Citizen6, Jakarta Bagi beberapa pasangan, prosesi pernikahan merupakan momen sakral. Makanya tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan dana sangat besar agar prosesi pernikahannya berlangsung meriah dan berkesan. Hingga ribuan undangan disebar, agar pesta berlangsung semarak.
Keinginan pernikahannya berkesan dan selalu diingat, pasangan asal Turki yang satu ini melakukannya dengan cara berbeda. Setelah menginkat janji di kampung halamannya di Kilis dekat perbatasan Suriah, Fethullah Üzümcüoğlu (24) dan Esra Polat (20) tidak lantas menggelar resepsi di gedung atau taman layaknya pesta pernikahan. Pasangan ini memilih menemui ribuan pengungsi Suriah di lembaga amal Turki Kimse Yok MU (KYM).
Baca Juga
Pengantin baru tersebut menyisihkan dana pesta pernikahannya untuk berbagi kebahagiaan dengan pengungsi Suriah, setelah melihat secara langsung dari dekat. Tak hanya menyisihan dananya untuk membuat makanan bagi 4000 pengungsi, pasangan ini juga menjadi pelayanan dalam membagikan makanan.
Advertisement
Dalam sebuah tayangan video dan beberapa foto yang diunggah KYM, tampak pasangan yang masih mengenakan gaun pengantin tersebut sedang memasukkan makanan dalam ember bagi para pengungsi. Postingan foto melalui jejaring sosial tersebut disertai keterangan "Kami ingin membantu saudara-saudara Suriah kami."
Di luar dugaan, foto-foto tersebut mengundang banyak komentar, pujian hingga terharu. "Kami benar-benar terkejut, foto dari makan malam pernikahan kami telah menyebar ke seluruh dunia. Kami tidak mengharapkan itu. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang untuk kebaikannya. Kami pikir kami telah berinvestasi dalam kebahagian dengan berbagi makan malam dengan para pengungsi Suriah yang tinggal di Kota Kami," dalam pernyataan yang dirilis KYM.
Ayah dari mempelai pria, Ali Üzümcüoğlu yang juga merupakan relawan aktif KYM merupakan orang di balik ide mulia tersebut. Ali mengatakan kalau Fethullah tidak pernah melakukan hal semacam itu sebelumnya. Bahkan Esra sempat terkejut dengan acara tersebut. Tapi akhirnya pasangan tersebut memutuskan mengundang para pengungsi sebagai sesuatu yang khusus. Setelah acara selesai, pasangan ini menyadari apa yang dilakukannya telah memberi banyak arti, seperti para pengungsi yang bersyukur dengan apa yang didapatnya.
"Pengantin pria mengatakan kepada saya, bahwa saat mendistribusikan makanan adalah saat terbaik dalam hari pernikahannya," kata juru bicara KYM, Hatice Avci Mashable. "Dia terkesan dengan kebahagiaan yang dilihatnya dari mata anak-anak pengungsi Suriah....dan pengantin kagum tentang semua itu. Mereka memulai perjalanan mereka menuju kebahagiaan dengan membuat orang lain bahagia."
Perang saudara di Suriah yang berkecamuk sejak 2011, yang menggusur jutaan warga dari tempat tinggalnya, menurut PBB merupakan krisis pengungsi terburuk setelah Perang Dunia II. Pada akhir 2015 nanti jumlah pengungsi Suriah diperkirakan akan mencapai 4,27 juta.
Karena itulah, Fethullah dan Esra merasa apa yang dilakukannya datang di waktu yang sangat tepat. Padahal pernikahan tradisional Turki biasanya dilangsungkan antara Selasa hingga Kamis, dengan perjamuan mewah pada malam terakhir. Namun ayah mempelai pria berpikir, sangat tidak pantas pesta digelar saat jutaan orang sedang menderita. "Saya pikir berbagi makanan lezat dengan keluarga besar dan teman-teman itu tidak perlu, sementara kita tahu ada banyak orang yang membutuhkan di sebelah kita," katanya kepada i100.co.uk.
"Jadi saya datang dengan ide ini dan berbagi bersama anak saya. Saya sangat senang, ia menerimanya dan mereka mulai senang dengan perjalanan baru mereka dan pekerjaan tanpa pamrih seperti itu."
Pengantin baru itu mengungkapkan bahwa teman-teman mereka sangat terkesan dengan apa yang telah mereka lakukan. Beberapa diantara teman-teman pengantin, bahkan berencana melakukan hal serupa pada pernikahan mereka.
Penulis:
Muhammad Sufyan
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini