Jamur Enoki Asal Korsel Jangan Dimakan Dulu, Ada Bakteri Berbahaya

Ada bakteri berbahaya di jamur enoki asal Korsel. Ini memicu Kejadian Luar Biasa (KLB) di AS, Kanada, dan Australia. Bagaimana Indonesia?

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jun 2020, 06:06 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2020, 06:06 WIB
Jamur Enoki
Jamur Enoki (photo by unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ada bakteri berbahaya di jamur enoki asal Korsel. Ini memicu Kejadian Luar Biasa (KLB) di AS, Kanada, dan Australia. Bagaimana Indonesia?

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) telah memerintahkan pada importir untuk menarik dan memusnahkan produk jamur enoki dari Green Co Ltd asal Korea Selatan.

"Pemusnahan dilakukan pada tanggal 22 Mei 2020 dan 19 Juni 2020 di PT siklus Mutiara Nusantara, Bekasi, yang dihadiri oleh perwakilan dari pelaku usaha dan BKP, sejumlah 1.633 karton dengan berat 8.165 kg," kata Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi dikutip dari Antara, Kamis 25 Juni 2020.

Informasi dari International Food Safety Authority Network (Infosan), jaringan otoritas keamanan pangan internasional di bawah FAO/WHO, ada Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Maret-April 2020 di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Ini akibat konsumsi jamur enoki asal Korsel yang tercemar bakteri Listeria monocytogenes.

Agung menegaskan, di Indonesia belum ditemukan kasus KLB karena kontaminasi bakteri tersebut. Namun pihaknya telah menginvestigasi dan mengambil sampling terhadap produk jamur enoki asal produsen Korsel yang dinotifikasi Infosan.

Pada 21 April 2020 hingga 26 Mei 2020, BKP Kementan juga telah meminta importir agar tidak mengedarkan jamur, sampai investigasi selesai. Hasil pengujian di laboratorium PT Saraswanti Indo Genetech, 5 lot tidak memenuhi persyaratan karena terdeteksi mengandung bakteri Listeria monocytogenes melewati ambang batas dengan kisaran 1,0 x 104 hingga 7,2 x 104 colony/g.

Video Pilihan

Pengawasan

Ilustrasi detektif
Ilustrasi detektif (iStock)

BKP meminta Badan Karantina Pertanian melakukan peningkatan pengawasan keamanan pangan jamur enoki asal Korsel. Selain itu, BKP juga meminta importir jamur enoki agar mendaftarkan produknya ke Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKPP).

Kepada importir, BKP meminta untuk memisahkan jamur enoki yang diimpor dari Green Co Ltd dan mengembalikan kepada distributor untuk ditangani lebih lanjut. Importir juga diminta untuk menerapkan langkah sanitasi demi mencegah kontaminasi silang, serta melakukan pengujian laboratorium jika diperlukan.

Bakteri Listeria monocytogenes merupakan salah satu bakteri yang tersebar luas di lingkungan pertanian, baik di tanah, tanaman, silase, fekal, limbah dan air.

"Bakteri ini mempunyai karakter tahan terhadap suhu dingin, sehingga mempunyai potensi kontaminasi silang terhadap pangan lain yang siap dikonsumsi dalam penyimpanan," kata Agung.

Berbahaya

Jamur Enoki
Jamur Enoki (photo by unsplash.com)

Lantas apa bahaya yang ditimbulkan jika mengkonsumsi jamur enoki yang mengandung Listeria monocytogenes?

Agung menjelasan, Listeria monocytogenes merupakan salah satu bakteri yang tersebar luas di lingkungan pertanian seperti tanah, tanaman, silase, fekal, limbah, dan air.

Bakteri ini mempunyai karakter tahan terhadap suhu dingin, sehingga mempunyai potensi kontaminasi silang terhadap pangan lain yang siap dikonsumsi dalam penyimpanan;

"Dapat dihilangkan melalui pemanasan suhu 75oc," kata dia dalam keterangan tertulis.

Sedangkan mengonsumsi jamur enoki yang mengandung Listeria monocytogenes dapat menyebabkan penyakit listeriosis yang mempunyai konsekuensi sakit hingga meninggal dunia. Utamanya pada golongan rentan, balita, ibu hamil dan manula.

 

Kejadian Luar Biasa

Jamur Enoki
Jamur Enoki (photo by unsplash.com)

Bakteri Listeria monocytogenes tercatat telah menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Amerika Serikat pada 2014 dan 2020, Afrika Selatan pada 2018. Kemudian Kanada dan Australia pada Maret-April 2020.

"Sampai dengan hari ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus KLB karena kontaminasi bakteri dari jamur enoki tersebut. Hal-hal yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian merupakan langkah pencegahan," jelas Agung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya