Liputan6.com, Jakarta - Anxiety atau kecemasan merupakan suatu kondisi gangguan mental yang paling umum dialami banyak orang. Umumnya istilah anxiety di publik ini, memunculkan berbagai mitos dan kesalahpahaman mengenai gejala dan cara pengobatan dari gangguan kecemasan (anxiety disorder).
Mitos-mitos yang beredar mengenai anxiety tidak hanya menyebarkan informasi yang salah, tetapi juga menyebabkan orang-orang yang memiliki gangguan ini menjadi sulit untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Baca Juga
Salah satu di antaranya adalah mengenai kecemasan (anxiety) dan gangguan kecemasan (anxiety disorder). Kedua istilah tersebut memiliki definisi yang berbeda. Namun, mengingat betapa umumnya perasaan stres dan kecemasan, beberapa orang mungkin meyakini kalau gangguan kecemasan sama saja seperti kecemasan atau bahkan tidak yakin hal itu ada.
Advertisement
Melansir CNET (09/12/2022), terdapat perbedaan klinis di antara merasakan cemas dalam sehari-hari dan gangguan kecemasan. Berdasarkan hasil survei dari "The Diagnostic and Statistical Manual for Mental Health", menggolongkan gangguan kecemasan umum sebagai kecemasan berlebihan yang terjadi hampir setiap hari selama setidaknya enam bulan.
Orang tersebut akan merasa sulit untuk mengendalikan kekhawatiran mereka hingga membuat mereka menjadi stres dan mengganggu kemampuan mereka untuk beraktivitas. Secara sederhana, kecemasan yang satu ini merupakan bentuk pikiran kita merespons terhadap stres.
Jadi, gangguan kecemasan ini relatif umum, dengan sekitar 40 juta orang dewasa di Amerika Serikat hidup dengan gangguan kecemasan. Bagi beberapa orang, gangguan kecemasan dapat diperhatikan secara langsung dan mudah dikenali lewat gejala fisik karena terlihat panik. Namun, untuk beberapa orang gejala kecemasan tampak sulit diketahui oleh sekitarnya.
Terdapat mitos-mitos atau kekeliruan lain mengenai kecemasan. Merangkum dari CNET (08/12/2022), berikut adalah daftarnya.
1. Social Anxiety Sama dengan Pemalu
Meskipun perilaku kecemasan sosial sekilas tampak mirip dengan pemalu, keduanya merupakan hal yang berbeda. Menjadi pemalu merupakan sebuah ciri kepribadian, sedangkan kecemasan sosial adalah sebuah gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketakutan akan situasi sosial.
Hal ini membuat orang yang mengalaminya merasakan kekhawatiran ekstrem tentang bagaimana mereka harus bertindak di muka umum. Mereka yang memiliki gangguan ini cemas kalau mereka akan mempermalukan diri mereka sendiri, membuat mereka berpikir orang di sekitarnya sedang mengamati dan menilai dirinya.
Akan tetapi, orang-orang yang memiliki kepribadian pemalu kemungkinan besar mempunyai kecemasan sosial. Walau kita bisa saja merasa malu dan menjadi pendiam tanpa merasakan kekhawatiran berlebih dan kepanikan dalam situasi sosial.
Advertisement
2. Anxiety Bisa Dihilangkan
Mitos ini cukup diyakini banyak orang. Beberapa dari mereka menganggap kecemasan merupakan sebuah fase dalam kehidupan dan dapat diatasi dengan melakukan olahraga dan memakan makanan yang sehat. Mitos ini dipercaya karena mereka melihat ketika seseorang mengalami penurunan gejalan gangguan setelah melakukan kegiatan tersebut.
Namun, gangguan kecemasan klinis tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Gejala-gejala akan tetap ada sampai melakukan perawatan dan jika tidak ditangani, gejala-gejala tersebut akan memburuk seiring waktu. Perawatan akan membantu untuk mengelola, mengurangi, hingga mengeliminasi gejala kecemasan lewat terapi dan mekanisme koping.
3. Gejala Anxiety Itu Normal
Merasa stres dan khawatir termasuk sebagai hal yang biasa. Ini merupakan cara otak kita memperingatkan akan ancaman atau bahaya yang sedang kita hadapi sehingga kita dapat bertindak dengan tepat.
Namun, perasaan khawatir yang terus-menerus bukanlah sesuatu yang bisa disebut normal. Mereka merupakan gejala dari gangguan kecemasan dan kalau tidak segera ditangani, hal ini secara signifikan akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk beraktivitas sehari-hari, bahkan sampai menyebabkan penyakit kronis.
Advertisement
4. Hanya Orang Dewasa yang Mengalami Anxiety
Tidak sedikit orang-orang akan meragukan pernyataan bahwa anak-anak juga bisa mengalami gangguan kecemasan. Namun, berdasarkan studi dari the Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan, sekitar 9,4 persen anak-anak berusia di antara tiga dan 17 tahun mengalami kecemasan.
Ketika seorang anak tidak mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya, hal ini akan menghambat kemampuan mereka ketika beraktivitas di sekolah atau bermain bersama dengan anak-anak lainnya. Beberapa tanda kecemasan terhadap anak di antaranya adalah mereka menjadi mudah marah, mengalami ketakutan berlebihan atau fobia, sampai mengalami susah tidur dan sulit makan teratur.
5. Anxiety Bisa Diatasi dengan Menghindari Situasi yang Membuat Stres
Keluar dari situasi yang menyebabkan stres sering kali menjadi jalan keluar kita untuk mengurangi gejala kecemasan yang sedang dihadapi. Namun, cara ini tidak akan mengatasi kecemasan atau pemicunya.
Beberapa situasi yang menyebabkan kecemasan mencakup situasi sosial, berbicara di depan umum, dan mengalami konflik dalam situasi pribadi dan pekerjaan. Menarik diri dari situasi-situasi tersebut hanya akan memengaruhi kemampuan kita untuk berpartisipasi di tengah lingkungan sosial dalam sehari-hari.
Perawatan seperti melakukan terapi atau mengonsumsi obat dapat membantu kita menavigasi situasi stres dengan lebih baik dan mengelola gejala kecemasan. Terapi juga akan membantu untuk mengidentifikasi faktor atau pemicu dari munculnya gejala kecemasan.
Advertisement