Taman Bacaan Pelangi Bangun Perpustakaan untuk Anak-Anak Papua

Demi meningkatkan minat baca, Taman Bacaan Pelangi membangun 3 perpustakaan ramah anak di Sorong, Papua.

oleh Edmiraldo Siregar diperbarui 02 Okt 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2017, 18:00 WIB
Taman Bacaan Pelangi, Sorong, Papua
Taman Bacaan Pelangi, Sorong, Papua

Liputan6.com, Jakarta - Literasi atau kemampuan menulis dan membaca seharusnya dikuasai oleh seluruh anak Indonesia. Sayangnya, belum semua anak di negeri ini punya kemampuan literasi yang baik. Hal itu lah yang mendorong Taman Bacaan Pelangi untuk mendirikan sejumlah perpustakaan, sejak 2009 silam.

Beberapa yang terbaru dibangun di Sorong, Papua Barat beberapa waktu lalu. Bekerja sama dengan Yayasan Filantropi Semesta, sebanyak 4.500 buku cerita cerita anak telah tersedia di 3 perpustakaan. Dengan begitu, 610 siswa-siswi di SD Inpres 48, SD Inpres 18, dan SD Inpres 1, Kabupaten Sorong dapat memperoleh.

Peran Taman Bacaan Pelangi itu pun mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, Kepas Kalasuat. Dia menyebut, konsep yang dijalankan di Taman Bacaan Pelangi jadi hal baru bagi siswa-siswa di Sorong.

"Kini ada perpustakaan yang menarik untuk anak-anak di daerah kami, baik dari segi fisiknya, maupun dari buku-buku yang disediakan," kata Kepas Kalasuat dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, 28 September 2017.

Pendiri Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil mengatakan, pihaknya terus berupaya mengembangkan kebiasaan membaca pada anak-anak. Terutama yang tinggal di daerah terpencil seperti wilayah Indonesia Timur.

Apalagi, berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan, lebih dari 50% anak Indonesia berusia 15 tahun tidak memiliki kemampuan dasar yang baik dalam membaca. Tingkat literasi Indonesia pun masuk pada ranking 10 terbawah.

Sementara itu, data tahun 2015 dari Programme for thev International Assessment of Adult Competencies (PIAAC) terhadap penduduk usia 16-65 menunjukkan hal senada. Terdapat lebih dari 70% individu di Jakarta berada di bawah level 1 (terendah) dalam hal literasi.

"Untuk itu, kami perlu kerjasama dari semua pihak, baik dari pihak pemerintah, swasta, sekolah, termasuk orangtua murid," sebut pendiri Taman Bacaan Pelangi itu.

 

 

 

Sekolah Dasar Tanpa Perpustakaan

Pendiri Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil sangat mengapresiasi dukungan yang diberikan Yayasan Filantropi Semesta dalam membangun 3 perpustakaan di Sorong. Dia berharap, kerja sama tersebut dapat terus dijalin demi pengembangan minat baca anak Indonesia.

Dia juga mengajak pihak-pihak lain untuk bisa bekerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi. Tujuannya, agar lebih banyak lagi perpustakaan ramah anak yang dibangun di daerah terpencil, khususnya di Indonesia Timur.

Menurut data Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun 2015, dari 170.647 sekolah dasar (SD) di Indonesia, hanya 45,9% yang memiliki perpustakaan. Artinya, masih terdapat 92.215 SD tanpa perpustakaan. Mayoritas di antaranyaberlokasi di Indonesia Timur seperti NTT, NTB, Sulawesi, Maluku, Ambon, dan Papua.

Selain mendirikan perpustakaan, Taman Bacaan Pelangi juga mengadvokasi sejumlah kepada dinas pendidikan untuk memasukkan kegiatan ke perpustakaan sebagai mata pelajaran. Organisasi ini juga memberikan pelatihan tentang sistem manajemen perpustakaandan program perpustakaan yang menarik bagi para kepala sekolah dan guru.

“Kini sekolah kami memiliki jam mata pelajaran khusus untuk ke perpustakaan, setiap kelas dan setiap minggunya," kata Kepala Sekolah SD Inpres 1, Kabupaten Sorong, Neli Jorom.

Dia menambahkan, siswa-siswa di sekolahnya juga sangat antusias dengana danya perpustakaan baru yang dibangun Taman Bacaan Pelangi. Para siswa senang karena ada abanyak buku cerita menarik yang bisa dibaca setiap saat.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya