Liputan6.com, India - Penyakit langka pada tubuh manusia memang kerap dialami banyak orang. Selain terjadi karena kondisi medis, segelintir orang juga nyatanya mengelami kelainan bawaan sejak lahir.
Seorang remaja dari India baru-baru ini harus menerima kenyataan jika dirinya telah dikeluarkan dari sekolahnya karena penampilannya yang membuat para siswa takut.
Advertisement
Baca Juga
"Saya ingin belajar tetapi mereka mengeluarkan saya dari sekolah karena anak-anak akan merasa takut ketika melihat wajah saya," kata remaja itu.
DIlansir Metro, Minggu (29/1/2017), setiap harinya remaja perempuan bernama Shalini Yadaf ini harus mengolesi tubuhnya dengan pelembab untuk menghentikan kulitnya mengeras dan mengelupas. Gadis malang ini memang menderita penyakit langka yang membuat kulit pada wajah dan tubuhnya akan mengering dan mengelupas setiap enam minggu sekali.
Karena hidup keluarga sangat miskin, orangtuanya pun tidak bisa membiayai pengobatan Shalini dan memilih uangnya untuk menghidupi kehidupan anggota keluarganya yang berjumlah delapan orang termasuk kakek dan neneknya. Orang tuanya bahkan terpaksa hanya bisa membelikannya krim selama 16 tahun.
Dokter setempat telah mendiagnosis Shalini dengan Eritroderma, kelainan kulit atau inflamasi kulit berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh. Penyakit tersebut menyebabkan kulit pada tubuhnya menjadi bersisik dan mengelupas.
Sejak lahir kulit Shalini telah diolesi krim setiap 45 hari. Bahkan beberapa periode, ia harus merendam tubuhnya di dalam air setiap jam dan mengolesi kulitnya dengan lotion setiap tiga jam sekali untuk mencegah kulitnya kering.
Devkunwar, ibu Shalini merasa putus asa karena penyakit langka yang dialami putrinya sejak kecil.
"Kami sudah ke beberapa dokter, tapi tak ada satu pun dari mereka bisa menyembuhkannya. Bahkan kondisinya kini terus memburuk. Saya merasa begitu tak berdaya ketika melihat kulitnya mengelupas karena itu menyebabkan rasa yang sakit luar biasa," jelas Devkunwar.
Devkunwar hanya bisa memberikan perawatan di sebuah pusat medis yang didanai pemerintah. Ia bahkan ingin anaknya lebih baik meninggal dari pada harus merasakan sakit.
"Shalini lebih baik mati daripada hidup dalam penderitaan," kata ibunya.
(ul)
Â
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6