Liputan6.com, Jakarta-- Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI, Adin Bondar menuturkan bahwa budaya literasi sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna membentuk masyarakat yang berkarakter.
"Dalam konsep penguatan budaya literasi, akan terwujud masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter. Itu dapat dicapai melalui pengembangan kegemaran budaya membaca, penguatan konten perbukuan literasi, dan peningkatan akses," jelasnya dalam gelar wicara bertema "Perpustakaan, Literasi, dan Inklusi" di Kantor Berita ANTARA, Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Baca Juga
Berdasarkan penjelasan dari Adin, Presiden Jokowi berambisi membentuk SDM yang berkualitas dan berdaya saing melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yang memprioritaskan isu literasi secara detail dalam skala nasioanl.
Advertisement
Adin juga menjelaskan bahwa kegemaran membaca di satuan pendidikan telah berkembang pesat melalui sekolah dan perguruan tinggi.
Sementara program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) tengah dijalankan sebagai ruang terbuka untuk masyarakat umum demi meralisasikan prinsip pembangunan perpustakaan inklusi dan peningkatan kualitas SDM.
"Seorang literat akan berkontribusi terhadap kesejahteraan negara. Jadi, semakin tinggi indeks literasi masyarakat, maka negara itu akan maju dan sejahtera. Sebaliknya, apabila literasinya rendah, maka akan berdampak pula pada kemiskinan yang tinggi, kesehatan buruk, dan pengangguran juga tinggi," ucapnya dilansir dari Antara.
Terkait implementasi program TPBIS, Adin menjelaskan, "Sudah dilakukan di 3.262 desa yang sudah bertransformasi dan melibatkan 3 juta warga termarjinalkan, sehingga konsep perpustakaan menjangkau masyarakat sudah maksimal, kalau dilihat dari lokus yang kita bangun," jelasnya.
Pada Desember 2023, terdapat 2.494 desa yang direplikasi melalui TPBIS. Kehadiran program ini memfasilitasi fasilitator bagi masyarakat, sehingga pemahaman akan hal baru mudah untuk diproses oleh masyarakat.
Menurut Adin, TPBIS menyebabkan beberapa parameter perubahan dalam sektor ekonomi yang salah satunya adalah perubahan kualitas pemasaran produk yang semakin maju.
"Seperti awalnya berjualan makanan, tetapi tidak tahu bagaimana memasarkan produk dengan baik. Melalui program TPBIS, sudah ditingkatkan dan berkembang menjadi usaha katering. Dari aspek lain, juga meningkatkan hubungan sosial, karena pemilik usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) sama-sama bertemu di perpustakaan," Tutur Adin dilansir dari Antara.
Melihat betapa krusialnya dampak dari budaya literasi, maka jelas dan tak perlu diragukan lagi untuk menerapkan literasi yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Â
Â
Â
Â
Tiga Faktor Pendukung Implementasi Budaya Literasi
Sejalan dengan Undang-undang (UU) Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, terdapat tiga faktor pendukung penanaman budaya literasi, yakni keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Keluarga
Sebagai lingkungan pertama saat generasi muda tumbuh berkembang, keluarga berperan krusial dalam menanamkan budaya literasi sejak dini agar menjadi SDM yang kaya akan pengetahuan dan terbiasa tumbuh dengan literasi.
"Untuk pilar yang pertama, sudah jelas jika keluarga adalah fondasi awal untuk meningkatkan budaya literasi di era digital. Sebab, keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak," jelas Adin.
Satuan Pendidikan
Sudah jelas tempat pendidikan merupakan faktor pendukung penanaman budaya literasi kepada kaum muda. Oleh karena itu, Kemendikbudristek telah memfasilitasi 15 juta buku yang disebarluaskan ke sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.
"Kemudian, untuk satuan pendidikan di mana Kemendikbudristek telah mengembangkan buku yang menunjang kecakapan literasi," katanya.
Masyarakat
Masyarakat saling berinteraksi antara satu sama lain dan berpotensi saling mempengaruhi kebiasaan ketika hidup berdampingan. Partisipasi masyarakat juga berperan penting dalam mengikuti program TPBIS yang memberikan dampak besar di hampir setiap sektor kehidupan.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.