Ahli: Kentut Wanita Lebih Bau dari Pria Karena Alasan Ini

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kentut orang lain baunya tidak enak?

oleh Sulung Lahitani diperbarui 30 Jan 2019, 19:03 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2019, 19:03 WIB
Ilustrasi kentut (iStock)
Ilustrasi kentut (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kentut orang lain baunya tidak enak? Pada dasarnya, otak Anda terbiasa dengan aroma Anda dan mengabaikannya. Misalnya keringat, ketiak, gas, dan lainnya.

Di sisi lain, kentut yang berasal dari sumber tidak dikenal memicu respons yang lebih kuat dari indera penciuman Anda. Itu karena aroma tidak dikenal dianggap sebagai tanda bahaya bagi hidung kita.

Penelitian telah mendukung teori aroma ramah ini karena orang-orang secara konsisten menilai kentut mereka sebagai yang paling kuat baunya, diikuti oleh kentut dari teman, dan kemudian orang asing.

Yang menarik, seperti dilaporkan oleh Washington Post, ahli gastroenterologi Michael Levitt yang telah melakukan penelitian tentang sejak tahun 1970-an, melaporkan bahwa kentut wanita rata-rata berbau lebih buruk. Ini dikarenakan kentut mereka mengandung kadar hidrogen sulfida yang lebih tinggi karena diet sehat.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sayuran menghasilkan bau

Ilustrasi kentut (iStock)
Ilustrasi kentut (iStock)

Ya, makanan sehat seperti brokoli dan kacang polong menghasilkan gas hidrogen sulfida yang baunya mirip bau telur busuk. Gas-gas lain yang biasa ditemukan dalam kentut termasuk methanethiol yang digambarkan sebagai bau sayuran membusuk dan dimetil sulfida yang berbau harum.

Penyebab lain kentut bau adalah kacang-kacangan dan anggur yang keduanya kaya akan sulfur. Selain itu, makanan seperti daging merah yang menumpuk di usus besar juga dapat memengaruhi aroma gas.

Anda juga dianjurkan untuk selalu melepaskan kentut karena menahannya hanya akan menambah masalah Anda. Ketika kentut ditahan, gas dapat terserap ke dinding usus, menyebabkan kembung, nyeri, dan sembelit.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya