Liputan6.com, Jakarta - "A diamond is forever."
Dan, ya. Batu mulia ini telah menjadi penanda sesuatu yang kekal, asmara yang berkilau. Namun, berlian juga memiliki sisi gelap.
Advertisement
Baca Juga
Tak banyak yang tahu, berlian digunakan juga sebagai komoditas perang dan pertukaran senjata. Malah juga menjadi sebab pelanggaran hak asasi manusia di beberapa tempat.
Menurut penulis "Blood Diamonds: Torture and Corruption in Angola", Rafael Marques de Morais, konflik bersenjata kerap terjadi di tempat penghasil berlian. Di Afrika, misalnya, pemerintah justru ikut andil dalam pelanggaran besar-besaran hak asasi manusia demi penambangan berlian.
"Tidak seperti hasil akhirnya, berlian sebenarnya membawa masalah di tempat ia ditambang. Banyak masyarakat yang menderita karena diktator yang memupuk kekayaan dari tambang berlian di sana," ujar dia.
Sebagai seorang jurnalis, de Morais menyelidiki bagaimana industri berlian menjadi lebih ganas setelah perang saudara di Angola. Mereka yang berkuasa menggunakan taktik perang untuk memastikan bahwa pendapatan dari industri berlian tetap di saku mereka.
Malahan, seperti dilansir dari Aljazeera, Jumat (21/10/2016), ia menemukan kalau salah satu perusahaan berlian digunakan oleh pemerintah untuk menutupi korupsi dalam perdagangan berlian.
"Proses membeli dipusatkan sedemikian rupa. Putri presiden mengambil 25 persen dari perusahaan bisnis. Itulah yang salah dengan industri berlian di Angola," tegas dia.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6