Tak Kuat 'Disiksa' dengan Musik, Tahanan Ini Akhirnya Mengaku Bersalah

Tahanan Meksiko disiksa dengan musik untuk mengakui kesalahannya.

oleh Camelia diperbarui 26 Nov 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2018, 13:30 WIB
Ilustrasi frustasi (iStock)
Ilustrasi frustasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang menganggap musik ampuh untuk menghilangkan stres dan membuat tubuh lebih rileks. Namun nyatanya musik juga bisa menyiksa seseorang yang mendengarkannya. Ya, mungkin terdengar tak masuk akal namun hal ini benar adanya.

Seorang pejabat di Meksiko, Gilberto Aguirre Garza "disiksa" dengan menggunakan musik hingga akhirnya mengakui kesalahannya. Garza yang merupakan mantan direktur Kejaksaan Agung di negara bagian Veracruz di Meksiko itu ditahan sejak April lalu atas dugaan keterlibatannya dalam menyembunyikan dan mengubah bukti terkait penguburan massal 13 jasad manusia.

Dikutip dari Oddity Central, pada 19 Januari 2016, ditemukan sisa-sisa jasad dari 19 korban di tempat bernama La Barranca de La Aurora. Jasad korban tersebut diduga sengaja dihilangkan oleh pegawai negeri sipil dari Sekretariat Keamanan Publik Negara Bagian. Namun jaksa menuding Garza yang menginstruksikan anak buahnya untuk melaporkan bahwa hanya enam mayat saja yang ditemukan.

Reyes Peralta, pengacara Garza mengatakan bahwa kliennya disiksa menggunakan musik agar mengakui kejahatannya. Pihak penjara sengaja memasang musik reggae yang dibawakan oleh penyanyi Kolombia Maluma 10 hari berturut-turut tanpa henti dan hal ini sungguh menyiksa bagi Garza.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ajukan tuntutan

tahanan "disiksa" dengan musik (foto: odditycentral)
tahanan "disiksa" dengan musik (foto: odditycentral)

Dirinya tak bisa tidur dengan tenang dan hal ini tentu membawa dampak buruk bagi kesehatannya. Tak hanya itu, musik tersebut juga diduga telah menimbulkan dampak psikologis pada Garza. Garza kemudian menyerah dan memenuhi tuntutan pihak penjara dengan menandatangi dokumen pernyataan bersalahnya.

Metode "penyiksaan musik" ini nampaknya terasa sangat kejam bagi Garza karena dia sendiri tak menyukai musik reggae, melainkan dirinya adalah pecinta musik klasik. Pengacara Garza akhirnya mengajukan keberatan atas dugaan penyiksaan musik pada Kantor Kejaksaan dan berencana mengadukannya di hadapan Komisi HAM Nasional serta Komisi HAM Inter-Amerika yang berbasis di Washington D.C.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya