Liputan6.com, Jakarta - Hipotermia merupakan kondisi medis yang membahayakan jiwa. Hal ini terjadi ketika suhu tubuh inti seseorang turun di bawah 35 derajat Celcius, jauh di bawah suhu tubuh normal 36,5 hingga 37,3 derajat Celcius. Kondisi ini muncul karena tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya memproduksi panas.
Dikutip dari berbagai sumber, penyebab hipotermia beragam, mulai dari paparan suhu dingin ekstrem hingga kondisi medis tertentu. Kejadian ini bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, sehingga penting untuk memahami bagaimana mencegah dan mengatasinya.
Advertisement
Baca Juga
Paparan suhu dingin ekstrem, baik udara maupun air, menjadi penyebab utama. Pakaian yang tidak memadai atau basah kuyup dalam waktu lama memperparah kondisi ini. Selain faktor lingkungan, kondisi medis seperti hipotiroidisme, diabetes, dan konsumsi obat-obatan tertentu juga meningkatkan risiko hipotermia.
Bayi, balita, dan lansia termasuk kelompok yang lebih rentan terhadap kondisi ini. Oleh karena itu, kewaspadaan dan pengetahuan tentang hipotermia sangat penting untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Gejala hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Pada tahap ringan (32-35°C), gejalanya meliputi menggigil, kulit dingin dan pucat, serta rasa mengantuk. Namun, pada tahap sedang (28-32°C), kondisi semakin serius dengan munculnya inkontinensia urine dan penurunan kesadaran.
Jika suhu tubuh turun di bawah 28°C, hipotermia berat terjadi, ditandai dengan hilangnya kesadaran dan bahkan henti jantung. Segera cari pertolongan medis jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala tersebut.
Mengenali Gejala Hipotermia Berdasarkan Tingkat Keparahan
Gejala hipotermia bervariasi tergantung pada tingkat keparahan, mulai dari ringan hingga berat. Berikut ciri-ciri dan gejala hipotermia berdasarkan tahapannya:
Hipotermia Ringan (suhu tubuh 32–35°C):
- Menggigil.
- Kulit terasa dingin saat disentuh.
- Kulit pucat.
- Mati rasa.
- Pernapasan cepat.
- Mengantuk.
- Takikardia (detak jantung cepat).
- Respons menurun.
- Penyempitan pembuluh darah.
- Gerak refleks menurun.
- Kelelahan.
- Tekanan darah meningkat.
- Kurang koordinasi.
Hipotermia Sedang (suhu tubuh 28–32°C):
- Kesadaran berkurang.
- Tidak lagi menggigil.
- Tekanan darah menurun.
- Pernapasan melambat.
- Detak jantung melambat (bradikardia).
- Inkontinensia urine (ketidakmampuan menahan kencing).
- Pupil melebar.
- Kehilangan refleks.
- Kulit tampak kebiruan (sianosis).
- Kesulitan bicara.
Hipotermia Berat (suhu tubuh di bawah 28°C):
- Respon dan kesadaran hilang.
- Otot tegang.
- Ketidakmampuan mata dalam merespon cahaya.
- Detak jantung melambat dan tidak teratur.
- Sulit bernapas.
- Edema paru.
- Henti jantung.
- Kaku otot.
- Tidak memberi respons.
- Bradikardia makin parah.
- Pernapasan dan denyut nadi sangat lemah.
- Pingsan.
- Terdapat cairan di paru-paru.
- Koma.
- Kematian.
Advertisement
Penanganan dan Pencegahan Hipotermia
Penanganan hipotermia membutuhkan tindakan cepat dan tepat. Pindahkan korban ke tempat yang hangat dan kering dengan hati-hati, hindari gerakan yang berlebihan. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering dan hangat, lalu selimuti tubuh korban dengan selimut atau mantel tebal.
Berikan minuman hangat (hindari alkohol dan kafein), serta kompres hangat di leher, dada, dan selangkangan. Jangan gunakan sumber panas langsung untuk menghindari luka bakar. Segera hubungi layanan medis darurat.
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Kenakan pakaian yang sesuai cuaca, berlapis-lapis dan tahan air jika perlu. Hindari paparan suhu dingin yang berkepanjangan, jaga tubuh tetap kering, dan cari tempat berlindung jika berada di luar ruangan dalam cuaca dingin.
Kesimpulannya, hipotermia merupakan kondisi yang serius dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan penanganan hipotermia sangat penting untuk mencegah dan mengatasi kondisi ini.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
