Liputan6.com, Jakarta - Di Kenya, perusahaan sandal jepit dapat memproduksi 100.000 sandal setiap harinya dan 3.650 juta sandal tiap tahunnya. Tak hanya itu, banyak sandal yang dibuang begitu saja tanpa didaur ulang, sehingga banyak yang menumpuk dan menghalangi saluran air.
Baca Juga
Advertisement
Menurut UNEP, di Kenya diperkiraan terdapat 13.000 keping plastik dan sandal jepit yang mengapung di setiap kilometer persegi lautan. Ocean Sole, sebuah perusahan yang bergerak di bidang sosial dan berasal dari Kenya ingin melakukan sesuatu.
Mereka mengubah sandal jepit yang mereka temukan di sepanjang pantai dan perairan Kenya. Baik sandal yang ditinggalkan pemiliknya di pantai atau sandal yang berasal dari pembuangan di laut dan terdampar di pesisir pantai.
Terinspirasi dari mainan anak-anak yang dibuat dari sendal jepit bekas, Julie Church, pendiri Ocean Sole, mendorong para ibu untuk mengumpulkan, mencuci, dan memotong sandal jepit yang dibuang untuk menjadi produk yang berwarna. Mereka ingin mengubah sandal jepit yang telah menjadi polusi sebagai produk fungsional dan mempromosikan konservasi untuk pantai di Kenya.
Awalnya, mereka menemukan masalah di Kiwayu, Kenya. Di sana, sampah sandal jepit menumpuk di pantai yang menciptakan bencana bagi ekosistem laut dan masyarakat lokal.
Ocean Sole kemudian dibantu dengan komunitas di Kiwayu menjual produk pertama mereka di Nairobi, Kenya. Setelah itu, mereka menerima pesanan sebanyak 15.000 kura-kura dari WWF Switzerland.
Dari hanya bertiga, pada 2013 Ocean Sole telah mempekerjakan 150 orang dan memperbaiki kemiskinan di lingkungan setempat. Mereka telah mengubah sandal jepit menjadi boneka, gelang, gantungan kunci, dan patung.
“Pekerjaan ini membuat saya bahagia karena adanya kesempatan yang jauh lebih baik untuk diri saya dan keluarga saya. Saya suka mengukir dan menjadi kreatif,” ujar Charles Kimeu, salah satu karyawan di sana.
Raup Untung dan Sejahterakan Masyarakat Sekitar
Pembuatan produk Ocean Sole sendiri membutuhkan enam tahap, yaitu mengumpulkan, mencuci, menyatukannya, menjadi padatan, mengukir, menghaluskan, dan membungkusnya. Produk mereka sendiri telah diakui secara Internasional, dijual dan ditampilkan di Roma, London, New York, Paris, dan lain-lain. Kini, mereka mampu mengubah 50 ton sandal jepit per tahun menjadi sebuah karya seni unik.
Pada 2017, mereka menyatakan pada laman resminya bahwa ini adalah tahun perubahan. Mereka ingin melipatgandakan fokus pada dampak mereka terhadap membuat perubahan lingkungan dari sandal jepit yang dibuang agar menjadi agenda dunia.
“Kami pindah ke sebuah desa seni dan budaya, bekerja dengan UNEP, UNESCO, UNDP dan UNIC. Selama tiga tahun kami fokus pada kewirausahaan konservasi, mendukung masyarakat Kenya dengan program daur ulang, membangun mitra distribusi global baru, dan menyuarakan kampanye kami tentang polusi yang ditimbulkan sandal jepit untuk manusia dan kehidupan laut,” tulis keterangan dalam laman resmi mereka. Karya dan cerita mereka dapat kamu lihat langsung di oceansole.co.ke.
Penulis:
Meidiana Triani
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement