Liputan6.com, Jakarta - Dalam banyak kisah, celeng digambarkan sebagai hewan yang menakutkan dan mistis. Keberadaannya dianggap sebagai pertanda ada orang yang mencari kekayaan dengan menggunakan ilmu hitam.
Baca Juga
Advertisement
Adanya celeng tentu meresahkan warga yang tinggal di lingkungan tersebut. Keresahan itulah yang dirasakan warga di dua kawasan dalam lakon Celeng Oleng.
Warga Kampung Katab (Batak) dan Kampung Awaj (Jawa) dibuat resah dengan kabar celeng yang menyantroni rumah. Peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi sejak kabar tersebut, memperkeruh hubungan warga dua kampung yang memiliki perbedaan latar tradisi, sejarah, dan karakter itu.
Celeng cuma kabar jadi-jadian
Untuk meredakan ketegangan, ketua RT (Marwoto) memimpin warga untuk memburu si celeng. Tapi tetap saja sulit untuk ditangkap. Sampai-sampai, sang ketua RT mencoba mencari tahu dari roh leluhur bagaimana cara mengusir celeng.
Usut punya usut, ternyata celeng mabuk (oleng) itu hanyalah kabar jadi-jadian yang diembuskan untuk menumbalkan seseorang agar pergi dari kampung itu dan mendapatkan harta karunnya.
Advertisement
Sifat celeng bukan monopoli satu zaman
Bagi Butet Kartaredjasa yang merupakan produser dari pentas tersebut, celeng menjadi simbol kerakusan dan ketamakan.
"Celeng ini srudak-sruduk asal gasak. Menafikan aturan dan hukum, yang mana bukan monopoli sebuah zaman. Rezim boleh berganti, tapi celeng-celeng selalu mewarnai kehidupan," ungkap dia saat ditemui usai pentas Celeng Oleng.
Refleksi jalan kemanusiaan
Bagi Butet, watak celeng akan menjadi musuh utama demokrasi yang memuliakan asas keberimbangan, tata krama, keadilan, dan kemanusiaan. Pentas yang ditampilkan selama lebih kurang 4 jam itu seolah menjadi refleksi bagi jalan kemanusiaan.
"Seni pertunjukan sering diibaratkan seperti oase di tengah kegersangan. Indonesia Kita menghadirkan seni di antara masyarakat yang melampaui sekat dan batas-batas suku, agama, dan orientasi politik," tambah Butet.
Advertisement
Pembelian tiket
Celeng Oleng sendiri merupakan pentas ke-32 Indonesia Kita yang dipentaskan pada Jumat-Sabtu, 5-6 Juli 2019, pukul 20.00 WIB di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Pentas ini turut dimeriahkan oleh Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Boris Bokir Manullang, Wisbed, OBAMA (Orang Batak Marlawak), dan masih banyak lagi. Tiket dapat dibeli secara online di www.kayan.co.id atau www.blibli.com.