Liputan6.com, Jakarta - Psychology Today menyebut perilaku self-sabotage atau sabotase diri sebagai perilaku merusak diri, yang dilakukan seseorang dengan menciptakan masalah di dalam kesehariannya dan memengaruhi target jangka panjang mereka.
Seseorang biasanya melakukan perilaku sabotase diri, sebab mereka merasa tidak nyaman dengan perasaan yang dimilikinya, lalu berusaha untuk menghindari perasaan tersebut.
Belum ada cara mutlak untuk mengatasi perilaku yang disebabkan oleh perasaan yang tidak nyaman dan pemikiran yang berlebihan ini. Oleh karena itu, banyak pribadi berusaha mengatasinya dengan cara sendiri.
Advertisement
Melakukan prokrastinasi atau menunda-nunda, mencoba obat-obatan, sampai alkohol, menjadi beberapa pilihan yang diambil kebanyakan orang supaya mereka tidak akan merasakan perasaan tersebut. Namun, cara-cara sabotase diri tidak hanya sebatas itu saja.
Perilaku self-sabotage merupakan perilaku disregulasi. Ini menjadikan sabotase diri bisa dilakukan seseorang secara sadar ataupun tidak sadar.
Sikap sadar melakukan sabotase diri misalnya ketika seorang individu sedang dalam program diet, tetapi dia memutuskan untuk memakan kue atau makanan lain yang perlu dihindarkan.
Sementara itu, seseorang melakukan sabotase diri secara tidak sadar, misalnya mereka merusak rencana jangka panjang tanpa mengetahuinya.
Mengutip dari Nyctherapy, Selasa (11/9/2022), Brad Brenner, co-founder dari grup terapi di New York mengatakan, seorang individu akan selalu menemukan cara untuk merusak atau menghancurkan diri secara fisik, mental, atau emosi.
"Tindakan inilah yang membuat seseorang sulit untuk mencapai kesuksesannya," ucap Brenner.
Â
Perilaku Prokrastinasi dan Menghindari Pekerjaan
Cara paling umum seseorang sedang melakukan sabotase diri adalah dengan menunda atau menghindari tanggung jawab.
Orang yang melakukan sabotase diri akan mengindari mengerjakan tugas yang dimilikinya. Ini akan membuat tugas semakin menumpuk hingga mereka akan melakukan tugas tersebut jika sudah terpaksa.
Perilaku tersebut akan membuat seseorang merasa kewalahan mengerjakan tugas yang menumpuk, membuat mereka tidak mampu menyelesaikan tugas tepat waktu dan merasa dirinya sebagai imposter.
Tidak memulai pekerjaan, tidur terlambat, atau memilih pergi bersama teman dibandingkan mengerjakan tugas menjadi pola umum yang sering dilakukan seseorang ketika melakukan prokrastinasi.
Penyebab lain seseorang melakukan prokrastinasi karena mereka seorang perfeksionis, berpikir berlebihan, atau tidak bisa memutuskan mau mulai dari mana.
Hal-hal tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh hadirnya rasa gelisah dan khawatir tidak bisa melakukan tugas dengan baik.
Advertisement
Takut Akan Keintiman atau Takut Akan Penolakan
Di dalam sebuah hubungan, seseorang akan mengambil tindakan sabotase diri ketika mereka sudah berada di suatu level kedekatan tertentu.
Itu menjadi salah satu tindakan tidak sadar, karena mereka merasa terjebak atau khawatir akan ditolak jika mereka terlalu dekat.
Perasaan khawatir ini bisa disebabkan oleh faktor trauma. Ketika seorang individu pernah ditelantarkan, ditolak, atau dikritik, bagian dari otaknya akan mengingat luka tersebut. Ingatan tersebut nantinya akan memengaruhi pemikirannya terhadap sebuah hubungan.
Low Self-Esteem atau Merasa Rendah Diri
Ketika seorang individu mulai merasa diri mereka tidak pantas, mereka tidak akan menaruh kepercayaan untuk diri sendiri. Dirinya akan merasa tidak mampu mencapai kesuksesan seperti yang lainnya.
Di dalam alam bawah sadar, mereka meyakini akan selalu gagal dan bahkan menganggap diri mereka sebagai kegagalan.
Sikap ini disebabkan oleh seorang individu yang terus mendengarkan inner critic yang dilontarkan pikiran sendiri.
Dari sini kita perlu menyadari bahwa kita memiliki pilihan untuk mendengarkan isi pikiran kita atau mengabaikannya, ketika perbincangan dengan diri sendiri mulai terdengar negatif dan membuat kita merasa buruk.
Advertisement