Pakar Farmasi Imbau Masyarakat Tak Termakan Hoaks Saat Memilih Obat Bagi Anak

Masih ada sebagian masyarakat yang terjebak pada informasi yang tidak benar atau hoaks, khususnya soal memilih obat-obatan yang aman dikonsumsi anak.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 08 Nov 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi Anak Bermain
Ilustrasi anak bermain. (dok. Unsplash.com/@anaklipper)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Junaidi Khotib, SSi, Apt, MKes, PhD mengimbau, masyarakat mengikuti informasi dari sumber resmi terkait pemilihan obat-obatan bagi anak.

Junaidi menyayangkan, masih ada sebagian masyarakat yang terjebak pada informasi yang tidak benar atau hoaks, khususnya soal memilih obat-obatan yang aman dikonsumsi anak.

"Masalahnya, masyarakat sering ambil informasi di media sosial yang mana semua orang bisa memasukkan dan menyebarkan info di sana, sehingga masyarakat harus lebih bijak dalam memperoleh informasi dan sumber terkait obat-obatan itu tadi," kata Junaidi dilansir dari Antara, Senin (7/11/2022).

Menurut Junaidi, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan saat memilih obat yang aman untuk anak, seiring dengan maraknya kasus gagal ginjal akut diduga dipicu oleh obat-obatan sirop.

Junaidi mengingatkan, selain bentuk sirop, terdapat bentuk sediaan obat lain yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak. Salah satu bentuk sediaan obat tersebut ialah puyer. 

"Kedua, tentu tidak satu-satunya sirop itu bentuk sediaan yang bisa diberikan pada anak. Ada bentuk sediaan lain, misalnya puyer, itu juga bisa digunakan," katanya.

"Meskipun mungkin rasanya pahit, tetapi ini bisa menjadi opsi di tengah maraknya kasus ini," kata dia.

Junaidi menambahkan, masyarakat harus melibatkan peran serta dokter dan apoteker dalam menentukan obat aman bagi anak. Keduanya memiliki andil penting, memberikan bantuan konsultasi serta resep obat pada masyarakat.

"Ketika obat-obat tersebut harus dengan resep dokter, maka tentu saja mereka harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, sebelum selanjutnya datang ke apotek. Di apotek, mereka bertemu apoteker, di sana apoteker pasti memberikan informasi mana obat yang baik, aman, serta tidak menimbulkan potensi gagal ginjal," tutur Junaidi.

Terakhir, Junaidi berpesan, pada masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi situasi ini. Namun demikian, masyarakat tetap harus waspada agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

"Saya harap masyarakat juga tidak panik dengan hal yang sedang kita hadapi ini. Tentu semua prihatin. Oleh karena itu, kejadian ini harus kita waspadai agar tidak terjadi di masa mendatang," tutup Junaidi.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya