Tertawa dan Manfaatnya, Begini Teori 4 Ilmuwan Muslim dari Masa Lampau

Pada masa lampau, ilmuwan muslim memiliki nama yang mahsyur di kalangan ilmuwan Barat.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2018, 16:00 WIB
Tertawa dan Manfaatnya, Begini Teori 4 Ilmuwan Muslim dari Masa Lampau
Ilustrasi (dailymoslem.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pada masa lampau, ilmuwan muslim memiliki nama yang mahsyur di kalangan ilmuwan Barat. Pemikiran mereka dapat diterima dengan baik dan bahkan menjadi tonggak untuk menemukan hal-hal baru.

Misalnya dalam meneliti tentang tertawa dan manfaatnya bagi tubuh. Dikutip dari lama Mvslim, berikut beberapa teori 4 orang ilmuwan muslim tentang fenomena tertawa.

1. Ishaq bin Imran

Merupakan seorang pemikir yang menulis buku 'On Melancholy.' Dalam buku tersebut, ia menjabarkan bahwa tawa yang dihasilkan anak-anak dan orang mabuk sebagai hasil dari sukacita jiwa karena tenangnya aliran darah mereka. Beliau juga menggambarkan tertawa berlebihan sebagai tanda kegilaan.

Pada abad ke-11, Constantinus Africanus menerjemahkan buku Ishaq bin Imran dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Buku tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya dan digunakan sampai abad ke-17.

2. Abu Yusuf Al Kindi

Hidup pada pertengahan abad ke-9, polymath muslim ini juga pernah mengeluarkan teori tentang tertawa. Ia mendefinisikan tawa sebagai "mengalirnya darah di jantung dengan tenang bersama dengan kebesaran jiwa menuju titik di mana sukacita akan terlihat."

 

3. Ishaq bin Sulaiman

Tertawa, Cara Sehat yang Murah & Kaya Manfaat
Ilustrasi tertawa

Ia merupakan murid dari Ibnu Imran. Teorinya bahwa kesedihan disebabkan oleh tak lancarnya aliran darah dalam tubuh dan pelepasan secara tiba-tiba dari pembatasan aliran darah.

Karena itu, baginya tertawa dan sukacita berarti disebabkan oleh sirkulasi darah yang sehat dan proses eksotermis yang bekerja dalam tubuh.

4. Muslim Ali ibn Rabban At-Tabari

Bagi dokter muslim yang lahir pada pertengahan abad ke-9 ini, "tertawa merupakan [hasil] dari bergolaknya darah [yang terjadi] ketika manusia melihat atau mendengar sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Jika kemudian ia tak menggunakan kemampuannya berpikir sehubungan dengan hal tersebut, berarti ia tengah diliputi oleh tawa. "

Dengan kata lain, tertawa baginya adalah hasil dari ketidakmampuan seseorang untuk berpikir rasional akan sesuatu yang tiba-tiba dilihatnya. Ia juga berbagi definisi Aristoteles tentang manusia sebagai binatang tertawa.

Reporter: Syahid Latif

Sumber: Dream.co.id

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya