Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi wawasan umum bahwa arti lampu lalu lintas merah berarti berhenti dan hijau berarti jalan. Tetapi, tak semua negara ternyata menerapkan warna ini.
Di Jepang, kamu akan menemukan lampu lalu lintas berwarna biru yang menunjukan tanda “jalan”, alih-alih berwarna hijau. Ada pun di sekitar pulau di Jepang, lampu lalu lintas hijau juga dapat berwarna teal, turquoise, dan aqua.
Bukan karena sinyalnya rusak atau warna lampu yang salah, alasan dibalik lampu lalu lintas Jepang yang berwarna biru adalah karena bahasa Jepang yang mengatakan demikian.
Advertisement
Mengutip Readers Digest, Selasa (27/12/2022), ratusan tahun yang lalu, bahasa Jepang hanya menggunakan kata-kata untuk empat warna dasar, yakni hitam, putih, merah, dan biru. Jika hendak mendeskripsikan sesuatu yang berwarna hijau, orang Jepang akan menggunakan kata untuk warna biru, "ao".
Pelafalan ini bekerja sampai masa akhir milenium pertama, ketika kata “midori” mulai muncul dalam tulisan untuk mendeskripsikan apa yang kita kenal sebagai warna hijau. Bahkan saat itu, midori masih dianggap sebagai warna ao.
Seperti yang bisa dibayangkan, peralihan mendadak ini memiliki efek yang bertahan lama di Jepang. Sampai hari ini, kita masih akan melihat benda-benda hijau yang diberi label biru yang meragukan.
Seorang penjual buah mungkin akan menjual ao-ringo (apel biru) kepada kita, namun ternyata apel tersebut berwarna hijau. Demikian juga, bambu hijau yang disebut aodake ("bambu biru").
Keputusan Pemerintah Jepang
Awalnya, lampu lalu lintas Jepang berwarna hijau seperti hijau. Meskipun demikian, dokumen lalu lintas resmi negara ini masih menyebut lampu lalu lintas hijau sebagai ao, bukan midori.
Sementara hukum lalu lintas internasional menetapkan bahwa semua sinyal "go" harus diwakili oleh lampu hijau, ahli bahasa Jepang keberatan dengan keputusan pemerintah mereka untuk terus menggunakan kata ao untuk menggambarkan apa yang jelas-jelas midori. Pemerintah memutuskan untuk berkompromi.
"Pada tahun 1973, pemerintah mengamanatkan melalui perintah kabinet bahwa lampu lalu lintas menggunakan warna hijau yang paling biru masih hijau secara teknis, tetapi cukup biru untuk terus menggunakan nomenklatur ao," tulis Allan Richarz dari Atlas Obscura.
Jadi, meskipun tampaknya Jepang menggunakan lampu lalu lintas berwarna biru, pemerintah meyakinkan kita bahwa itu sebenarnya hanya warna hijau yang sangat biru untuk memenuhi peraturan internasional, dan cukup biru untuk tetap disebut ao.
Advertisement
Sejarah Lampu Lalu Lintas
Mengutip Live Science, kemacetan lalu lintas merupakan masalah bahkan sebelum penemuan mobil dengan kereta kuda dan pejalan kaki memadati jalan-jalan di London pada tahun 1860-an. Seorang manajer kereta api Inggris, John Peake Knight, kemudian menyarankan untuk mengadaptasi metode kereta api dalam mengendalikan lalu lintas.
Dalam adaptasi Knight, semaphore akan menandakan "stop" dan "go" pada siang hari, dan pada malam hari lampu merah dan hijau akan digunakan. Lampu gas akan menerangi rambu di malam hari dan seorang petugas polisi akan ditempatkan di samping sinyal untuk mengoperasikannya.
Kesuksesan Knight pun berhasil menandai sinyal lalu lintas pertama di dunia yang dipasang pada tanggal 9 Desember 1868, di persimpangan Bridge Street dan Great George Street di wilayah London Westminster, dekat Gedung Parlemen dan Jembatan Westminster
Lampu Lalu Lintas di Masa Depan
Dengan mobil self-driving yang semakin menjadi kenyataan, banyak perbaikan sinyal lalu lintas yang mempertimbangkan teknologi baru dan yang akan datang.
Para peneliti di MIT Senseable City Lab menerbitkan skenario, pada tahun 2016 di PLoS ONE, di mana sinyal lalu lintas pada dasarnya tidak ada. Alih-alih berhenti di persimpangan, mobil otomatis akan berkomunikasi satu sama lain dan menyesuaikan kecepatan mereka untuk melewati persimpangan sambil menjaga jarak aman untuk kendaraan lain.
Ada pun sistem ini fleksibel dan juga dapat dirancang untuk memperhitungkan pejalan kaki dan pengendara sepeda. Tak hanya itu, terdapat pula inovasi lain bernama Surtrac yang berasal dari Pittsburg, Pennsylvania, dari sebuah perusahaan bernama Rapid Flow Technologies.
Uji coba telah berlangsung sejak tahun 2012 dan menerapkan sinyal lalu lintas menggunakan kecerdasan buatan untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi lalu lintas.
Atas penemuan ini, perusahaan mengatakan waktu perjalanan telah berkurang lebih dari 25 persen dan waktu tunggu di lampu merah turun rata-rata sekitar 40 persen mengurangi emisi.
Advertisement