Sego Buwuhan Jadi Bisnis Kekinian yang Menjanjikan

Ayu Ratna Ningrum, adalah orang yang pertama kali mengenalkan Sego Buwuhan sebagai bisnis yang menjanjikan.

oleh Angga Utomo diperbarui 13 Apr 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2017, 10:30 WIB
Campus CJ
Keistimewaan menu ini hanya karna tidak setiap waktu kita bisa memakannya dan rasa pedesaan yang khas.

Liputan6.com, Surabaya Perkembangan bisnis semakin hari semakin pesat, termasuk dalam bidang kuliner. Bisnis kuliner memang bisnis yang menjanjikan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Mulai dari kuliner ala-ala negara tetangga, kuliner masa kecil, kuliner kekinian, hingga kuliner pedesaan yang legendaris pun menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.

Di Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Bojonegoro, kita bisa menjumpai sederet pedagang yang menawarkan menu Sego Buwuhan. Sego Buwuhan adalah makanan yang legendaris di kota yang saat ini terkenal dengan Texas Wonocolonya karena hanya ada ketika ada orang yang memiliki acara syukuran atau hajat.

Sego Buwuhan terdiri atas dua kata dalam bahasa Jawa. Sego artinya 'nasi' dan buwuhan diambil dari kata buwuh yang dalam bahasa Jawa artinya 'memberi atau menyumbang'.

Ayu Ratna Ningrum adalah orang yang pertama kali mengenalkan Sego Buwuhan sebagai bisnis yang menjanjikan dan menjadikan Sego Buwuhan sebagai menu andalannya. Perempuan yang juga sebagai pemilik katering dan warung makan di Bojonegoro awalnya hanya memasarkan dagangannya via online di salah satu grup kuliner, yakni WAKULBO, pada 2015 silam. Melalui Facebook, kini kuliner yang biasanya hanya disajikan di saat-saat tertentu telah menjadi bisnis yang menguntungkan.

"Saya pilih menu Sego Buwuhan karena menu favorit suami saya, yang selalu dinanti setiap ada undangan hajatan. Menu yang istimewa yang bisa diterima setiap kalangan" ujarnya saat diwawancarai via Facebook.

Makanan ini sederhana, menunya adalah nasi yang di bungkus dengan daun jati dan lauk-pauknya tediri dari tumis pepaya muda, mi kuning, momoh tempe (tempe dimasak dengan bumbu khas daerah Bojonegoro), tewel (nangka muda) dan satai komo (satai dari daging sapi yang dibumbu merah) yang dipisah dan dibungkus daun jati. Istimewanya, menu ini tidak setiap waktu kita bisa makan. Selain itu, ada rasa pedesaan yang khas.

Pemilik akun Facebook bernama Ayu Ratna Ningrum ini hampir setiap hari mempromosikan menu andalannya dan selalu habis. Bagi perempuan yang menjadikan rumahnya sebagai tempat usahanya di Jalan Hartono No. 79, Ledok Wetan, Bojonegoro ini sudah banyak para penjaja makanan yang sama. Namun, ia justru merasa bangga dan tak merasa tersaingi. Penasaran kan sama rasanya?

Penulis :

Desta Ayuna

UINSA

Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya