Masyarakat Harus Jujur Sebelum Jalani Vaksinasi

Setiap produk kedokteran, baik obat-obatan, hingga vaksin pasti memiliki manfaat dan risiko yang tidak dapat dihindari.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mei 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2021, 13:00 WIB
Vaksinasi Tenaga Pendidik dan Lansia di Mall
Tenaga medis melakukan vaksin Covid-19 di Lippo Mall Kemang, Jakarta, Senin (12/04/2021). Vaksinasi tenaga pendidik sebagai bentuk dukungan Lippo Group untuk membantu percepatan vaksin guru dengan tujuan agar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bisa berjalan dengan aman. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks covid-19 dan vaksin masih menjadi musuh terbesar penuntasan pandemi saat ini. Salah satu penyebab banyak masyarakat enggan untuk divaksin adalah hoaks yang kian menyebar dengan cepat. Salah satu hoaks yang banyak beredar adalah tentang keamanan dan risiko pasca vaksinasi.

Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD menjelaskan bahwa setiap produk kedokteran, baik obat-obatan, hingga vaksin pasti memiliki manfaat dan risiko yang tidak dapat dihindari.

dr. Dirga juga menjelaskan bahwa manfaat dari vaksin tersebut adalah kekebalan terhadap virus covid-19, sedangkan risikonya adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI itu sendiri.

“Setiap produk kedokteran pasti punya manfaat dan risiko, vaksin covid-19 apapun pasti memiliki manfaat dan resiko, seperti manfaatnya adalah tubuh lebih kebal dari virus, resikonya ya yang disebut KIPI, aman itu bukan berarti tidak memiliki resiko. Vaksin apapun pasti memiliki manfaat dan resiko,” ungkap dr. Dirga melalui Virtual Class Liputan6.com bertajuk "Bongkar Fakta dan Mitos Keamanan Vaksin COVID 19’" Jumat (28/5).

Selain itu, dr. Dirga juga menjelaskan bahwa KIPI merupakan hal yang wajar usai vaksinasi. Maka dari itu, sebelum vaksin terdapat proses screening untuk memastikan kondisi pasien apakah layak divaksin atau tidak.

dr. Dirga juga menghimbau kepada masyarakat untuk berbicara dan menceritakan dengan jujur bagaimana kondisi kesehatannya, hingga obat-obatan apa saja yang terakhir dikonsumsi. Hal ini dilakukan agar meminimalisir adanya KIPI dengan gejala yang lebih berat.

“KIPI itu kalau disebabkan oleh vaksin itu wajar, berarti vaksinnya bekerja. Sebelum vaksin pasti ada proses screening. Sampaikan apa adanya, jika layak akan divaksinasi, jika tidak akan ditunda,” dr. Dirga menjelaskan.

Dia menambahkan, “Sampaikan sebelumnya minum obat apa, punya penyakit apa, agar tidak salah memberikan jenis vaksin. Hal-hal tersebut kita lakukan untuk meminimalisir KIPI.”

 

 

 

Saksikan Video Cek Fakta di Bawah Ini


Virus yang Dimatikan

dr Reisa dan dr Dirga Rambe
Dr Dirga Sakti Rambe, vaksinolog/ dokter penyakit dalam (kanan) dalam sebuah diskusi di Jakarta, DOK. KPCPEN

dr. Dirga juga mengungkap bahwa vaksin merupakan komponen virus yang sudah dimatikan. Virus tersebut dimasukkan ke tubuh manusia dengan tujuan membangkitkan imun yang dimiliki. Untuk itu, dr. Dirga membantah adanya chip yang disebut-sebut terdapat pada vaksin covid-19.

“Komponen vaksin ini disebut antigen, yaitu komponen virus yang sudah dimatikan. Tubuh akan melawan saat antigen ini masuk, bukan chip. Alumunium itu bukan hanya yang kita ketahui di panci, tetapi ada yang kadarnya lebih rendah dan ini untuk vaksin,” kata dr. Dirga.

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya