Tangkal Serangan Hoaks, Wamenkominfo Dorong Komunikasi Publik Strategis

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengungkap komunikasi publik perlu dibangun secara strategis karena berperan penting dalam penyebaran informasi.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 07 Mar 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 13:00 WIB
Wakil Menkominfo Nezar Patria (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Wakil Menkominfo Nezar Patria (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengungkap pentingnya membangun komunikasi publik secara strategis. Karena hal ini berperan penting dalam penyebaran informasi.

Ini juga berkaitan dengan kemajuan teknologi dan pemanfaatan media digital sebagai sarana pertukaran informasi membuat potensi gangguan informasi akibat penyebaran hoaks, misinformasi dan disinformasi meningkat.

“Masyarakat yang terinformasi dengan baik sangat penting untuk stabilitas demokrasi kita, dan tanggung jawab semua orang untuk memastikan validitas informasi sebelum membagikannya di platform digital,” ucapnya dalam siaran pers Kementerian Kominfo yang diterima, Rabu (6/3/2024).

Hal tersebut dijelaskan saat membuka International Strategic Communication Workshop Series di Jakarta Pusat. “Tidak semua misinformasi atau disinformasi harus direspons. Karenanya penting untuk berkomunikasi secara strategis,” ungkapnya lagi.

Menurut Nezar, komunikasi publik strategis sangat penting dalam menangani kekacauan informasi seperti misinformasi dan disinformasi yang beredar di masyarakat.

Dalam membangun komunikasi strategis, Wamenkominfo mendorong pengadopsian kerangka kerja komunikasi RESIST yang telah lebih dahulu diterapkan oleh Government Communication Service International (GCSI) Pemerintah Inggris.

Kerangka Komunikasi RESIST

Ilustrasi komunikasi
Ilustrasi komunikasi (Liputan6.com/Tisha Sekar Aji)

Kerangka kerja komunikasi RESIST menekankan pada pada penerapan, pelacakan, dan pengukuran efektivitas komunikasi strategis.

Kerangka ini mencakup enam langkah, yakni Recognize misinformation and disinformation (mengenali misinformasi dan disinformasi), Early warning (peringatan dini), Situational insight (memahami situasi), Impact analysis (analisis dampak), Strategic communication (komunkasi strategis) dan Tackling effectiveness (efektivitas penanganan).

“Dalam kunjungan saya ke Inggris beberapa waktu lalu, Pemerintah Inggris memperkenalkan saya pada RESIST, strategi mereka menghadapi kekacauan informasi. Terinspirasi kerangka kerja tersebut, saya ingin menerapkan pendekatan serupa di Indonesia, dan lokakarya hari ini jadi langkah pertama penerapannya,” ujar Nezar.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya