Studi: Berteman dengan Orang Kaya Bisa Tingkatkan Taraf Hidup Seseorang

Pertemanan yang terjadi antara orang kurang mampu dan orang kaya ternyata dapat meningkatkan penghasilan orang kurang mampu hingga 20 persen.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 13 Okt 2022, 09:03 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2022, 09:03 WIB
Ilustrasi teman, sahabat, kepercayaan
Ilustrasi teman, sahabat, kepercayaan. (Photo by Hannah Busing on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa dekade terakhir, keadaan ekonomi keluarga menentukan masa depan seorang anak saat ia dewasa nanti. Tapi, studi terbaru menemukan pengecualian bagi anak-anak kurang mampu yang bersahabat dengan ‘orang kaya’. 

Studi ini, mengutip Indiana Express, Rabu (12/10/2022), menemukan jika anak-anak kurang mampu yang tinggal di daerah yang didominasi oleh kelas atas, secara signifikan dapat meningkatkan penghasilan mereka di masa depan. 

Penelitian tersebut diterbitkan Agustus 2022 di Nature, yang menganalisis pertemanan di Facebook dari 72 juta orang, yang sekitar 84 persennya merupakan orang dewasa AS berusia 25-44 tahun. 

Analisi baru ini menemukan bahwa tingkat keterkaitan antara si kaya dan miskin menjelaskan bahwa mengapa anak-anak di lingkungan yang lebih baik, kemudian hari akan memiliki masa depan yang lebih baik pula. 

Menurut studi ini, jika 70 persen dari lingkungan anak miskin adalah orang kaya, maka pendapatan mereka di masa depan dapat meningkat sebesar kurang lebih 20 persen.

Pertemanan lintas kelas ini memiliki dampak yang lebih kuat daripada kualitas sekolah, keturunan keluarga, ketersediaan pekerjaan, atau komposisi rasial masyarakat. 

Penelitian ini menegaskan bahwa orang-orang yang kita kenal akan membuka peluang baru. 

“Tumbuh di komunitas yang lintas kelas dapat meningkatkan peluang anak-anak agar dapat keluar dari kemiskinan,” kata Raj Chetty, ekonom di Harvard University dan direktur Opportunity Insights, yang mempelajari akar ketidaksetaraan dan kontributor mobilitas ekonomi.

Chetty adalah salah satu dari empat penulis utama dalam studi ini, bersama Johannes Stroebel dan Theresa Kuchler dari New York University dan Matthew O Jackson dari Stanford University dan Santa Fe Institute. 

Temuan ini menunjukkan bahwa keterbatasan dan keragaman seperti bus sekolah, zonasi multifamily, dan tindakan afirmatif dapat meningkatkan peluang. Studi ini juga mengungkapkan bahwa menyatukan orang saja tidak cukup untuk meningkatkan peluang. 

"Orang-orang yang ingin menciptakan keterhubungan ekonomi harus sama-sama fokus untuk melibatkan orang-orang dengan pendapatan yang berbeda untuk berinteraksi," kata Stroebel.

Saling Memengaruhi

Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik
Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik

Jimarielle Bowie salah satunya. Ia dibesarkan di keluarga kelas menengah ke bawah, orang tuanya bercerai, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan rumah. Tapi, saat ia berteman di sekolah, ia berteman dengan gadis-gadis yang kaya dan tinggal di perkotaan. Rumah gadis-gadis itu lebih besar dan dengan pekerjaan orang tua yang yang berbeda, mulai dari pengacara, dokter, dan pendeta. Jadi, di sekolah meneng.

"Ibu saya benar-benar menanamkan kerja keras pada anak. Anda harus menjadi lebih baik, Anda harus melakukan yang lebih baik," kata Bowie.

Bowie menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mendapatkan gelar pascasarjana. Dia sekarang menjadi pengacara pembela kriminal - pekerjaan yang dia dapatkan melalui teman SMA-nya.

"Pertemuan saya dengan orang-orang yang lebih kaya, membuat saya bisa masuk ke dalam lingkaran itu, memahami bagaimana orang-orang itu berpikir, itu membuat perbedaan yang signifikan,” kata Bowie. 

Modal sosial, jaringan hubungannya, dan bagaimana mereka saling memengaruhi telah lama menarik minat para ilmuwan sosial. Sejak saat itu, para peneliti telah menemukan bahwa ikatan dengan orang-orang yang lebih berpendidikan atau makmur, mulai dari masa kanak-kanak, dapat memengaruhi aspirasi, melanjutkan kuliah, dan jalur karier. 

Koneksi

Ilustrasi orang kaya
Ilustrasi (iStock)

Studi baru ini menggunakan kumpulan data yang jauh lebih besar daripada studi lainnya, yang mencakup 21 miliar pertemanan Facebook adalah yang pertama yang menunjukkan bahwa tinggal di tempat tersebut membawa pengaruh ekonomi yang lebih baik.

Para peneliti menemukan bahwa semakin banyak koneksi antara si kaya dan si miskin, semakin baik lingkungan tersebut dalam pengentasan kemiskinan.

Setelah memperhitungkan koneksi ini, karakteristik lain yang dianalisis oleh para peneliti - termasuk komposisi ras lingkungan, tingkat kemiskinan, dan kualitas sekolah - tidak terlalu penting untuk peningkatan mobilitas.

Studi baru ini menunjukkan bahwa di tempat-tempat dengan modal sosial–ikatan infomal yang membawa kita pada orang yang tidak seperti kita–yang kurang, peningkatan hubungan lintas kelas tetap dapat menguntungkan prospek ekonomi anak.

Modal sosial semacam inilah yang telah menurun karena negara telah menjadi lebih terpisah berdasarkan kelas. Dalam beberapa dekade terakhir, orang menjadi lebih cenderung tinggal dan bersekolah dengan orang-orang yang memiliki status ekonomi yang sama. 

Secara umum, sekolah yang lebih besar dan lebih beragam - baik secara ekonomi maupun ras - memiliki koneksi lintas kelas yang lebih kecil. Mungkin lebih sulit untuk berteman dalam kelompok besar, dan ada lebih banyak kesempatan untuk membangun ikatan dengan orang-orang dari latar belakang yang sama.

Para peneliti berfokus pada sekolah menengah atas, salah satu lingkungan di mana orang-orang dari semua kelas berteman dengan tingkat yang sama, dan tempat di mana orang membentuk persahabatan seumur hidup.

Pertemanan Si Kaya dan Si Miskin

Mimpi Menjadi Kaya
Ilustrasi Mimpi Menjadi Kaya Credit: pexels.com/Andrea

Sayangnya, para peneliti juga menemukan bahwa komunitas di mana orang kaya dan miskin memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi jarang ditemukan.

Jaringan sosial jauh lebih umum terpisah karena pendapatan. Menurut penelitian tersebut, orang-orang di sepersepuluh terbawah dari distribusi pendapatan di Amerika Serikat memiliki kurang dari 2% teman mereka yang berasal dari 10% pendapatan teratas. 

Dengan kata lain, orang kaya cenderung memiliki teman yang kaya, dan orang miskin cenderung memiliki teman yang miskin.

Mengingat apa yang sekarang kita ketahui tentang pentingnya pertemanan lintas kelas, para peneliti menunjukkan beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat membantu menjembatani kesenjangan itu.

Rekomendasi tersebut termasuk kebijakan zonasi dan perumahan yang terjangkau yang dirancang untuk mengurangi segregasi, dan membuat perubahan pada struktur sekolah dan universitas untuk menciptakan kelompok koneksi siswa yang beragam - semuanya untuk meningkatkan kemungkinan anak-anak akan berteman lintas kelas.

infografis tingkat kemiskinan indonesia
Penduduk Miskin Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya