2 Jurnalis TV Ganteng Berbagi Pengalaman Suka-Dukanya

Seorang jurnalis tv harus mempunyai kemampuan yang mumpuni.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Jun 2016, 13:40 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2016, 13:40 WIB
2 Jurnalis TV Ganteng Berbagi Pengalaman Suka-Dukanya
Seorang jurnalis tv harus mempunyai kemampuan yang mumpuni.

Liputan6.com, Bogor - Minat profesi jurnalis tv naik daun di kalangan mahasiswa. Tak kalah dari reporter lapangan, seorang jurnalis tv harus mempunyai kemampuan yang mumpuni. Berbeda dengan profesi lain yang bekerja di belakang meja, jurnalis tv bekerja di lapangan.

Sebagian besar di antara kamu berpikir betapa menyenangkan bekerja di lapangan. Kamu juga tidak merasa bosan karena tidak harus berpijak pada satu ruangan. Namun, jangan salah, jurnalis tv mempunyai suka-duka dalam bekerja.

Zulfikar Naghi, jurnalis tv yang pernah jadi model ini berbagi pengalaman dirinya terjun ke dunia jurnalis.

Awalnya, ia tidak biasa mengobrol dengan orang lain. Perlahan-lahan, ia belajar bagaimana cara berhadapan dengan orang lain.

"Saya jadi ketemu orang malah ngomong. Ketemu karakter orang-orang, makin lama karir menanjak," kata Zulfikar.

Bagi Zulfikar, profesi jurnalis tv dinilai istimewa. Hal ini dikarenakan belum tentu orang akan mampu menjalaninya. Duka yang dialami Kalau ada liputan bencana harus siap. Siap untuk bersusah payah dan tahan tidak mandi.

"Saat peristiwa gempa Padang, enggak mandi 2 hari. Susah cari air. Dari situ kita belajar banyak soal empati. Kalau kita enggak bisa bantu dengan materi. Kita bisa membantu tenaga, menolong orang-orang.

Kadang-kadang saat di dalam selimut, telepon masuk dari istana negara. 24 jam harus siap. Jam kerja boleh dikatakan normal. Tapi kalau ada peristiwa di luar kebiasaan sehari-hari ya dari subuh sampai malam," tuturnya.

Berbeda dengan Ryan Wiedaryanto, jurnalis tv Indosiar ini mendalami dunia jurnalis. Ia berpendapat, dulu, profesi jurnalis tv tidak keren dan serius. Setelah menjalankan tugas di lapangan, ia menemukan manfaat besar dari pengalaman liputannya.

"Saya bangga bekerja di Indosiar. Dukanya, pas harus bawain tayangan Patroli. Tayangan Patroli yang seharusnya setengah jam jadi satu jam. Nah, itu acara Patroli, kalau enggak bunuh diri atau kecelakaan beritanya. Berita apa lagi. Akhirnya, muncullah tayangan Jeng Patrol," ungkapnya.

(ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya