Studi: Orang yang Tidur Ngorok Tiga Kali Lebih Berisiko Meninggal karena Virus Corona

Baru-baru ini, sebuah penelitian menunjukkan bahwa mendengkur ketika tidur dapat meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19.

oleh Camelia diperbarui 21 Sep 2020, 17:01 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2020, 17:01 WIB
Mengubah Posisi Tidur
Ilustrasi Mendapat Mimpi Buruk Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Pandemi virus Covid-19 saat ini masih mewabah di sebagian besar negara di dunia. Para ahli dan dokter masih terus melakukan penelitian terkait virus tersebut.

 

Hingga kini diketahui ada begitu banyak faktor yang diketahui mampu meningkatkan risiko kematian akibat virus corona.

Baru-baru ini, sebuah penelitian menunjukkan bahwa mendengkur ketika tidur dapat meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19.

Dilansir dari Mirror, para peneliti dari University of Warwick telah mengungkapkan bahwa orang dengan apnea tidur obstruktif yang ditandai dengan mendengkur ketika tidur bisa tiga kali lebih berisiko meninggal akibat virus corona.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lebih berisiko

[Fimela] tidur nyenyak
ilustrasi tidur nyenyak | unsplash.com/@zohre_nemati

Apnea tidur obstruktif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penyumbatan total atau sebagian saluran udara ketika tidur. Dalam studi tersebut, pemeliti meninjau 18 studi yang melihat kemungkinan hubungan antara apnea tidur obstruktif dan virus corona.

Analisis mereka mengungkapkan bahwa banyak pasien virus corona yang datang ke perawatan intensif menderita apnea tidur obstruktif, dan pada pasien diabetes, hal itu dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian.

Faktanya dalam satu penelitian pada pasien virus corona yang juga menderita diabetes, mereka yang mengalami apnea tidur obstruktif 2,8 kali lebih mungkin meninggal pada hari ketujuh setelah masuk rumah sakit.

Tidak terdeteksi

Ilustrasi Tidur
Ternyata, jam bangun seseorang bisa mengungkapkan kepribadiannya. (Foto: Unsplash)

Yang mengkhawatirkan, para peneliti mengatakan bahwa hingga 85% kasus apnea tidur obstruktif tidak terdeteksi.

“Tanpa gambaran yang jelas tentang berapa banyak orang yang menderita apnea tidur obstruktif, sulit untuk menentukan secara tepat berapa banyak orang dengan kondisi tersebut yang mungkin mengalami hasil yang lebih buruk karena COVID-19,” kata Dr Michelle Miller, yang memimpin penelitian tersebut.

“Kami tidak tahu apakah sleep apnea yang tidak terdeteksi memberikan risiko yang lebih besar atau tidak,” tambahnya.

Disarankan melakukan pencegahan

[Fimela] Tidur
Ilustrasi tidur nyenyak | unsplash.com/@entersge

Para peneliti berharap temuan ini akan mendorong orang-orang dengan apnea tidur obstruktif untuk mengambil tindakan pencegahan guna mengurangi risiko tertular virus corona.

Dr Miller menambahkan, “Ini adalah kelompok pasien yang harus lebih sadar bahwa apnea tidur obstruktif dapat menjadi risiko tambahan jika mereka tertular COVID-19. Pastikan Anda mematuhi pengobatan Anda dan lakukan tindakan pencegahan sebanyak mungkin untuk mengurangi risiko, seperti mengenakan masker, menjaga jarak dan menjalani tes segera setelah Anda melihat gejala apa pun.”

“Rumah sakit dan dokter juga harus mencatat apakah pasien mereka menderita apnea tidur obstruktif sebagai faktor risiko potensial, dan itu harus dimasukkan dalam studi dan data hasil untuk COVID-19. Kami membutuhkan lebih banyak data untuk menentukan apakah ini adalah sesuatu yang harus lebih kami perhatikan,” tutup Dr Michelle.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya