Liputan6.com, Jakarta Sebuah video viral di media sosial merekam percekcokan antara seorang penumpang dengan petugas Bandara Kualanamu.
Berdasarkan video yang diunggah oleh akun Tiktok @henryrobbytanauma, diketahui bahwa perdebatan tersebut akibat masalah si wanita yang harus membayar denda Rp 2 juta karena membawa oleh-oleh tiga dus bika ambon.
Baca Juga
Masih dalam video itu, penumpang wanita yang tak disebutkan identitasnya itu marah-marah karena petugas bandara bersikukuh memintanya untuk membayar denda tersebut.
Advertisement
"Saya beli oleh-oleh masa suruh bayar Rp 2 juta. Kamu meras ya? Kamu meras saya ya?" ujar wanita itu.
Sementara petugas menjelaskan bahwa denda itu untuk kelebihan muatan oleh-oleh, wanita itu menjelaskan bahwa mereka naik pesawat bertiga sehingga alasan kelebihan muatan oleh-oleh bika ambon menurutnya tak masuk akal.
Menerima tuduhan demikian membuat petugas itu mengingatkan si penumpang wanita untuk menjaga ucapannya.
“Berbicara hati-hati, jangan sampai nantinya ibu mempermalukan diri sendiri,” ujar salah satu petugas Bandara Kualanamu.
Setelah adu mulut selama beberapa waktu dan petugas bandara tetap bersikukuh, wanita itu dan suaminya memilih mengalah dan menyuruh salah satu anggota keluarganya untuk menjemput bika ambon yang mereka bawa.
Humas PT Angkasa Pura Aviasi (AVI) Yuliana Balqis menjelaskan, persoalan bawaan penumpang tersebut merupakan kebijakan dari maskapai dan bukan dari pihak bandara.
Menurutnya, pihak Bandara Kualanamu cuma memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan dengan memantau barang bawaan penumpang.
"Terkait pengaturan bagasi, bukan kebijakan bandara melainkan maskapai. Pihak bandara memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan dengan cara memantau barang bawaan penumpang yang tidak mengandung explosive dan dangerous goods," ucap Balqis eperti dikutip dari kanal Youtube KompasTV.
Balqis menambahkan, biaya yang harus dikeluarkan penumpang sebesar Rp 2 juta bukanlah denda, melainkan biaya kelebihan bagasi yang dibayar ke maskapai yang bersangkutan.
4 Makna Tradisi Munggahan yang Dilakukan untuk Menyambut Ramadhan
Tak terasa dalam hitungan hari kita akan menyambut bulan suci Ramadhan. Sebelum memasuki bulan Ramadhan biasanya banyak orang yang melakukan acara munggahan. Umumnya munggahan dilakukan beberapa hari sebelum bulan Ramadhan.
Acara munggahan sendiri biasanya dilakukan dengan makan-makan bersama keluarga, teman, atau kerabat dekat. Munggahan ini seolah sudah menjadi tradisi di tanah air. Lantas sebenarnya bagaimana hukum melakukan munggahan dalam agama islam?
Rupanya ada perbedaan pendapat oleh pemuka agama terkait hal ini. Hanya saja Rasulullah SAW sendiri dikatakan tidak pernah melakukan ragam tradisi semacam munggahan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Apalagi tidak terdapat pula riwayat yang menjelaskan adanya tradisi tersebut. Hal ini yang membuat para alim ulama mengimbau agar masyarakat tidak melakukan tradisi semacam ini menjelang bulan Ramadhan.
Tetapi munggahan boleh dilakukan jika dengan tujuan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan menjelang bulan Ramadhan. Yang tidak boleh dilakukan adalah mengkhususkan tradisi tertentu seperti contohnya munggahan ini dengan mengaitkan pada momen tertentu, yang sama sekali tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW.
Sementara itu dilansir dari NU Online, Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) PWNU Jawa Barat, KH Ahmad Dasuki, menjelaskan ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari tradisi Munggahan.
Advertisement
Sebagai Ajang untuk Mendekatkan Diri kepada Allah swt
Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183, berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
“Munggahan itukan dari kata munggah atau unggah yaitu naik. Artinya, kita terutama dalam tradisi Jawa Barat ini yakni ke-Sundaan, menyimbolkan supaya kita naik level dalam rangka mendekat diri kepada Allah swt untuk mencapai derajat taqwa,” ujarnya.
Sebagai Bentuk Syukur
Selain sebagai ajang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, tradisi Munggahan juga juga merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
“Sebagai rasa syukur atas berbagai nikmat terutama nikmat kesehatan dan juga nikmat bisa umur panjang sehingga bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan,” tuturnya.
Sebagai Ajang Silaturahmi
Acara munggahan juga bisa menjadi kesempatan untuk saling bersilaturahmi bersama kerabat. Apalagi jika yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing dan sulit untuk bertemu.
Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
“Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”
Sebagai Momen untuk Saling Memaafkan
Dengan berkumpul dan bersilaturahmi, kesempatan ini juga bisa dijadikan momen untuk saling memaafkan. Apalagi sebelum menyambut Ramadhan penting bagi kita untuk memohon maaf kepada sesama.
“Jadi ketika kumpul-kumpul makan adalah bagian dari upaya kebersamaan dalam beribadah untuk mempersiapkan diri baik secara fisik maupun secara spiritual di dalam rangka untuk nanti sebulan penuh menjalani puasa. Selain itu, bisa jadi ajang silaturahmi untuk saling maaf memaafkan,” tambah KH Ahmad Dasuki.
Advertisement