Studi Terbaru, Pria Hasilkan Lebih Banyak Antibodi Covid-19 daripada Wanita

Pria ternyata menghasilkan antibodi Covid-19 lebih banyak setela terinfeksi virus tersebut ketimbang wanita.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 27 Okt 2020, 13:04 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2020, 13:04 WIB
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian menemukan bahwa rata-rata pria menghasilkan lebih banyak antibodi Covid-19 daripada wanita. Tak hanya itu, para peneliti Portugis juga menambahkan bahwa 90 persen pasien memiliki antibodi yang dapat dideteksi hingga tujuh bulan setelah tertular virus Corona baru.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Immunology tersebut juga menunjukkan bahwa usia bukanlah faktor perancu dalam tingkat antibodi yang diproduksi, tetapi tingkat keparahan penyakit.

"Sistem kekebalan kita mengenali Covid-19 sebagai virus berbahaya dan menghasilkan antibodi sebagai tanggapan terhadapnya. Ini membantu melawan virus," kata penulis studi Marc Veldhoen dari Medicina Molecular Joao Lobo Antunes di Portugal seperti dilaporkan oleh TimesofIndia.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Studinya

Ilustrasi Virus Corona. (Bola.com/Pixabay)
Ilustrasi Virus Corona. (Bola.com/Pixabay)

Untuk temuan tersebut, tim peneliti menyiapkan tes serologi Covid-19 spesifik dan serbaguna di rumah. Mereka kemudian memantau tingkat antibodi lebih dari 300 pasien Covid di rumah sakit, petugas kesehatan, dan lebih dari 200 relawan yang telah sembuh dari Covid.

Hasil studi cross-sectional enam bulan ini menunjukkan pola klasik dengan peningkatan cepat kadar antibodi dalam tiga minggu pertama setelah gejala Covid ditemukan. Seperti yang diharapkan, terjadi penurunan ke tingkat menengah sesudahnya.

"Dalam fase respons awal ini, rata-rata pria memproduksi lebih banyak antibodi daripada wanita. Tetapi levelnya seimbang selama fase resolusi dan serupa antara jenis kelamin pada bulan-bulan setelah terinfeksi Covid," kata Veldhoen.

 

Usia bukanlah faktor perancu

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Pada fase akut respon imun, tim mengamati tingkat antibodi yang lebih tinggi pada pasien dengan penyakit yang lebih parah. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa usia bukanlah faktor perancu untuk produksi antibodi.

Hal ini dikarenakan tak ada perbedaan signifikan yang diamati antara kelompok usia. Secara global, 90 persen peserta memiliki antibodi yang dapat dideteksi hingga tujun bulan setelah tertular Covid.

 

Evaluasi fungsi antibodi

[Fimela] ilustrasi virus Corona
ilustrasi virus Corona | pexels.com/@cottonbro

Selanjutnya, tim peneliti mengevaluasi fungsi antibodi tersebut, yakni aktivitas penetralannya terhadap virus Corona. Selain itu, tim peneliti juga menganalisis kapasitas penetral antibodi yang diproduksi oleh pasien dan relawan.

"Pekerjaan kami memberikan informasi rinci untuk pengujian yang digunakan, memfasilitasi analisis lebih lanjut, dan longitudinal dari kekebalan pelindung terhadap virus Corona," kata Veldhoen.

Yang paling penting, ini menyoroti tingkat sirkulasi antibodi penetral yang berkelanjutan pada kebanyakan orang dengan virus Corona yang dikonfirmasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya