Tangkal Misinformasi Akibat AI Perlu Libatkan Semua Sektor

Maraknya penyebaran misinformasi akibat penyalahgunaan AI perlu ditangani dengan melibatkan semua sektor.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 02 Apr 2024, 14:23 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi Misinformasi
Ilustrasi Misinformasi (Liputan6.com/Trie Yasni)

Liputan6.com, Jakarta - Penyalahgunaan AI berakibat pada maraknya peredaran misinformasi di media sosial. Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya menyasar pada individu tertentu, tetapi semua kalangan.

Penyebaran misinformasi akibat AI bukan masalah baru, tetapi dengan kemajuan teknologi memungkinkan siapapun tanpa terkecuali untuk membuat dan menyebarkan deepfake atau pun AI Generatif.

Hal ini menjadi tantangan moderasi konten yang beredar di media sosial dan memiliki implikasi yang serius berbagai ranah, mulai dari politik hingga kesehatan.

"Penanganan sebaran misinformasi akibat penyalahgunaan AI dapat diatasi dengan melakukan regulasi yang baik. Ini perlu melibatkan seluruh sektor, dari pengguna dan para profesional, misalnya dari perusahaan teknologi," ujar Asisten Profesor di University of Illinois, Madelyn dilansir dari The Everett Herald.

Penanganan Misinformasi AI Perlu Tindakan Kolektif

Ilustrasi misinformasi
Ilustrasi misinformasi (Liputan6.com/Abdillah)

Madelyn menilai penanganan misinformasi akibat AI perlu dilakukan melalui tindakan kolektif atau kolaborasi, misalnya dengan membentuk komunitas pelaporan.

Selain melakukan mass-report secara langsung terhadap konten yang terindikasi sebagai bentuk misinformasi di media sosial, adanya komunitas pelaporan juga dapat memberikan rekomendasi dan saling memberikan edukasi terkait literasi digital.

"Para profesional perlu membangun kepercayaan dengan masyarakat, memberikan edukasi seputar literasi digital misalnya dengan memberi rekomendasi sumber informasi terpercaya, dan cara kerja AI dalam membuat konten misinformasi. Selain itu masyarakat juga harus menyaring informasi di media sosial, khususnya dalam rangka menjaga ruang digital yang aman bagi anak-anak," kata Madelyn.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya