Citizen6, Jakarta Suatu pagi di Jalan Sudirman, dua orang pengendara sepeda motor beradu mulut di tengah jalan. Mereka tidak memperdulikan bahwa tindakan itu menimbulkan kemacetan, padahal pagi hari jalanan di sekitar Sudirman terlihat cukup padat karena aktivitas pekerja kantoran disekitarnya. Parahnya, pengendara lain malah membuat kemacetan semakin panjang dengan memberhentikan kendaraan dengan seenaknya karena ingin melihat aksi adu mulut kedua orang tersebut.
Tidak hanya di jalan raya kita bisa menjumpai pengumpat. Bahkan di sosial media Twitter pun ada, seperti kasus Dinda yang beberapa waktu lalu ramai diberitakan di portal media. Stress maupun cape dalam perjalanan yang kemungkinan menjadi faktor Dinda melakukan "tidak memberi duduk" kepada seorang ibu hamil di kereta. Ia mengungkapkan kekesalannya dalam ciapan di Path, ini adalah salah satu bentuk pengumpat di sosmed.
Banyak orang yang mengatakan bahwa hidup di kota seperti Jakarta memang kejam. Mulai dari jalanan Jakarta yang tidak bersahabat, polusi yang semakin merusak pernapasan, susahnya mencari kerja, lingkungan yang kumuh, banyak orang yang brutal dan lainnya.
Advertisement
Jakarta seakan menjadi momok yang menakutkan bagi para pendatang dari daerah. Bahkan beberapa dari mereka yang awalnya sebagai orang baik-baik menjadi sadis hingga brutal saat berada di jalan raya. Kondisi jalanan Jakarta yang padat juga menimbulkan banyak pengumpat di jalan raya, mereka seakan membabi buta saat melihat jalanan yang ramai dan padat. Apalagi saat jam berangkat dan pulang kantor kondisi jalan yang kacau membuat mereka banyak melontarkan kata-kata kasar maupun menyerobot kendaraan lain dengan seenaknya.
Budi salah satu pengguna sepeda motor mengungkapkan, "emang baxxxat jalanan kalo lagi macet, orang seenaknya aja kalo ngambil jalur biar cepet nyampe. Emang mereka doang yang pengen cepet nyampe rumah". Itu adalah salah satu ucapan yang sering dilontarkan para pengguna jalan saat terjadi macet.
Beberapa istilah yang muncul seperti 'utamakan pejalan kaki' saat ini sudah tidak di hiraukan lagi bagi para pengguna kendaraan. Apalagi akses bagi pejalan kaki pun sekarang mulai sulit dijumpai karena sudah banyak di serobot oleh pengguna kendaraan yang tidak sabar menunggu jalanan karena macet. Peraturan ada untuk dilanggar pun seakan pantas dijuluki untuk kondisi seperti ini.
Orang yang mulanya tidak memiliki tingkat emosi yang meluap-luap akan berbeda jika sudah berada di jalanan Jakarta yang chaos, mereka bahkan bisa lebih sadis daripada orang yang kasar sekalipun. Secara spontan orang tersebut akan cepat mengeluarkan kata-kata kasar bahkan kotor karena kesal dengan situasi jalanan seperti itu.
Faktor stress, ekonomi dan lingkungan sekitar yang memungkinkan seseorang berperilaku seperti itu. Keadaan keluarga yang minim maupun sedang memiliki banyak pikiran yang membuat seseorang gampang meluapkan emosinya dalam keadaan tertekan seperti di jalan raya. Nah, sampai kapan orang-orang di Jakarta akan bertahan dengan kodisi seperti ini?
Penulis:
Yulia Yulee
Baca Juga:
Ciapan Pria Kesepian di RS ini Mengundang Simpati Banyak Orang
Baby Eye Brows, Tren Baru Selfie di Instagram
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya keCitizen6@liputan6.com.
Mulai Selasa, 9 Mei 2014 sampai dengan 25 Mei 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Pengalaman Pertama Berinternet". Ada 2 router DLink (DIR-605L) untuk 2 orang pemenang dan 4 merchandise ekslusif dari Liputan6. com. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini. Program menulis bertopik kali ini disupport oleh @DlinkID