Jangan Diabaikan, Ini 7 Tanda Anak Butuh Bantuan Terapis

Setiap orangtua pasti pernah kesulitan memahami sikap anak bukan? Beriku 7 tanda sikap anak yang perlu bantuan terapis.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 02 Mar 2020, 10:02 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 10:02 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Anak adalah kado terindah bagi setiap pasangan suami istri dari Tuhan. Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah. Mereka harus memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Orangtua juga bertanggung jawab penuh akan setiap kebutuhan anak.

Bukan hanya itu saja hubungan kedekatan orangtua kepada anak, menentukan sikap seorang anak kepada orang lain. Itu sebabnya setiap orangtua harus mendekatkan diri kepada anak-anak dan menjalin komunikasi yang baik. Jangan sampai sang anak merasa kurang perhatian.

Sebagai orangtua kita harus cerdas dalam menilai sikap anak mana masih sewajarnya dan mana yang berlebihan dan butuh bantuan terapi. Jika kita menganggap remeh akan perilaku anak yang sangat sulit diatasi itu sangat memengaruhi psikis anak dan hubungan orangtua dengan anak dapat terganggu.

Melansir dari Brightside, ada 7 tanda sikap anak yang memang perlu bantuan terapis. Berikut tanda-tandanya:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini :

1. Reaksi yang Berlebihan

Anak menangis (iStock)
Ilustrasi anak menangis (iStockphoto)

Pasti kita pernah menerima sikap anak yang terlalu berlebihan bukan? Misalnya saat anak nangis berlebihan, ketakutan yang berlebihan, tingkah aktif yang berlebihan dan sikap berlebihan lainnya. Ternyata menurut Child Mind Institute, di Amerika Serikat, reaksi anak yang berlebihan itu disebabkan ada kecemasan dalam diri anak yang sulit diakui mereka.

Reaksi berlebihan tersebut juga merupakan respon psikologis anak yang ada dalam pikiran mereka. Cara anak mengekspresikan kecemasan dan ketidaknyamanan dalam pikiran mereka, yaitu melalui tindakan yang berlebihan tersebut.

Keresahan yang mereka rasakan jua menyebabkan anak hilang kendali di situasi tertentu dan terkadang orangtua sulit mengerti. Maka dari itu perlu bantuan psikolog dan terapis untuk memberikan terapi kepada anak yang memiliki sifat seperti ini.

2. Kemarahan yang Terus-Menerus

Ilustrasi anak marah (Foto: iStock)
Ilustrasi anak marah (Foto: iStock)

Selain tingkah yang berlebihan, sikap anak yang suka marah-marah tidak karuan juga sangat amat mengganggu. Nyatanya bukan hanya mengganggu, bagi orangtua yang kesulitan menghadapi sikap anak seperti ini sangat sering dibuat jengkel bukan?

Tindakan yang anak lakukan saat sedang marah yang berlebihan juga ditunjukkan lewat merengek dan menendang-nendang. Penting bagi orangtua untuk mengetahui hal paling mendasar apa yang anak sedang rasakan, akan tetapi  karena sang anak tertutup dan tidak bisa mengungkapkanya kita membutuhkan seorang terapis. Dialah yang bisa mengenali akar penyebab dan alasan sang anak marah yang terus menerus.

3. Kesedihan & Kegugupan yang Terus-Menerus

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Perlu diketahui, jika anak sedang menghadapi masalah yang mungkin tidak cukup berat sampai yang paling rumit pun setiap orangtua harus mengetahuinya. Penting bagi orangtua menanyakan keadaan mereka, apa saja kesulitan yang dihadapi, dan masih banyak yang orangtua harus tahu. Dengan begitu anak merasa bahwa orangtua pasti selalu membantu mereka dan memberi ketenangan.

Akan tetapi yang jadi masalah adalah jika anak terus menerus ketakutan dan gugup tidak bisa menghadapi masalah mereka sendiri alias terlalu bergantung kepada orang tua. Sikap anak yang seperti ini yang perlu juga bantuan seorang terapis karena pastinya ada suatu hal yang disimpan sang anak yang tidak diketahui orangtua.

4. Penurunan Nilai Secara Tiba-tiba dan Tak Bisa Dijelaskan

Ilustrasi Ujian Nasional
Ilustrasi Ujian Nasional (UN). (Liputan6/Pixabay)

Pasti setiap anak pernah mengalami penurunan nilai di sekolah mereka. Sebagai orangtua kita harus mengikuti perkembangan sang anak di dunia pendidikan mereka. Orangtua harus mencari tahu apa penyebab nilai mereka turun. Tetapi jika alasan penyebab tersebut tidak bisa dijelaskan sang anak dan mereka sulit berbicara, orangtua perlu berkonsultasi kepada guru mereka dan bahkan mungkin kepada psikolog karena membutuhkan bantuan terapi.

5. Anak Lebih Suka Menyendiri

[Bintang] 5 Hal Ini Cuma Bisa Dipahami Anak Kost yang Nggak Ikut Mudik
5 hal ini cuma bisa dipahami oleh anak kost yang nggak bisa ikutan mudik alias pulang kampung. Sedih dah! (Ilustrasi: broadly-images.vice.com)

Kita tahu anak-anak sangat aktif dan hobi bermain dengan teman-teman mereka. Mereka memiliki kebiasaan tersendiri baik di rumah, di sekolah, dan di mana pun mereka berada. Mereka pasti sangat senang bersosialisasi dan belajar pengetahuan umum yang mereka tidak dapatkan dari rumah akan didapatkan dari luar.

Pada kenyataanya tidak sedikit juga anak yang lebih senang meyendiri dan tak banyak bicara. Mereka merasa asing dengan dengan keramaian dan cemas akan kebisingan. Anak-anak sepeti ini sangat memerlukan bantuan terapis untuk bertanya apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Dalam sikap mereka yang menyendiri pasti ada sebabnya. Jika dibiarkan terus-menerus anak akan terlena dengan kecemasan sosial dan cenderung tertutup.

6. Tidak Mampu Berkonsentrasi dengan Baik

3 Hal Penyebab Hilangnya Fokus dan Konsentrasi Saat Bekerja
ilustrasi Fokus dan Konsentrasi Saat merealisasikan angan (sumber. Boldsky.com)

Anak-anak cenderung melamun, mungkin ini hal biasa dan tak perlu dikhawatirkan. Akan tetapi orangtua harus terus mengawasinya. Jika anak-anak melamun terus menerus dan kurang fokus mengerjakan pekerjaan rumah berarti ada kecemasan yang ia rasakan.

Mereka akan sulit menangkap penjelasan seseorang, mengerjakan sesuatu menjadi berantakan, mudah lupa dan masih banyak lagi. Seorang terapis mampu mengetahui apa yang sedang dihadapi dan dialami anak yng memiliki sikap seperti ini.

7. Perubahan Pola Tidur Secara Tiba-tiba

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Mulai dari bayi hingga menjadi anak-anak sangat penting bagi orangtua membangun pola tidur yang sehat untuk mereka. Karena tidur yang tidak cukup dapat mengganggu kinerja otak mereka di saat usia mereka yang sedang aktif dan banyak ingin tahu akan segala hal.

Nah, jika pola tidur berubah dan anak menjadi susah untuk tidur, orangtua harus mulai bertindak mencari tahu lewat terapis. Karena mereka sangat berpotensi memahami kasus-kasus seperti ini pada anak.

Penulis : Ayu Ester Simanjutak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya