Liputan6.com, Jakarta - Taman Nara (Nara Kouen) atau Nara Park merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di Jepang. Di sana, pengunjung dapat berinterasksi, berfoto, hingga memberi makan rusa. Namun, kabar tak menyenangkan hadir tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan laporan The Washington Post yang dilansir World of Buzz, Sabtu (13/7/2019), sembilan rusa dikabarkan mati antara Maret hingga Juni 2019. Kematian ini akibat konsumsi kantong plastik.
Berdasarkan laporan yayasan yang memelihara rusa Nara, 9 dari 14 rusa yang mati di dalam perutnya terdapat plastik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sampah plastik dalam perut rusa
Melalui Twitter @nara_aigokai dan blognya naradeer.com, yayasan yang memelihara rusa Nara mengunggah gambar 3,2 kg sampah plastik dalam perut rusa yang mati. Sampah yang begitu banyak tersebut tentu akan menyulitkan pencernaan rusa.
Rusa tersebut pun dikabarkan telah menunjukkan tanda kesehatan yang buruk. Rusa itu memiliki berat badan kurang dari 30 kg, padahal sebelumnya sekitar 40 kg.
Di taman tersebut, sebelumnya memang banyak yang membuang kantong plastik bekas makanan sembarangan. Tidak adanya temapat sampah di Taman Nara semakin memperparah keadaan. Sampah plastik yang memiliki bau makanan pun menarik perhatian rusa untuk memakannya.
Advertisement
Rusa Sika
Kejadian rusa mengonsumsi sampah plastik ini mungkin telah terjadi sejak lama. Hal ini menyedihkan karena rusa sika merupakan salah satu jenis langka.
Rusa sika merupakan satwa liar yang dapat tinggal di perkotaan berdampingan dengan manusia. Hal itu pun dapat membuat rusa ini mengonsumsi makanan yang bukan makanan aslinya.
Aksi untuk rusa
Pasca kematian rusa di Taman Nara, aksi bersih-bersih pun dilakukan. Melalui Twitter @nara_aigokai, mereka mengumumkan aksi bersih-bersih tujuan wisata itu. Kegiatan itu dilaksanakan 10 Juli 2019 dari pukul 10.00-11.30 waktu setempat.
Aksi bersih-bersih itu pun menuai respons positif dari warganet. Misalnya twit @nori75085694, "Mari sedikit kurangi rusa yang menderita!"
Penulis:
Santi Muhrianti
Universitas Padjadjaran
Advertisement