Ragam Hoaks Tes PCR, Bikin Kasus Melonjak Hingga Dihentikan di Swedia

Tes PCR masih menjadi gold standard untuk mendeteksi covid-19 di tubuh seseorang.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 08 Jun 2021, 08:21 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2021, 15:00 WIB
Banner Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Ilustrasi tes PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Tes PCR masih menjadi gold standard untuk mendeteksi covid-19 di tubuh seseorang. Namun sayangnya hoaks terkait tes PCR ini masih banyak beredar.

Hoaks tes PCR ini tersebar di media sosial maupun aplikasi percakapan. Lalu apa saja hoaks terkait tes PCR? Berikut beberapa di antaranya:

1. Cek Fakta: Tidak Benar Swedia Hentikan Tes PCR untuk Deteksi Virus Covid-19

Beredar di media sosial postingan terkait Swedia yang menghentikan tes PCR untuk mendeteksi virus covid-19. Postingan ini ramai dibagikan sejak akhir Mei lalu.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama @hemarina. Dia mengunggahnya di Twitter pada 21 Mei 2021 lalu.

Dalam unggahannya terdapat narasi:

"Sweden Stops using PCR Tests - RNA from Viruses can be Detected for Months After Infection even on vaccinated persons"

atau dalam Bahasa Indonesia

"Swedia Berhenti Menggunakan Tes PCR - RNA dari Virus dapat Dideteksi Berbulan-bulan Setelah Infeksi bahkan pada orang yang divaksinasi."

Lalu benarkah postingan yang mengklaim Swedia menghentikan penggunaan tes PCR untuk mendeteksi virus covid-19? Simak dalam artikel berikut ini...

#IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

2. Cek Fakta: Belum Terbukti Virus Corona Covid-19 di India Tidak Terbaca Tes PCR

Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Ilustrasi tes PCR (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai terkait tes PCR yang tidak bisa lagi membaca virus covid-19 varian baru di India. Pesan berantai ini ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Wiriyanto Aswir. Dia mengunggahnya di Facebook pada 29 April 2021.

Berikut isi postingannya:

"*dr.Ritesh Kumar, Dokter ahli spesialis paru2

*Virus ini kembali lagi, kali ini dengan bahaya tenaga yang lebih besar, taktik dan kamuflase yang lebih.

Gejala bukan batuk2 Tidak ada demam, tidak ada sakit persendian, tidak ada kelemahan

Selera makan hilang, dan mengakibatkan Pneumonia COVID. SUdah pasti, tingkat kematian lebih tinggi, parah makin cepat. Kadang2 gejala2 tidak terlihat ... mari kita berhati2VIrus baru ini lokasinya bukan di area pernafasan manusia Tetapi langsung berdampak ke paru2, sementara waktu ikubasinya semakin cepat.

Saya telah perhatikan banyak pasien tanpa demam, tapi hasil rontgen (X-Ray) menunjukkan pneumonia (sakit paru2) yang lumayan.SWAB COVID-19 lewat hidung .... sering hasilnya negativeSemakin banyak, dan bertambah banyak hasil Test COVID-19 lewat hidung yang gagal.

Artinya virus tersebar langsung ke paru2, sehingga berakibat problem pernapasan akut, akibat penumenia virus. Ini menjelaskan mengapa banyak kasus yang parah dan fatal tanpa diketahui sebelumnya.

Berhati2lah, hindari keramaian, kenakan masker, dan seringlah mencuci tangan.

GELOMBANG baru ini lebih mematikan dari yang pertama. Kita harus semakin hati2, dan lebih teliti pada setiap langkah.

Mohon sebarkan informasi ini ke rekan2 dan keluarga lewat saluran komunikasi kita."

Lalu benarkah pesan berantai berisi informasi terkait tes PCR yang tidak bisa lagi membaca virus covid-19 di India? Simak dalam artikel berikut ini...

3. Cek Fakta: Hoaks Kasus Positif Covid-19 Melonjak Gara-Gara Tes PCR, Simak Kebenarannya

Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Ilustrasi tes pcr (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pengguna Facebook atas nama Bii mengklaim kalau tes Polymerase Chain Reaction ( PCR ), rapid, hingga swab menjadi penyebab banyaknya kasus virus covid-19 di Indonesia.

Bii mengunggah klaim tes PCR menjadi penyebab utama banyaknya angka positif covid-19 pada 23 Januari 2021. Begini narasi yang dia buat:

"Yang bikin banyak positif bukan acara pernikahannya, tapi testnya.

Coba seandainya kagak usah test2an, rapid, swab, dll.

Mereka akan hidup damai sentosa tanpa ada apa-apa. 😁"

Dia juga mengunggah sebuah tangkapan layar berupa artikel dengan judul: "Duh, Usai Gelar Acara Pernikahan, 21 Warga Klungkung Positif Covid-19".

Lalu, benarkah klaim tes PCR, swab, dan rapid menjadi penyebab utama banyaknya kasus positif covid-19 di Indonesia? Simak dalam artikel berikut ini...

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya