Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita berusia 31 tahun baru-baru ini dijatuhi hukuman penjara karena menyamar sebagai dokter. Dia berpura-pura menjadi dokter mata selama bertahun-tahun tanpa pernah menjalani pelatihan medis.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Semuanya dimulai pada tahun 2018, ketika Sonia, seorang wanita berusia 31 tahun dari Meaux, di Prancis utara, memutuskan untuk mencoba peruntungannya sebagai dokter, tanpa menjalani pelatihan medis apa pun. Sonia memiliki gelar sarjana dalam manajemen real estat, tetapi dia tidak membiarkan hal itu menghalanginya untuk mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan sebagai dokter umum.
Wanita itu memalsukan banyak ijazah dari Fakultas Strasbourg dan sertifikat palsu di dewan Ordo Dokter, dan tidak hanya mendapatkan pekerjaan itu, tetapi juga memeriksa pasien selama tiga tahun sebelum ada yang menyadari bahwa dia tidak punya urusan menjadi dokter.
Wanita ini tidak hanya berpraktik kedokteran selama hampir tiga tahun hingga terungkap pada Oktober 2021, tetapi kemudian melanjutkan karier profesional terbaik berikutnya, kali ini menjadi dokter mata. Lebih buruk lagi, untuk sebagian besar waktunya sebagai dokter, Sonia mengenakan gelang penanda di sekitar pergelangan kakinya, untuk kejahatan yang dilakukan sebelum pengangkatannya sebagai dokter umum.
France Live melaporkan bahwa wanita berusia 31 tahun itu telah dihukum karena “pelanggaran kepercayaan” pada tahun 2019, tetapi karena perusahaan tidak memeriksa kredensialnya, dia tidak memiliki masalah untuk menyamar sebagai seorang profesional medis.
Dijatuhi hukuman 3 tahun penjara
Setelah menggunakan identitas dua dokter sebenarnya yang kebetulan berbagi namanya, Sonia mampu mendapatkan hampir 70,00 euro dari karier palsunya itu. Selama tiga setengah tahun bekerja sebagai dokter, Sonia melakukan sekitar 20 vaksinasi Covid-19, dan meresepkan berbagai obat, meski tidak tahu apa yang dia resepkan.
Selama persidangan baru-baru ini, ibu dari tiga anak ini menjelaskan bahwa dia didorong oleh kebutuhan akan uang. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
Advertisement
Pesan Dokter Usai Umat Islam Jalani Puasa Ramadhan, Tetap Jaga Kebiasaan Tubuh
Puasa Ramadhan merupakan suatu peristiwa keagamaan dilakukan oleh umat Islam yang mukmin untuk merubah kebiasaan atau perilakunya sehari-hari selama satu bulan penuh.
"Di mana perilaku tersebut meliputi kebiasaan dalam melakukan makan, minum, tidur, olah raga dan ritual ibadah. Kalau di luar bulan puasa Ramadhan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari, diubah menjadi malam hari," ujar Kepala Instalasi Rawat Inap RS Tugu Ibu, Depok dr. Setia Pribadi dalam acara Bincang Teras LPPM ATVI Spesial Ramadhan bertema ‘Tetap Jaga Kebiasaan Sehat Usai Lebaran’ yang ditayangkan via Channel Youtube Teras LPPM ATVI, Kamis malam 21 April 2022.
Acara yang dipandu dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) drs. Dian, MSI tersebut, dapat terselenggara atas kerja sama LPPM ATVI, Mastepedia.com, Taman Bacaan Masyarakat Bukit Duri Bercerita, dan didukung dua penerbit Prenada Jakarta serta Mata Padi Yogya.
Menurut dokter Setia, akibat perubahan perilaku atau kebiasaan tersebut, tentu dapat juga mengakibatkan perubahan dalam mekanisme tubuh manusia, secara fisiologis baik fisik maupun mental.
"Diharapkan selama 30 hari melakukan puasa, akan terjadi keseimbangan (homeostasis) baru," papar Setia.
Menurut dia, contoh homeostasis adalah ketika kita tidak melakukan sarapan, maka akan terjadi penurunan kadar gula dalam darah, atau ketika kita melakukan olah raga berat akan mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan tubuh mengeluarkan keringat.
"Keringat yang keluar akan menyebabkan suhu tubuh menjadi dingin kembali. Ketika tubuh mendapatkan infeksi, bakteri atau virus, tubuh menjadi panas lemah," terang Setia.
Dia mengatakan, banyak lagi keadaan yang membuat tubuh melakukan keseimbangan baru ketika terjadinya perubahan perilaku.
"Salah satu tujuan puasa pada bulan Ramadhan, selain beribadah sebagai ketakwaan, juga terdapat kegunaan secara fisik menjadikan tubuh kita, mendapat tantangan baru yang dapat berakibat tubuh menjadi lebih sehat," ucap Setia yang juga Ketua Sub Komite Manajemen Risiko RS Tugu Ibu.