Hoaks Seputar Nyamuk Wolbachia Diklaim Mematikan Justru Mampu Berantas DBD, Bagaimana Caranya?

Banyak hoaks beredar seputar nyamuk wolbachia yang diklaim mematikan sebagai senjata pembunuh manusia. Faktanya, nyamuk wolbachia justru dapat menjadi senjata yang ampuh dalam memberantas DBD. Bagaimana caranya?

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 26 Apr 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 12:00 WIB
Ilustrasi nyamuk
Ilustrasi nyamuk. Foto oleh Anuj dari Pexels.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak hoaks beredar seputar nyamuk wolbachia yang diklaim mematikan sebagai senjata pembunuh manusia. Faktanya, nyamuk wolbachia justru dapat menjadi senjata yang ampuh dalam memberantas DBD.

Hal ini disampaikan oleh Kabiro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi dalam acara Virtual Class Liputan6.com bertajuk, “Dijadikan Hoaks Senjata Pembunuh Manusia, Yuk Kenali Nyamuk Wolbachia” yang digelar Rabu (24/4/2024).

"Kalau di bidang kesehatan, AI yang disalahgunakan banyak sekali. Jadi, seolah-olah nyamuk wolbachia ini adalah suatu rekayasa genetik, padahal bukan rekayasa genetik. Justru karena bukan rekayasa genetik, untuk kita menggunakan (nyamuk) aedes ber-wolbachia ini menjadi pencegahan demam berdarah itu dibutuhkan waktu," ujar Siti menjelaskan.

Dalam hal ini, populasi nyamuk aedes aegypti yang tadinya tidak memiliki bakteri wolbachia, perlu dimasukkan bakteri wolbachia dengan cara menyebarkan telur-telur dari nyamuk yang sudah memiliki bakteri wolbachia.

Siti menuturkan bahwa telur-telur tersebut akan dibiarkan dan kemudian berkembang secara alami hingga menjadi nyamuk dewasa.

"Kita membutuhkan kurang lebih 11 kali pelepasan telur nyamuk aedes yang ber-wolbachia supaya dia bisa berkembang secara alami di alam, supaya dia bisa mencegah penularan demam berdarah," katanya.

Melalui proses dan waktu yang tidak singkat, menurut Siti, penerapan inovasi nyamuk wolbachia baru bisa dilihat efektivitasnya di tahun 2025, tepatnya dalam jangka waktu selama 11 bulan.

Oleh karena itu, Siti mengimbau, agar masyarakat tetap melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan menerapkan prinsip 3M untuk mencegah demam berdarah.

Sejauh ini, Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang berhasil menekan angka kasus demam berdarah melalui metode nyamuk wolbachia.

Siti menuturkan bahwa yang menjadi titik fokus saat ini adalah daerah-daerah yang memang memiliki kasus dan jumlah kematian yang konsisten, dalam arti terus-menerus ada dan kemungkinan besar mengalami peningkatan.

Secara spesifik, terdapat enam daerah yang menjadi target penerapan upaya pencegahan demam berdarah dengan nyamuk wolbachia, yakni Denpasar, Kupang, Semarang, Bandung, Jakarta Barat, dan Bontang.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya