Kisah Bang Jek, Dendam Pribadi yang Berbuah Sekolah Gratis

Berawal dari dendamnya, jiwa Bang jek tergerak untuk menebarkan manfaat dengan memfasilitasi sekolah kepada anak yang kurang mampu.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2017, 07:00 WIB
Undang Suryaman atau biasa disapa Bang jek
Ia merelakan rumahnya yang minimalis untuk dijadikan sekolah sementara dan meminjam rumah mertuanya untuk mendirikan sekolah tersebut

Liputan6.com, Jakarta Lulus sarjana di kampus favorit tentu menjadi dambaan semua orang agar nantinya mendapatkan pekerjaan yang layak. Tak terkecuali Undang Suryaman, lelaki paruh baya kelahiran 25 Mei 1976 di Garut yang sehari-hari menjadi juru parkir di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran dan akrab dipanggil Bang Jek oleh mahasiswa di sana.

Lelaki yang tinggal di Desa Babakan Loa, Kec. Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat hidup penuh dengan kesederhanaan didampingi seorang istri yaitu Yani Novitasari dan seorang putranya. Bang Jek sangat mengidam-idamkan untuk menempuh pendidikan tinggi, sayangnya semua kandas karena keadaan perekonomian orang tuanya yang tidak memungkinkan.

Ia hanya mampu menamatkan pendidikan sekolah dasar (SD) dan hanya bisa berutopia untuk mengenyam pendidikan di sekolah menengah bahkan sampai ke perguruan tinggi. Sebagai orang yang haus akan pendidikan, tentu ia merasakan kekecewaan yang teramat dalam. Bang Jek bahkan membuat “Dendam Pribadi” agar jangan sampai nantinya anak-anak sekarang memiliki nasib yang sama dengan dirinya yang putus sekolah karena terhalang biaya.

Berawal dari dendamnya, jiwa Bang jek tergerak untuk menebarkan manfaat dengan memfasilitasi sekolah kepada anak yang kurang mampu. Meski berbekal nekad, Bang Jek dan istrinya tak pernah patah semangat untuk mendirikan sekolah gratis ini. Ia harus rela menyisihkan sebagian uang hasil dari juru parkirnya setiap hari yang sebenarnya nominalnya tidak cukup besar.

Bang Jek sangat bersemangat untuk mendirikan sekolah ini, meski tidak ada lahan yang cukup Bang Jek tak patah semangat begitu saja. Ia merelakan rumahnya yang minimalis untuk dijadikan sekolah sementara dan meminjam rumah mertuanya untuk mendirikan sekolah tersebut.

Dalam perjalanannya, Bang Jek mengalami kesulitan yang tiada henti. Beliau didampingi sang istri harus rela bekerja tambahan sebagai pencuci mobil. Hal itu ia lakoni selepas menjadi juru parkir dari pagi hingga sore dan malamnya siap berangkat untuk bekerja menjadi pencuci mobil. Sebetulnya hal tersebut ia lakukan semata-mata supaya mendapatkan uang tambahan untuk melengkapi fasilitas sekolah yang ia dirikan.

Bang Jek sangat bersyukur kerana memiliki seorang istri yang memiliki visi sama dengan dirinya. Mereka rela harus tetap hidup sulit demi membangun dan mengantarkan cita-cita anak yang kurang mampu ke pintu gerbang kesuksesan.

Beliau memiliki nawacita bahwa setiap individu berhak dan harus mengenyam pendidikan hingga tingkat tertinggi agar menjadi pribadi yang ahli dalam suatu bidang sehingga dapat berkontribusi membangun bangsa dan negara. Keluh kesah dan pahitnya mengasah mimpi seolah menjadi lauk setiap harinya, namun Bang Jek yang didampingi sang istri tetap bersemangat dan tidak mudah mengeluh. Mereka sadar bahwa setiap menit dalam kesehariannya mencerminkan keceriaan dalam hatinya yang tetap mengantarkan untuk berpikir positif.

Akhirnya, mimpi itu terwujud pada 5 April 2012 ketika ia berhasil mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) serta mampu membawa beberapa anak untuk belajar di sekolahnya. Meski awalnya sangat sulit meyakinkan orangtua agar anak-anaknya mau bergabung pada tempat yang ia dirikan. Namun pada akhirnya dengan tekad dan keyakinan yang kuat beliau berhasil menggaet kurang lebih 200 anak untuk dibina dan dibimbing layaknya pada sekolah umumnya.

Bang Jek pun dapat merealisasikan mimpinya untuk membangun sekolah binaan dan Bang Jek pun berhasil meraih Award di Kick Andy Heroes 2017. Sebenarnya tidak ada alasan dan batasan untuk berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Tidak ada waktu terlambat untuk mengobarkan kebaikan demi kelangsungan orang-orang sekitar untuk menjadi seorang pribadi berkualitas yang dapat menebar manfaat kepada siapapun agar ilmu itu tidak terputus namun terus bertambah.

 

Penulis:

Heri Kurniawan - Universitas Pertamina

Finalis Citizen Journalist Academy - Energi Muda Pertamina Jakarta

 

Ikuti juga liputan dan kegiatan Finalis Citizen Journalist Academy - Energi Muda Pertamina dari 3 kota di Indonesia melalui www.liputan6.com/pages/energi-muda-pertamina. Program creative mentorship dari Redaksi Liputan6.com dan Indosiar bekerja sama dengan Pertamina untuk 90 mahasiswa kreatif yang telah lolos seleksi dari ribuan pendaftar di Jabodetabek, Semarang & Balikpapan.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya