Liputan6.com, Jakarta - Investasi pemberian makanan sehat dan bergizi dalam keluarga seharusnya menjadi prioritas orangtua agar anak memperoleh nutrisi optimal untuk tumbuh kembangnya.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik pada 2020 menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia masih mengalami kerawanan akses terhadap makanan sehari-hari.
Padahal, seluruh masyarakat Indonesia, apa pun latar belakangnya, memiliki hak untuk memperbaiki status gizi dan status kesehatan.
Advertisement
Susenas lalu menyebut kondisi tersebut diperparah dengan kenaikan harga bahan pokok dan pangan, imbas dari inflasi dan kenaikan BBM, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pangan, khususnya protein hewani berkurang.
Jika masyarakat sulit mengakses makanan bergizi, angka stunting di Indonesia akan sulit diturunkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, negara-negara dengan kondisi ekonomi baik memiliki nilai yang tinggi pada status kesehatan setiap individunya.
Data WHO pada 2018 menyebut bahwa angka kematian lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah.
Pakar ekonomi kesehatan dari Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia, Mutia A Sayekti SGz MHEcon mengatakan bahwa malanutrisi atau permasalahan gizi sering dikaitkan dengan status ekonomi.
Sebab, kata dia, ketahanan pangan dapat tercapai apabila setiap saat semua orang memiliki akses terhadap makanan yang cukup, aman, bergizi, sesuai kebutuhan diet untuk mencapai hidup sehat dan produktif.
"Dalam skala rumah tangga, ketahanan pangan dapat dimulai dengan memastikan keluarga mengonsumsi gizi seimbang yang dapat diterapkan dalam beberapa langkah seperti berkomitmen untuk hidup sehat sesuai dengan kemampuan, merencanakan menu per-minggu dengan konsep isi piringku, mempertimbangkan konsumsi makan anak di luar rumah, serta meningkatkan literasi keluarga terhadap kebutuhan nutrisi dan khususnya membuat anggaran khusus belanja bahan makanan," kata Mutia dalam sebuah webinar belum lama ini
"Orangtua dapat membuat skala prioritas dalam pengeluaran belanja, dengan mengutamakan kebutuhan yang esensial seperti pangan sehat dan bergizi untuk anak-anak mereka," ujar Mutia dalam Hari Pangan Sedunia 2022 yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition Indonesia.
Bagaimana Caranya?
Mutia mengatakan bahwa merencanakan anggaran khusus daftar makanan per minggu dengan konsep Isi Piringku juga bisa dilakukan.
Mutia mencontohkan, untuk estimasi belanja makanan selama tiga hingga lima hari dengan anggaran sekitar Rp185 ribu (dengan estimasi biaya di wilayah Depok, Jawa Barat, dan sekitarnya) sudah bisa mendapatkan lauk protein hewani, nabati, sayuran, dan bumbu-bumbu serta susu untuk keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak-anak.
"Estimasi dalam sebulan pengeluaran belanja makanan adalah Rp816 ribu atau sekitar 23 s.d 24 persen untuk rumah tangga dengan kisaran penghasilan Rp4 juta++
Masih menurut Mutia, pemahaman akan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi anak harus terus disosialisasikan sampai ke unit terkecil masyarakat yaitu keluarga.
Masyarakat juga harus paham bahwa kurang gizi dapat berdampak serius pada kesehatan dan perkembangan kecerdasan anak.
Data SSGI 2021 menyatakan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen dan masih berada di atas batas WHO.
"Selain itu, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3 persen menjadi 17 persen. Sedangkan, pemerintah telah menetapkan stunting sebagai prioritas nasional, dengan menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024," katanya.
Advertisement
Penanggulangan Masalah
Dijelaskan Medical Science Director Danone Indonesia, Dr dr Ray Wagiu Basrowi MKK bahwa penanggulangan masalah Kesehatan perlu dilakukan dari berbagai aspek yakni akses terhadap makanan bergizi seimbang, edukasi, dan intervensi serta kemitraan dan advokasi.
"Dalam akses terhadap makanan bergizi perlu diperhatikan bahwa makanan yang dikonsumsi bervariasi serta dalam jumlah yang cukup serta kualitas gizi yang baik. Pemenuhan makanan yang bervariasi berhubungan dengan berkurangnya risiko defisiensi mikronutrien dan risiko kurangnya asupan nutrisi," katanya.
Kajian sistematis menunjukkan bahwa kurangnya variasi makanan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa salah satu cara untuk orangtua dapat memastikan kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada anak cukup adalah dengan menerapkan pedoman prinsip ‘Isi Piringku’ yang mengandung gizi seimbang.
"Pedoman Isi Piringku mengacu pada konsumsi pembagian piring makan menjadi 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk pauk, 2/3 sayur dan 1/3 buah, dilanjutkan dengan minum air delapan gelas/hari, 30 menit aktivitas fisik, dan penerapan pola hidup bersih dan sehat. Di sisi lain, kita juga perlu memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas gizi yang baik," ujarnya.
Terkait Isi Piringku
Pemenuhan bahan baku pangan dengan pedoman Isi Piringku juga bisa dilakukan dengan diversifikasi pangan yakni konsumsi pangan lokal yang tersedia di lingkungan sekitar.
Eksplorasi bahan makanan lokal, termasuk cara pengolahan, untuk akses yang berkesinambungan dapat dilakukan
Mutia menambahkan bahwa setiap daerah memiliki pangan lokal yang berbeda-beda, tapi karena ketidaktahuan, masyarakat jarang memanfaatkannya.
Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) dapat menjadi salah satu referensi dalam memaksimalkan pemanfaatan pangan lokal, yaitu dengan mencari alternatif pangan yang mengandung nutrisi yang kurang lebih sama dengan pangan yang biasa dikonsumsi.
Selain itu, pemberian makanan yang sudah difortifikasi juga bisa menjadi cara memenuhi kebutuhan gizi secara lebih murah. Sebab, bahan pangan terforitikasi sudah mengandung makroutrien dan mikronutrien sekaligus dalam satu makanan.
"Fortivikasi makanan merupakan upaya meningkatkan kualitas pangan dengan menambahkan pada makanan tersebut satu atau lebih zat gizi mikro tertentu," katanya.
Menurut Ray, hal ini bermanfaat sebagai salah satu cara intervensi pemenuhan zat gizi mikro masyarakat yang terbukti cost-effective terutama untuk mengatasi defisiensi micronutrient (hidden hunger) dan membantu percepatan perbaikan gizi anak Indonesia.
"Pemenuhan konsumsi pangan yang seimbang dan konsumsi pangan berfortivikasi dapat dilakukan untuk memastikan kebutuhan zat gizi mikro tubuh dapat terpenuhi," pungkas Ray.
Advertisement