Liputan6.com, Jakarta - Konten palsu atau hoaks masih terus bermunculan di media sosial. Bahkan, baru-baru ini pelaku kerap memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk memproduksi konten hoaks.
Manajer Program ICT Watch, Defira NC mengungkapkan bahwa konten hoaks dengan teknologi AI semakin realistis. Masyarakat jadi kesulitan membedakan mana yang hoaks mana yang konten asli.
Advertisement
Baca Juga
Contohnya, kata dia, beberapa waktu lalu sempat beredar video Presiden ke-7 RI, Joko Widodo yang berpidato menggunakan bahasa mandarin. Selain itu, ada juga video jurnalis Najwa Shihab yang mempromosikan situs judi online. Namun, kata Defira, konten-konten tersebut merupakan editan dan hasil buatan AI.
"AI nya makin canggih dan hasilnya makin realistis. Masyarakat jadi semakin bingung," kata Defira dalam acara Virtual Class Liputan6.com, Jumat (28/2/2025).
Karena itu, Defira meminta, masyarakat untuk waspada dan tidak terjebak dengan konten hoaks AI yang semakin realistis. Ia pun memberikan sejumlah tips mudah untuk mendeteksi konten hoaks berbasis AI.
Meski konten hoaks AI semakin canggih, namun Defira menyebut masih ada minusnya dan bisa dibedakan dengan konten aslinya.
"Makin canggih teknologi AI, tetap ada aja kok minusnya. Contohnya kedipan mata, ekspresi wajah, dan gerakan mulut yang tidak sesuai suaranya. Kalau kita jeli, tetap kelihatan ada bedanya," ucap Defira.
Selain itu, mendeteksi konten AI bisa dengan melakukan verifikasi dan mencari perbandingan ke sumber lainnya. Kemudian, masyarakat juga bisa mencoba tools atau perangkat pendeteksi AI yang tersedia di internet dan ramah pengguna.
"Karena banyak sekali tools AI yang bisa kita gunakan untuk menelusuri AI. Memang pola-pola khas yang dibentuk oleh AI bisa dikenali oleh AI juga. AI sebenarnya juga bisa jadi senjata baru untuk melawan hoaks," tutur dia.
Terpenting, kata Defira, masyarakat perlu menanamkan pola pikir kritis ketika menerima suatu informasi di media sosial. Dengan hal tersebut, masyarakat jadi tidak mudah terpapar konten hoaks berbasis AI.
"Kita juga harus kelola emosi kita. Ketika kita mendapatkan berita itu, apakah kita merasa sedih, marah, atau terlanjur bahagia. Konten yang bisa manipulasi emosi yang berlebihan, bisa jadi itu konten hoaks," tutup Defira.
Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.
Caranya mudah:
* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse
* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”
* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”
* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement
