Liputan6.com, Jakarta Indonesia sudah lama melakukan riset dan diversifikasi bahan pangan alternatif. Ketika mengganti makanan pokok negeri ini dengan ketela rambat, talas, atau umbi-umbian, tidak terdapat dampak negatif. Akan tetapi sangat disayangkan, program alternatif mengganti bahan pangan utama tersebut dapat dibilang tak berjalan mulus. Itu karena ada keengganan untuk memulai, dan merasa lebih terhormat saat dapat makan nasi dibanding jewawut, ketela rambat, sagu, atau jagung. Oleh karena itu, hingga sekarang beras masih menjadi primadona sebagai makanan pokok negeri ini.
Baca Juga
Maria Loretha (48), seorang wanita yang mengabdikan hidupnya untuk terus menggali dan mencari sumber pangan alternatif pengganti beras di daerah terpencil Flores, Nusa Tenggara Timur. Dia berusaha untuk terus mengembangkan sorgum, tanaman pengganti beras di daerahnya. Untuk masyarakat NTT dan NTB, sorgum bukan barang baru, karena tanaman itu menjadi sumber pangan alternatif bagi warga tatkala musim kemarau tiba.
Advertisement
Akan tetapi, kebijakan pemerintah yang mengutamakan pengembangan beras, menyebabkan sorgum semakin ditinggalkan dan warga mulai jarang menanamnya. Bibit pun mulai sulit diperoleh. Padahal, kandungan karbohidratnya lebih tinggi dibanding beras.
Simak liputan jurnalis warga karya Junwinanto yang menjadi Juara Favorit Kompetisi Jurnalis Warga : Indonesia Go Pertamina yang diselenggarakan oleh Liputan6.com bekerjasama dengan PT. Pertamina (Persero) untuk menginspirasi Indonesia.
Baca artikelnya selengkapnya disini.