoaks ini tersebar melalui media sosial maupun aplikasi percakapan.
Di Indonesia menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika hoaks terkait covid-19 ada 1.402 kasus mulai 23 Januari 2020 hingga 1 Februari 2021. Dari 1.402 kasus hoaks itu tersebar menjadi 2.422 hoaks di platform media sosial milik Facebook.
Rinciannya, Facebook: 1.701 hoaks, di Instagram: 21 hoaks, Twitter: 490 hoaks, dan Youtube ada 30 hoaks.
Advertisement
"Sekarang kita hidup di jaman post-truth yang artinya bukan pasca-kebenaran, tetapi melawan atau anti kebenaran. Sejak tahun lalu, fenomena ini kian menjadi-jadi sehubungan dengan adanya pandemi yang berasal dari data alias data-driven pandemic. Karena data yang diciptakan, dianalisis dan dikonsumsi mengenai virus covid-19 itu begitu banyak dan sangat menular, bahkan lebih cepat dari penularan virus penyebabnya," ujar dr. Syafiq Basri Assegaff, MA saat berbincang dengan Cek Fakta Liputan6.com.
"Dan mereka yang kurang paham mengenai literasi media akan dengan mudah terimbas, sehingga turut menjadi korban hoaks tersebut. Jangankan di negara berkembang seperti Indonesia, bahkan di negara semaju AS pun, informasi tentang itu bisa menyesatkan orang. Seperti misalnya tokoh setingkat Presiden Donald Trump saja bisa bicara tidak benar soal covid-19," kata dokter yang juga lulusan Master of Arts in Journalism, University of Technology Sydney itu menambahkan.
Dokter sekaligus pengajar di Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Jakarta itu pun memberikan tips agar masyarakat terhindar dari hoaks. Yang utama adalah masyarakat harus membaca dan meneliti informasi yang diterima dengan hati-hati, lalu tidak terburu-buru membagikan dan meneruskannya pada orang lain.
Lalu apa saja tips yang lain? Simak di halaman selanjutnya...
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tips Terhindar dari Hoaks
1. Pentingkah berita itu atau biasa saja karena sudah banyak diberitakan di berbagai media dan anggota grup juga bisa mendapatkannya dari banyak tempat lain.
2. Apakah sumbernya dari pakar terpercaya (reliable), atau orang iseng yang kurang kerjaan?
Saat pandemi seperti saat ini, ketika banyak orang yang harus berdiam di rumah saja, kemungkinannya sebagian orang mungkin bingung untuk mengisi kegiatan. Akhirnya pilihan jatuh pada ‘berbagi’ informasi, padahal belum tentu informasi yang dibagikan benar.
3. Perhatikan sumber berita, kalau dari media, apakah media itu bisa diandalkan. Jika bukan dari mainstream media (media arus utama), sebaiknya jangan dibagikan lagi pada orang lain.
4. Apakah informasi itu penting, bermanfaat, dan sangat harus diperhatikan atau biasa-biasa saja, atau mungkin tidak cocok untuk grup yang kita ikuti?
5. Apa saya mengirimkan ini hanya karena ingin dianggap keren, selalu up to date, atau karena gejala fear of missing out (FOMO), "takut ketinggalan", sehingga bernafsu ingin segera membagikan?
6. Pikirkan kembali sebelum berbagi apakah merugikan kita kalau tidak berbagi? Kalau tidak merugikan sebaiknya hentikan berbagi. Sebab informasi yang sama mungkin sudah dibaca juga oleh orang lain melalui sumber lain.
Advertisement