Sabdo Pandito Rakjat, Keresahan Dalang Wayang Kesayangan Soekarno

Pementasan teater ini terinspirasi dari riwayat hidup Ki Nartosabdo, dalang wayang kulit kesayangan Presiden Soekarno

oleh Sulung Lahitani diperbarui 03 Des 2016, 17:18 WIB
Diterbitkan 03 Des 2016, 17:18 WIB
Sabdo Pandito Rakjat, Keresahan Dalang Wayang Kesayangan Soekarno
Pementasan teater ini terinspirasi dari riwayat hidup Ki Nartosabdo, dalang wayang kulit kesayangan Presiden Soekarno

Liputan6.com, Jakarta - Kisah-kisah pewayangan selalu memiliki kedalaman makna. Salah satu dalang wayang kulit yang pernah dimiliki Indonesia yakni almarhum Ki Nartosabdo. Tafsir-tafsirnya dalam lakon wayang, disampaikan secara sastrawi dan mendobrak pakem.

Tidak heran, Presiden pertama RI, Soekarno sangat mengagumi karya-karya dalang yang satu ini. Malahan dalang wayang kulit lainnya, Ki Manteb Sudharsono, mengakui pencapaian estetis Ki Nartosabdo dalam dunia wayang.

"Ia dalang wayang kulit terbaik yang pernah ada di Indonesia," kata Ki Manteb.

Atas dasar itulah, pentas Sabdo Pandito Rakjat dipilih untuk menjadi pementasan ke-22 Indonesia Kita. Sabdo Pandito Rakjat merupakan pentas untuk mengenang sekaligus sebagai apresiasi atas eksistensi sang maestro wayang kulit.

"Lakon Sabdo Pandito Rakjat terinspirasi karya-karya Ki Nartosabdo serta riwayat hidupnya yang mengingatkan kita pentingya menjunjung tinggi moralitas," ujar Agus Noor penulis naskah dalam pementasan ini.

Karena terinspirasi dari kisah hidup seorang dalang, pementasan ini pun dipenuhi dengan kalimat-kalimat berbahasa Jawa. Bagi beberapa pemain yang memang asli Jawa tentu hal ini bukan masalah, tapi tidak untuk Happy Salma yang ikut terlibat dalam pementasan ini.

- 

Perempuan yang pernah bermain dalam lakon Nyai Ontosoroh ini mengaku, meski naskah berbahasa Indonesia, namun ada kalimat-kalimat berbahasa Jawa yang diselipkan. Hal ini agak menyulitkan dirinya tapi tidak terlalu mengganggu.

"Saya kan orang Sunda, jadi bahasa Jawa itu asing tapi tidak asing. Gimana deh gitu. Pokoknya ngerti sedikit-sedikit," tukas peraih penghargaan Pemeran Pendukung Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2010 ini saat ditemui usai pentas di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jumat (02/12/2016).

"Saya di sini walaupun menggunakan bahasa Indonesia akhirnya dengan tempelan logat Jawa biar lebih nge-blend," tambah dia.

Walau demikian, penggunaan bahasa Jawa tidak terlalu mengganggu. Buktinya, para penonton tertawa dengan banyolan-banyolan yang dilontarkan para pemain di atas pentas.

Hal ini dikarenakan kelihaian pemain yang memang sudah kawakan di atas panggung. Cah Lontong, misalnya. Dengan ciri khasnya yang melempar balik pertanyaan, ia sukses mengocok perut penonton.

- 

Hadirnya Marwoto dan Inayah Wahid juga cukup mencuri perhatian pada pementasan malam itu. Belum lagi musik gubahan yang dibawakan Bintang Indiranto dan teman-teman, serta tarian Jawa turut menyamarakkan panggung Sabdo Pandito Rakjat.

Sabdo Pandito Rakjat dapat disaksikan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada 02-03 Desember 2016. Pentas ini juga dimeriahkan oleh penampilan Sujiwo Tejo, Cak Lontong, Akbar, Didik Ninik Thowok, Happy Salma,Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), Butet Kartaredjasa,Sruti Respati, Bonita, Inayah Wahid, Gita Sinaga, Joe Kriwil.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya