Liputan6.com, Jakarta- Para perempuan Afganistan menggelar aksi demonstrasi atas kebijakan Taliban melarang kaum perempuan untuk berkuliah. Akibat dari aksi demo itu, sebanyak lima perempuan ditangkap oleh Taliban.
Selain demonstran perempuan, BBC melaporkan bahwa Taliban pun menangkap tiga wartawan dan aksi protes juga terjadi di provinsi Takhar.
Baca Juga
Taliban diketahui mengeluarkan kebijakan kontroversi pelarangan kaum perempuan Afganistan untuk berkuliah di Universitas yang mereka inginkan. Alhasil, penjaga menghentikan ratusan wanita memasuki universitas sehari setelah larangan tersebut diumumkan.
Advertisement
Ini adalah kebijakan terbaru yang membatasi pendidikan perempuan sejak Taliban kembali berkuasa 2021 lalu. Anak perempuan juga sudah dikeluarkan dari sebagian besar sekolah menengah (SMP-SMA).
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Tinggi Taliban, Neda Mohammad Nadeem telah mengeluarkan peraturan baru bagi seluruh universitas di Afganistan untuk melarang perempuan hadir, pada Selasa 21 Desember 2022 lalu.
Kementerian Pendidikan mengatakan para sarjananya telah mengevaluasi kurikulum dan lingkungan universitas, dan kehadiran untuk anak perempuan akan ditangguhkan sampai "lingkungan yang sesuai" tersedia.
Belakangan ini, Menteri Neda Mohammad Nadeem juga mengatakan di televisi pemerintah bahwa perempuan dilarang kuliah karena tidak mengikuti aturan berpakaian.
"Mereka berpakaian seperti akan pergi ke pesta pernikahan,” kata Menteri Neda Mohammad Nadeem.
Berdasarkan rekaman yang beredar di media sosial pada Kamis kemarin, sekitar 24 wanita Afganistan berjilbab berbaris melalui jalan-jalan di Kota Kabul sambil mengangkat spanduk dan meneriakkan slogan-slogan.
Disiksa Taliban
Beberapa perempuan yang terlibat dalam protes tersebut mengatakan kepada BBC, mereka dipukuli atau ditangkap oleh petugas wanita Taliban.
"Ada terlalu banyak anggota perempuan Taliban di antara kami," kata perempuan yang tidak mau disebutkan namanya, dalam keterangannya kepada BBC.
Dia menambahkan, "Mereka memukuli beberapa gadis kami dan menangkap beberapa lainnya. Mereka hendak membawa saya juga, tapi saya berhasil melarikan diri. Tapi saya dipukuli dengan kejam."
Advertisement
Pembangkangan Sipil Afganistan
Pengunjuk rasa lainnya menyatakan bahwa dua orang telah dibebaskan sejak ditangkap. Sayangnya, beberapa pendemo masih ditahan oleh Taliban.
Beberapa pria Afganistan menganggap hal itu adalah sebuah tindakan pembangkangan sipil serta sebagai solidaritas dengan para pengunjuk rasa.
Sekitar 50 profesor universitas pria di lembaga publik dan swasta telah mengundurkan diri dari jabatan mereka, sementara beberapa mahasiswa pria dilaporkan menolak untuk mengikuti ujian.
Larangan Berkuliah Menghancurkan Mimpi Perempuan Afganistan
Pemerintah Taliban memerintahkan seluruh pejabat pendidikan untuk melarang kaum perempuan Afganistan datang ke Universitas untuk mengejar masa depan yang lebih cerah. Bahkan, rekaman dari sekelompok perempuan menangis akibat diusir oleh petugas atas larangan tersebut telah diterapkan.
Mereka menilai adanya kebijakan tersebut dapat menghancurkan mimpi dan harapan para perempuan untuk punya karier yang lebih cemerlang.
"Mereka telah menghancurkan satu-satunya jembatan yang dapat menghubungkan saya dengan masa depan saya," ujar seorang mahasiswa Universitas Kabul.
"Bagaimana saya bisa bereaksi? Saya percaya bahwa saya bisa belajar dan mengubah masa depan saya atau membawa cahaya ke dalam hidup saya, tetapi mereka menghancurkannya,” ujarnya lagi.
Advertisement